GameLan; Komunitas Developer Game dari Yogyakarta

Peran komunitas dalam suatu industri sangat penting, tak terkecuali di industri game. Apalagi jika industri tersebut masih belum mapan dan berusaha untuk tumbuh. Komunitas berfungsi sebagai simpul ilmu, networking, dan tentu saja bisnis. Salah satu komunitas developer gameyang menurut saya paling aktif di Indonesia adalah GameLan yang namanya diambil dari “game” dan “LAN” (local area network).

Jika kamu pernah memainkan game seperti MbakTin Ekstrak Kulit Manggis, Kuis TegarKurusetra, dan Sambung Kata? Semua game tersebut adalah hasil karya para developer game yang berasal dari komunitas tersebut.

Berawal dari Komunitas IT

Kota Yogyakarta adalah kota yang tidak bisa jauh dari yang namanya komunitas. Berbagai komunitas tumbuh berkembang dengan pesat, termasuk komunitas IT. Terinspirasi oleh salah satu komunitas IT yang sedang tumbuh pesat saat itu, Bancakan, para pegiat game dari Yogyakarta ini pun berkumpul.

Frida Dwi Iswantoro, salah satu punggawa GameLan dan juga Agate Jogja yang lebih akrab dipanggil Ube ini menceritakan bagaimana awal mula berdirinya GameLan, “Awalnya kita (anak-anak game dev) biasa ikut nimbrung di berbagai macam meetup IT. Kala itu ada Sunday Sonten, Jogja Animation Gallery dan yang paling keren kala itu Bancakan.

“Bancakan bisa dibilang kakaknya GameLan karena salah satu inisiator GameLan adalah inisiator Bancakan. Terus terang Bancakan menginspirasi kita untuk membuat komunitas khusus game dev supaya geliat game development semakin terasa, kalau tidak salah tahun itu (2011) mulai bermunculan studio-studio baru di Jogja.”

Kuis Tegar, salah satu game besutan Agate Jogja

Ia melanjutkan, “Bulan Februari 2011 seingat saya kita mulai ngobrol soal komunitas ini, waktu itu ada om Guntur Sarwohadi dari SoybeanSoft, Fachry Bafadal dan Sumyandityo Noor dari OneBit, seingat saya ada om Samuel Henry juga dan saya sendiri yang waktu itu masihsingle fighter di UB Games. Meetup pertama kita diadakan 27 Mei 2011 waktu itu mengundang Toge Production untuk sharing.”

Dari hasil pembicaraan itulah akhirnya GameLan berdiri dan mulai mengadakan kegiatan setiap dua sampai tiga bulan sekali. Tapi sayangnya format ini hanya bertahan hingga meetup keenam. Ube mengatakan bahwa untuk mengadakan meetup butuh persiapan yang cukup panjang, mulai dari menyiapkan tema, lokasi, panitia, hingga mencari sponsor acara. Akhirnya mereka pun kehabisan tenaga dan GameLan dari Juli 2012 hingga Mei 2013 pun vakum.

Bergerak Kembali dengan Bengkel GameLan dan JGJ48

Setelah vakum selama hampir setahun, akhirnya GameLan mencoba untuk menggeliat kembali ke dalam eksistensi. Mereka mencoba sebuah konsep meetup baru yang diberi nama Bengkel GameLan. Pada awalnya, setiap developer yang hadir diwajibkan untuk berbagi apapun itu baik hal yang rumit maupun yang sederhana.

Di pertemuan pertama terkumpul sekitar delapan orang dan sesi sharing berlangsung dari jam 10 pagi hingga sore. Sayangnya format ini hanya berlangsung dua kali, karena kewajiban untuk berbagi sebagai syarat keikutsertaan nampaknya cukup berat untuk komunitas saat itu.

Pada September 2013, mereka pun mencoba kembali membuat acara, kini dengan format game jam. Dari sini, hadirlah JGJ48 yang merupakan game jam pertama yang diadakan oleh komunitas developer game di Indonesia.

Ube menjelaskan tentang lahirnya JGJ48 ini, “September 2013, karena merasa haus akanevent dan kebetulan ada banyak dukungan dari berbagai pihak akhirnya kita mengadakan Jogja Game Jam 48 Hours yang kita singkat JGJ48. Keinginan komunitas untuk membuat game jam sebenarnya sering kita bahas dari tahun sebelumnya, beberapa kali berniat ikut Global Game Jam tapi kita terkendala lokasi yang bisa dipakai kumpul selama tiga hari nonstop.”

“Beruntung Agustus 2013 muncul Jogja Digital Valley dan mempersilahkan kami menggunakan JDV untuk lokasi game jam. Alhasil, JGJ48 2013 berjalan sukses dan mendapat apresiasi dari teman-teman komunitas kota lain. Akhirnya game jam menjadi event semesteran kami. Setahun kita nge-jam dua kali, awal tahun kita ikut mengadakan Global Game Jam dan di tengah tahun kita mengadakan Jogja Game Jam,” lanjutnya.

