Komunitas Berkat Yakin (Kober); Komunitas Teater Independen Lampung

PADA 26 Mei 2002, sekelompok seniman yang dimotori Ari Pahala Hutabarat, mendeklarasikan berdirinya komunitas teater independen di Lampung. Komunitas itu bernama Kelompok Sandiwara Berkat Yakin. Namun pada 2004 diubah menjadi Komunitas Berkat Yakin (Kober).

Pementasan Nyanyian Angsa karya Anton Chekov yang disutradarai Iswadi Pratama adalah pementasan pertama Kober. Pertunjukan yang dihelat di halaman markas Aliansi Jurnalisme Independen (AJI) Lampung, itu merupakan kelanjutan studi realisme yang digagas Ari Pahala dan para alumnus Teater Kurusetra.

Usai Nyanyian Angsa, Kober bekerja sama dengan Teater Satu menggelar Festival Anton Chekov. Empat lakon Chekov digelar bersama di Taman Budaya Lampung, selama tiga hari, 2002.

Nyanyian Angsa disutradarai Iswadi Pratama, Kisah Cinta Hari Rabu disutradarai Ari Pahala Hutabarat, Pinangan digarap Imas Sobariah, sedangkan Penagih Hutang digarap Ahmad Jusmar.

Pemilihan nama Berkat Yakin menurut Ari, pertama unik, kedua berkat berarti berkah, dan yakin adalah sebuah keyakinan untuk mencapai sebuah cita-cita. Ari sadar Teater Kurusetra sudah tak mampu lagi menampung obsesi artistiknya.

“Komunitas ini muncul untuk merespons kegelisahan sejumlah alumnus Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung (Unila) yang masih ingin berproses,” ujar Direktur Artistik sekaligus guru spiritual Kober Ari Pahala Hutabarat didampingi Ketua Kober Iskandar Gebe.

Bengkel Teater Rendra, merupakan salah satu model yang hendak ditiru Komunitas Berkat Yakin.
 
ORANG seni dikutuk untuk merasakan setiap karya yang mereka buat adalah masterpiece. Tapi setelah karya itu selesai dibuat, mereka segera merasa kecewa. Tidak ada kata selesai bagi para pencinta seni. Itu juga yang terus mendorong Komunitas Berkat Yakin terus bertahan dan maju hingga kini.

Setidaknya sudah 15 pementasan dilakoni Kober. Pekanbaru, Jakarta, Padang menjadi contoh kota-kota besar yang sudah mencicipi hidangan seni komunitas independen Lampung ini. Satu per satu karya mereka terus diasah menjadi sebuah masterpiece yang berkelanjutan.

“Bagi kami tak ada pementasan yang “paling”, sebab dalam ilmu seni tidak ada juara satu. Semua juara dua. Bedanya dengan ilmu silat, tidak ada juara dua karena menjadi yang kedua itu adalah kalah/mati,” tutur Ari Pahala, Direktur Artistik Komunitas Berkat Yakin, belum lama ini.

Sumber: Tribun Lampung
Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *