Sekitar tahun 2012, beberapa orang terdiri dari 1) orang-orang berkebutuhan khusus, juga disebut difabel, 2) orang tua yang anak-anaknya difabel, serta 3) orang-orang yang peduli dengan difabel berkumpul. Mereka saling berbagi cerita; difabel menceritakan pengalamannya menjadi orang difabel; orang tua bercerita pengalamanya menjadi orang tua dengan anak yang berkebutuhan khusus; sedang 3) lainnya, bercerita banyak hal mengenai pengamatannya berkait dengan difabel. Pertemuan itu berlangsung secara rutin. Karena orang-orang yang terlibat dalam pertemuan itu adalah difabel, keluarga difabel, serta yang dekat dengan persoalan-persoalan difabel, perkumpulan itu disebut dengan Komunitas Difa Kebumen, dimana kata difa adalah potongan-awal dari kata difabel.
Berbagai persoalan muncul dalam pertemuan-pertemuan tersebut, diantaranya adalah perlakuan tidak mengenakan yang dialami oleh anak-anak berkebutuhan khusus. Misalnya adalah hinaan, ejekan, diskriminasi baik yang dilakukan oleh orang lain atau pun oleh suatu institusi formal. Selain persoalan dari luar, persolan juga ada yang muncul dari dalam diri keluarga difabel. Dari orang-orang yang terlibat dalam pertemuan, juga dari berbagai informasi, masih ada banyak keluarga difabel yang merasa malu dan belum bisa menerima secara sepenuhnya anak-anaknya yang difabel. Hal ini tidak lepas dari mitos selama ini bahwa anak-anak difabel adalah berupa semacam kutukan. Selain itu lagi, adalah masih rendahnya keberpihakan dari berbagai pihak serta institusi formal termasuk pemerintah kepada difabel.
Dari beberapa persoalan yang muncul, dari komunitas Difa Kebumen bergerak untuk menjawab persoalan yang dialami. Salah satu jawaban atas persoalan ini adalah dijalankannya kegiatan yang dilaksanakan rutin pada setiap jum’at pon. Pertemuan ini diisi degan terapi aura bagi anak-anak difabel. Kegiatan yang lain, diskusi dengan beberapa ahli yang membicarakan penanganan kepada anak difabel. selain membicarakan difabel, komunitas ini juga berbicara tentang ekonomi keluarga difabel, ini menjadi penting karena tidak dipungkiri bahwa mempunyai anak difabel membutuhkan biaya yang lebih untuk membiayai kebutuhan anaknya.
Selain beberapa kegiatan diatas, masih banyak kegiatan lain yang tujuannya agar kehidupan keluarga difabel bisa lebih semangat dalam menjalani hidup, dan melakukan yang terbaik untuk menjadi bekal anaknya dimasa depan.
Sumber: Rumah Inklusif