Merasa perlu meneruskan Bengkel GameLan, akhirnya acara ini hadir kembali dengan format yang berbeda. Dimulai pada Maret 2014, Bengkel GameLan menjadi acara mingguan dengan panitia dari masing-masing studio game secara bergiliran.

Saat itu ada delapan studio yang bergantian “piket” setiap minggu menyiapkan acara. Mereka bisa menjadi panitia saja atau bahkan bisa sekalian sebagai pemateri. Dengan jeda waktu dua bulan sekali mengurus acara, waktu itu terasa cukup ringan sampai akhirnya karena ada berbagai kesibukan, panitianya mulai berguguran, jadwal “piket” mulai amburadul dan mereka pun bingung mau membahas apa lagi.

Sakitnya Di Mana, game dari Amagine Interactive

Hingga akhirnya tahun 2015, Bengkel GameLan tetap berjalan mingguan tetapi tanpa jadwal “piket”. Siapapun bebas menjadi panitia dan bebas mengajukan materi. Menurut Ube, ini sebenarnya bukan format yang cukup baik karena beberapa kali Bengkel GameLan “bolos” karena tidak ada pembicara/ide acara. Untuk menanggulanginya, mereka pun membuat sebuah rencana cadangan.

“Akhirnya kami selalu mencari ide untuk event tiap minggu ini, di antaranya kita punya plan ‘B’ berupa bermain bersama kalau sedang tidak ada pembicara/ide acara. Cara lain untuk mendapatkan ide acara adalah dengan banyak ngobrol dengan teman-teman GameLan, sering kali ada hal yang rasanya sepele tapi orang lain belum tahu dan itu kita angkat menjadi tema acara selanjutnya. Hingga saat ini format Bengkel Gamelan versi 2 sudah berjalan sampai episode yang ke-40,” ungkap Ube.

Anggota yang Gayeng Guyub dan Satu Hal Tentang Ketepatan Waktu

Karakter andalan Agate Jogja, Titok, hadir kembali dalam Kuis Jomblo

Secara sususan organisasi, sebenarnya GameLan tidak memiliki susunan tertentu seperti ketua dan sebagainya. Kegiatan dari komunitas ini semuanya murni berasal dari inisiatif para anggotanya.

Seperti yang dijelaskan oleh Ube, “Dari awal GameLan berdiri tidak ada struktur organisasinya, kegiatan kita semua murni sumbangsih para aktivisnya baik ide maupun tenaga. Kalau pun suatu acara butuh kepanitiaan, kita buat panitia khusus untuk event itu, setelah selesai dibubarkan lagi. Kalau ada yang bilang Ube ketua GameLan, itu hanya kebetulan saya yang cukup berumur!”

Ia pun menyebutkan rekan-rekannya yang cukup aktif di komunitas, “Selain saya ada beberapa teman-teman aktivis yang cukup menonjol di GameLan seperti Ghatot Fajar dari Creacle Studio, Yogie dari Hinocyber, Mas Rudy dari Wisageni, Dennis dari Amagine, Rizal Saputra dari Devault dan beberapa nama lainnya. Merekalah yang menjadi motor penggerak komunitas. Anak-anaknya juga aktif dan senang saling membantu, jangan kaget kalau datang awal liat ada yang nyapu lantai, pasang sound system, angkat-angkat kursi, dan lain-lain. Komunitasnya gayeng-guyub dan tidak manja.”

Ube juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para pihak yang membantu mereka seperti JDV. Menurutnya, JDV sudah seperti rumah sendiri. GameLan juga sering mendapatkan bantuan dari berbagai perusahaan IT.

Sambung Kata dari Creacle

Ada satu hal yang mungkin langka di Indonesia dan patut dicontoh, yaitu tentang ketepatan waktu. “Ikut Bengkel GameLan itu tidak enak, datang acara mesti tepat waktu. Karena ingin menghargai mereka yang datang tepat waktu, kita selalu berusaha memulai acara tepat pukul 7 malam, walau yang hadir hanya 1 orang acara tetap kita mulai. Tapi untungnya tidak pernah cuma 1 yang hadir tepat waktu, pernahnya paling sedikit cuma 2 orang yang hadir tepat waktu, hahaha,” cerita Ube dengan nada bercanda.

Dengan komunitas yang erat seperti itu, tentunya banyak hal positif yang mereka dapatkan. Seperti yang diungkapkan oleh Dennis Adriansyah Ganda, CEO Amagine Interactive dan salah satu aktivis di GameLan, “Enaknya, dua kali setahun dapet makan gratis #eh. Ya, enaknya tiap minggu bisa kumpul-kumpul, sharing ilmu, ide, dan pendapat, dan juga kadang bisa dapat masukan kalau mau release game. Bagaimanapun juga industri kita itu berbasis komunitas jadi tanpa komunitas susah kita buat jalan.”

