Komunitas Pecinta Teh; Berikan Wawasan Lebih Luas Tentang Teh

Siapa yang tak mengenal teh. Minuman satu ini memang sudah populer di Indonesia sejak dulu. Namun sayangnya, sebagian besar masyarakat justru hanya mengetahui budaya minum teh yang dimiliki oleh negara lain seperti Jepang, Cina maupun Inggris.

Di Indonesia, belum banyak para ahli teh yang menggiatkan minum teh khas Indonesia. Apalagi kini, apresiasi masyarakat terhadap teh sendiri masih sangat rendah.

Teh di Indonesia hingga kini masih dianggap sebagai minuman yang murah. Melihat keprihatian ini, Ratna Somantri, Anggota Dewan Teh pun membentuk Komunitas Pecinta Teh pada 2006.

Bicara tentang teh, Ratna mengaku, sangat menyukai teh sejak kecil dan mulai mendalami seni pembuatan, serta seluk beluk teh pada 2006. Hingga kini, kecintaan perempuan berkulit putih terhadap minuman beraroma khas ini terus bertambah.

Ia pun bersama seorang temannya, bernama Bambang mulai menggiatkan komunitas yang anggota awalnya terdiri dari pemilik brand teh, pemilik kebun teh, dewan teh indonesia dan beberapa masyarakat yang menyukai teh.

Pada 2007, secara online melalui mailing list, komunitas ini pun terus aktif melakukan kegiatan, dari online maupun offline. Dari belasan orang, kini Komunitas Pencinta Teh sudah mencapai ratusan anggota di mailing list.

Menurut Ratna, pembentukan komunitas ini bertujuan untuk memberi wawasan yang lebih luas tentang teh, berbagi pengetahuan soal teh dan mencicipi teh dari berbagai belahan dunia.

“Di sini kami sering sharing banyak hal soal teh. Banyak informasi yang didapatkan karena kami sering berdiskusi.“ ujarnya.

Biasanya gathering dilakukan satu bulan sekali untuk berdiskusi mengenai teh, dengan topik berbeda-beda. Selain berdiskusi, kegiatan lainnya adalah tee testing atau mencicipi beberapa jenis teh bersama-sama. Cara ini dirasa lebih nikmat, karena bersama kerabat sambil berdiskusi, mendengar pendapat yang berbeda-beda soal rasa dari teh itu sendiri, yang tentunya banyak informasi baru bagi diri masing-masing.

“Salah satu tujuannya supaya mereka juga tahu kalau Indonesia penghasil teh kualitas bagus, namun sayangnya yang bagus justru diekspor. Kualitas yang rendah yang kita konsumsi di sini,” ungkapnya.

Komunitas ini juga sering melakukan kunjungan ke berbagai pabrik dan kebun teh.Ratna menambahkan, saat para pencinta teh bertemu, mereka bisa menghabiskan waktu selama berjam-jam hanya untuk minum dan membahas soal teh. Bahkan beberapa di antaranya ada yang tertarik untuk belajar secara formal tentang teh.

Tak hanya itu, dirinya pun tak bosan untuk menyebarkan berbagai manfaat teh pada anggota Komunitas Pecinta Teh seperti bagaimana menyeduh teh yang benar, cara minum teh yang sehat dan masih banyak lagi.

“Saya senang karena member sudah dapat mengaplikasikan manfaat teh kepada orang lain. Saya merasa, ilmu yang saya terapkan sudah dapat berjalan dengan baik.” Kata Ratna.

Kebiasaan salah dalam menyeduh teh membuat ia dan ratusan anggota Komunitas Pecinta Teh lainnya ingin menularkan bagaimana cara menyeduh teh dengan benar.

“Tea bag itu tidak boleh terlalu sering terkena air, karena akan membuat teh menjadi lebih pekat. Hal inilah yang membuat manfaat teh menjadi hilang.” kata Ratna.

Selain itu, ia menjelaskan bahwa penggunaan gula dan madu yang sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia dan dianggap sebagai cara minum teh a la Indonesia ini adalah sesuatu yang salah.

“Sejak kapan Indonesia memiliki kebiasaan memadukan gula atau madu untuk teh. Itu salah, yang benar adalah biarkan teh dan air panas menyatu, agar teh dapat mengeluarkan harumnya dengan mudah,” jelasnya seraya menambahkan bahwa teh dianggap minuman murah dan biasa lantaran cara penyeduhannya yang salah sejak awal.

Di samping itu, Ratna juga semakin prihatin, karena teh sangat sulit berkembang di Indonesia. Padahal, lanjut dia, Indonesia adalah negara penghasil teh terbesar di dunia.

Ini terjadi karena pengetahuan dan pemahaman masyarakat Indonesia tentang teh masih minim. Bahkan, lanjut dia, sebagian besar masyarakat terkadang sulit atau tak bisa membedakan mana teh asli Indonesia dan bukan.

“Sangat ironis saat saya ingin membeli teh berkualitas baik di negeri sendiri, tapi malah tidak ada. Sedangkan saya malah mendapatkan teh tersebut di negeri orang seperti Tokyo dan Paris. Dan harganya menjadi sangat mahal,” katanya.

Tak hanya itu, Ratna juga menyayangkan kalangan muda yang kurang menyukai teh. Ia menilai anak muda saat ini lebih menyukai kopi, karena inovasinya yang pesat dan menarik. “Kopi semakin ke sini memang berlomba-lomba berinovasi agar dapat mengajak anak muda,” ujarnya.

Kondisi tersebut, kata Ratna, tentu saja menjadi tantangan sekaligus PR bagi Komunitas Pecinta Teh bahkan masyarakat. “Semoga komunitas kami dapat mengajak masyarakat untuk mencintai teh bangsanya sendiri,” ujarnya.

Ratna berharap, komunitas ini dapat terus menularkan kepada masyarakat bahwa teh memiliki banyak manfaat positif seperti mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit.

Sumber: Suara.com

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *