Tiap bulan di pekan terakhir Sabtu malam, jangan heran bila tiba-tiba jalanan di Kota Kediri dibanjiri ribuan pesepeda. Saat itulah, arak-arakan komunitas Kediri Night Ride (KNR) sedang berlangsung.
Komunitas yang terdiri atas berbagai klub tersebut rutin menggelar event gowes malam sebulan sekali. KNR berkampanye agar masyarakat makin sadar tentang penggunaan sepeda sebagai alat transportasi alternatif.
Juga lantaran prihatin dengan tingginya angka kecelakaan pesepeda motor di bawah umur. Selain kampanye bike to work, mereka kampanye program bike to school.
Taman Makam Pahlawan Joyoboyo biasanya menjadi lokasi titik start dari kegiatan gowes KNR. Dibentuk pada 3 Mei 2015, anggotanya kini ribuan orang.
Total, event KNR telah digelar 14 kali. Saat event berlangsung, pesepeda di titik start tersebut biasanya mengular hingga area depan Stadion Brawjaya. ’’Mulai 2014 sebenarnya sudah bersepeda, tapi masih sporadis dan belum terorganisasi. Sekarang tiap bulan yang ikut gowes seribu lebih,’’ kata Arief Priyono, ketua dan founder KNR.
KNR memulai start gowes pada 19.30 dan finis sekitar pukul 21.30. Tidak ada durasi waktu khusus pukul berapa harus sampai di lokasi finis. Pesertanya berasal dari Kota Kediri, Kabupaten Kediri, dan sekitarnya seperti Nganjuk serta Blitar.
Menurut dia, KNR terinspirasi dari gerakan Indonesia Critical Mass (ICM) yang merupakan kegiatan slow riding pesepeda di berbagai wilayah di Indonesia pada malam. Bedanya, ICM dilaksanakan pada Jumat malam di setiap akhir bulan. Sementara itu, KNR dilakukan pada Sabtu malam.
Mengapa Sabtu? ’’Kebanyakan anggota KNR pekerja dan pelajar. Jadi, malam Minggu mereka free. Malam Minggu, menurut kami, efektif karena sedang ramai dan banyak orang. Jadi, mereka akan timbul pertanyaan, penasaran, dan akhirnya ingin coba,’’ katanya.
KNR juga merespons kampanye bersepeda dari berbagai daerah yang dilembagakan dalam bentuk forum dan kampanye di media sosial. ’’Intinya, kampanye gerakan bersepedaeverywhere kayak di Eropa, Jepang, dan negara maju lainnya. Kami sadar mengubahmindset itu tidak mudah. Jadi, kami melangkah pelan-pelan,’’ tambah pria yang berprofesi fotografer itu.
’’Kediri itu kota yang kecil, cuma tiga kecamatan. Dari ujung ke ujung sangat dekat. KNR mungkin tidak akan mengubah semua, tapi beberapa pasti akan ter-influence bersepeda. Faktanya bisa dilihat di data real di toko-toko sepeda. Peningkatan penjualannya lumayan.Growth-nya ada pasca-KNR. Tapi, apakah itu akan sustainable, tergantung pengemasan danpackaging kampanye kami juga. Kami selalu mengolah dan inovasi,’’ terangnya.
Gol dari KNR, salah satunya, juga menginginkan adanya jalur khusus sepeda di Kota Kediri. Terhitung setelah setahun ’’berjuang’’, komunitas tersebut akhirnya mendapat lampu hijau dari pemerintah untuk pengadaan jalur khusus sepeda.
Sumber: Jawa Pos