Hal ini juga diamini oleh Ube, “Enaknya yang aku rasain, aku punya teman-teman di komunitas yang selalu asyik buat diajak diskusi berbagai macam hal. Kita sering buka requesttema untuk minggu depan, walau belum tahu siapa yang bakal mengisi selalu coba kita kabulkan. Biasanya berujung dengan salah satu dari kita terpaksa belajar buat ngisi materi. :)”

Mencoba Mengangkat Komunitas Indie Game Melalui IN.GAME

Ingin lebih berkontribusi terhadap komunitas developer game Indonesia, GameLan berencana untuk meningkatkan lagi taraf acara yang mereka adakan. Alasan lainnya adalah kurangnya waktu untuk berdiskusi dan mengobrol sesama developer dari kota lain di acara-acara yang telah diadakan sejauh ini. Karena itu, mereka berencana untuk mengadakan IN.GAME(Indonesia Indie Game Festival) yang lebih menitikberatkan pada ekshibisi dan game jam.

Seperti yang Ube sampaikan, “Terus terang asyik sekali bertemu dengan teman-teman game developer kota lain, banyak hal yang bisa didiskusikan dan dikolaborasikan. Tapi seringnya di sebuah event kita tidak punya banyak waktu untuk itu. kami berpikir IN.GAME menjadi kesempatan yang sangat berharga. Bayangkan empat hari berkumpul dengan banyak developer handal dari berbagai kota, ada berapa banyak diskusi yang terjadi? Ada brapa banyak transfer ilmu yang terjadi? Dan saat mereka pulang bisa membagikan pengalaman mereka ke komunitas di kotanya.”

IN.GAME sendiri akan diadakan selama empat hari pada tanggal 13-16 Agustus 2015 di Jogja Digital Valley. Pada hari pertama akan diadakan ekshibisi berbagai game indie dari developer Indonesia, lalu dilanjutkan dengan game jam pada hari-hari berikutnya.

Dennis menyampaikan harapannya untuk acara ini, “Harapannya kita bisa jadi bibit munculnya event-event indie game fest di Indonesia di masa depan. Harapannya kami bisa menginspirasi anak-anak muda Indonesia untuk juga berkarya di bidang game.”

Berkembang dengan Baik, Namun Minim Pemain Baru

Kitaria Heroes hasil karya Hinocyber

Seperti biasa, kami menanyakan pendapat para narasumber tentang bagaimana perkembangan industri game Indonesia saat ini. Ube dan Dennis merasa sangat senang dengan aktivitas dari komunitas-komunitas yang ada di Indonesia, ditambah lagi dengan mulai munculnya developer-developer dari luar Jawa dan Bali. Akan tetapi, ada beberapa yang menurut mereka masih bisa ditingkatkan lagi.

Berikut adalah pendapat Ube, “Kalau bicara komunitas, hal positif yang sangat terlihat adalah banyak orang sekarang aware dengan game development. Di komunitas online selalu kedatangan member-member baru, di offline juga begitu. Komunitas sendiri sudah mulai aktif mengadakan event, di kota lain seperti Bandung, Surabaya, Malang sudah mulai mengadakanmeetup rutin.

“Komunitas baru pun mulai bermunculan, sepengetahuan saya selain Jogja, Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Malang, sekarang sudah ada komunitas game dev di Denpasar, Salatiga, Semarang, dan Makasar. Komunitas-komunitas ini cukup solid untuk saling membantu. EventIN.GAME kita juga mendapat support dari teman-teman komunitas lain.”

“Mengenai hal yang perlu ditingkatkan. Saat ini di komunitas level pembahasannya masih berkisar pada cara coding game, semoga kita bisa meningkatkan pembahasan lebih dalam lagi seperti game design, market research, polishing, QA, penulisan naskah cerita, pengembangan IP, dan lain-lain,” lanjutnya.

Game besutan Qajoo, studio yang sebagian timnya berdomisili di Yogyakarta

Dennis menambahkan, “Di satu sisi saya senang karena industri game dev Indonesia secara umum berkembang baik, bahkan sudah banyak studio-studio lokal yang terbukti mampu merambah pasar global. Dan saya senang karena studio-studio tersebut tetap aktif di komunitas dan rajin melakukan sharing sehingga terjadi transfer knowledge yang bagus.

“Tapi di sisi lain saya kok merasa belakangan ini (di Jogja saja mungkin ya) tidak ada studiogame baru yang nongol. Kita kemarin di GameLan sedang mendiskusikan ini, kenapa kok kayaknya yang aktif ya itu-itu saja , Amagine, Agate, Creacle, dan lain-lain. yang bisa dibilang generasi tahun 2011. Studio-studio generasi baru kayaknya kok jarang kelihatan begitu. Terbukti selama dua tahun EO acara JGJ/GGJ ya itu-itu saja, saya, UB, Gathot, Yogie dan lain-lain,” ungkap Dennis.

Senang sekali tentunya mendengar sepak terjang komunitas developer game Indonesia yang terus berkembang. Semoga usaha GameLan dan komunitas-komunitas lainnya menghasilkan banyak game karya anak bangsa yang mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan juga bersaing di pentas global.

Sumber; Techinasia ID

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *