Lakon Ngesot Budoyo; Tampil Percaya Diri dan Ukir Prestasi

Kaum Difabel adalah individu-individu yang selalu dianaktirikan dalam hal mendapatkan kenyaman beraktivitas di ruang publik.

Mereka sering kali mengalami kendala beraktivitas di tempat-tempat umum, baik di pusat perbelanjaan, perkantoran, dan juga tempat wisata. Banyak dari mereka yang lantas menyerah dan pasrah atas diskriminasi yang mereka terima.

Namun hal itu tidak berlaku bagi komunitas Kelompok Lakon Ngesot Budoyo (KLNB) yang berdiri di Solo, 16 Januari 2014.

Dengan anggota delapan orang yang semuanya mengalami gangguan fungsi kaki, mereka ingin memiliki lingkungan yang positif dan saling memberikan dukungan agar berani tampil percaya diri di publik.

Kata “lakon” berasal dari bahasa Jawa yaitu lelakon yang artinya menjalani perjalanan hidup dengan cara apapun, walaupun harus ngesot. Anggota KLNB semuanya menggunakan filosofi ngesot sebagai penyemangat mereka.

“Kelompok Lakon Ngesot Budoyo menginginkan anggotanya jangan mudah menyerah sampai batas kemampuan yang paling tidak mungkin,” ujar Jaka Murtanto, salah satu anggota yang juga Humas KLNB.

Jaka dan teman-temannya juga memiliki banyak kegiatan yang positif sebagai wujud kepedulian terhadap sesama. Misalnya, menandai tempat wisata yang jalurnya dapat dilalui oleh kaum difabel, kemudian mereka share melalui media sosial. Selain itu mereka juga memberikan les melukis gratis di sebuah panti asuhan anak di Solo.

“Kami merasa sangat bersyukur dengan segala potensi yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kami. Meskipun kami tidak terlahir sempurna, namun Dia memberi bakat yang sempurna bagi kami,” ujar Jaka.

Jumlah anggota KLNB ini belum mengalami perubahan sejak pertama didirikan, karena memiliki kualifikasi yang cukup ketat. Kualifikasi itu adalah melawan rasa minder dan berani tampil percaya diri di publik.

Sekadar diketahui, anggota KLNB ini memiliki beberapa prestasi yang membanggakan, seperti ada yang jadi PNS lewat jalur prestasi, menjadi desain grafis dan ilustrator buku Kemendiknas untuk bahan ajar pendidikan luar biasa, eksportir mebel, dan wirausaha yang lain.

“Kami ingin teman-teman komunitas kami menjadi pribadi-pribadi yang mampu menebarkan nilai positif bagi siapa pun. Berani berkarya sehingga bisa berkompetisi secara fair dalam kehidupan bermasyarakat,” tutur Jaka.

Jaka dan teman-temannya sebenarnya pernah mengalami minder dan malu akibat sering diejek, ditertawakan, dan dilecehkan. Namun kini mereka semua telah berhasil keluar dari rasa minder itu. Mereka tampil dengan percaya diri dan mampu mengukir prestasi.

Sebagai komunitas istimewa, Jaka berharap supaya KLNB bisa tetap solid, sehat, dan menjadi pribadi-pribadi yang merasa kaya, sehingga bisa memberi banyak manfaat bagi sesama.

Sumber: Joglosemar

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *