Komunitas Sedekah Jumat Ponorogo; Berbagi Seusai Shalat Jumat

Niat berbagi dan membantu sesama tidak selamanya sesuai dengan tujuan dan harapan. Di Ponorogo, sebuah Komunitas sosial pernah ditolak oleh lembaga pemasyarakatan karena berbagai alasan.

Adalah Komunitas Sedekah Jumat yang terbiasa memberikan sedekah berupa makanan dan minuman bagi jemaah usai melaksanakan salat Jumat. Komunitas ini sudah melakukan kegiatan sosialnya sejak dua tahun belakangan atau tepatnya pada 2014 lalu hingga sekarang.

Menurut Agus Yahya, koordinator komunitas, ide untuk berbagi muncul karena terbiasa bertemu dengan anggota komunitas lainnya saat mengikuti pengajian rutin majelis taklim.

“Alangkah baiknya jika bisa berbagi meluangkan rezeki bagi sesama, untuk saudara yang kurang mampu,” ujar Agus menceritakan awal mula berdirinya komunitas sedekah Jumat, Rabu (24/9/2016).

Di mana sebagian besar anggota komunitas lanjut Agus, berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan yang bisa dibilang sudah berkecukupan.

Akhirnya pada tahun 2014 lalu mereka sepakat membentuk sebuah komunitas sosial dan dipilih kegiatan berbagi untuk jemaah Salat Jumat. Pemilihan berbagi untuk jemaah salat Jumat Agus dan komunitasnya punya alasan tersendiri.

“Selain berbagi, kita juga ingin memberikan motivasi atau bisa dibilang rangsangan untuk datang dan salat Jumat di masjid, laki-laki kan wajib jumatan di masjid,” jelas Agus.

Pemilihan lokasi untuk berbagi komunitas yang kini terwadahi dalam yayasan Al Furqon Ponorogo ini pun juga punya pertimbangan tersendiri. Mereka lebih memilih masjid yang berada di pinggir jalan raya.

“Biasanya masjid yang digunakan sales, penjual atau warga yang sedang dalam perjalanan, selain salat Jumat mereka biasanya juga sekalian istirahat. Maka dari itu kita juga ingin memberikan sedekah,” tandas lelaki yang berprofesi sebagai pengusaha ini.

Bentuk sedekah yang mereka berikan bisa beragam, mulai dari nasi dan lauk pauknya dengan minuman, makanan ringan, juga minuman tradisional Ponorogo, es dawet.

“Kalau anak-anak pondok kan biasanya senang dengan es dawet, ya kita buatkan itu, dulu kita bisa membuat atau memesankan makanan melihat jemaah yang akan kita sedekah seperti apa, apakah mereka senang makanan atau snack. Dulu bisa kita pesankan ke ibu-ibu (istri anggota komunitas), namun kini tidak bisa sesuai basic jemaah karena banyaknya” kata Agus.

Setiap Jumat, komunitas ini menyediakan makanan sedikitnya 500 bungkus makanan dan minuman untuk lima masjid. Dengan rincian satu masjid 100 bungkus. Di mana pada awalnya hanya sekitar 100-0 bungkus untuk satu masjid, kini setiap jumat bisa lima masjid yang mereka datangi dengan lokasi berpindah-pindah.

Kendala di lapangan yang biasa dihadapi Agus dan komunitasnya saat ini adalah tenaga distribusi. Jika dulu dengan satu masjid bisa dikerjakan secara bersama, kini harus ada pembagian tenaga distribusi mengingat saat ini tidak hanya satu masjid yang mereka datangi.

“Kendala kita adalah laskar sedekah, yang kita bentuk ini masih kekurangan tenaga, biasanya dua orang membagikan di satu masjid. Tugas mereka mulai menyiapkan makanan, menata di lokasi sampai pembagian,” kisahnya.

Kini, komunitas yang dirintis Agus bersama anggota komunitas bahkan sudah memiliki lembaga pendidikan. “Kita ada rumah Quran gratis bagi siapa saja, mulai usia anak-anak, pelajar, mahasiswa bahkan orang tua dengan berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan,” jelas Agus.

“Semua itu gratis, untuk Ma’had yang setara perguruan tinggi itu, yang belajar di sana kita gratiskan untuk seluruhnya, selain biaya pendidikan kebutuhan hidupnya juga ditanggung,” Agus menambahkan.

Sumber dana untuk seluruh kegiatan dan pengelolaan lembaga pendidikan dan rumah Quran murni dari anggota dan relasi pengusaha di luar kota.

“Ada juga komunitas dari luar negeri yang membantu kita,” kata Agus yang memiliki usaha pupuk ini.

Di balik kegiatan sedekah Jumat ada cerita menarik tersendiri. Mulai dari ditolak jemaah karena dikira harus membayar saat diberi makanan sampai dicurigai dari komunitas tertentu.

“Kita juga pernah ditolak penjara, padahal kita juga ingin sekalian dakwah di sana,” ingat Agus sambil tersenyum ramah.

Untuk berbagi sedekah di lembaga pemasyarakatan, menurut Agus harus melalui prosedur administrasi yang panjang,” Ya kita maklumi karena memang seperti itu aturannya di sana, nanti juga kita dikira ada apa-apanya,” tandasnya diiyakan oleh anggota komunitas lainnya.

Ke depannya komunitas sedekah Jumat ini berencana untuk melakukan kegiatan amalnya di pinggiran kota atau di pedesaan. “Mereka kan belum tersentuh, kita juga ingin membangkitkan semangat untuk salat Jumat di masjid di desa-desa,” pungkas Agus.

Selain bersedekah makanan, komunitas Sedekah Jumat ini juga memberikan bantuan berupa perlengkapan soundsystem untuk masjid.

Sumber: Ponorogo Pos

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *