Yogamisbar; Yoga Gratis Setiap Hari Rabu di GBK Senayan

Hari mulai gelap, lampu penerangan di sekitar Gelora Bung Karno (GBK) pun sudah dinyalakan. Ketika jarum jam menunjuk pukul tujuh, makin banyak orang yang datang ke area outdoor dekat patung Panahan GBK Senayan Jakarta.

Satu per satu anggota komunitas #yogamisbar pun telah menggelar matras yang mereka bawa. Lalu di bawah panduan seorang ‘guru’, sekitar 30 orang anggota komunitas #yogamisbar itu melakukan yoga bersama.
Yoga memang makin diminati warga Jakarta, terutama mereka yang ingin menerapkan gaya hidup sehat sekaligus menyeimbangkan fisik dan mental mereka.

Dan komunitas #yogamisbar, menarik garis yang agak berbeda dibanding komunitas yoga lainnya. Konsep ‘fun yoga’ atau yoga untuk bersenang-senang menjadi nafas komunitas, yang menurut salah satu pendirinya, Hendri, terbentuk secara tidak sengaja ini.

Komunitas ini berawal dari perkumpulan Coach Surfing Jakarta yang secara rutin melakukan yoga setiap minggunya. Karena banyak anggota Coach Surfing terdiri dari para traveller atau penyuka jalan-jalan, jadwal pun dibuat sefleksibel mungkin.

“Kalau bisa Rabu ya datang, kalau tidak kita pindah ke Jumat, kadang juga ke hari Kamis,” katanya.

Namun lama kelamaan, latihan yoga yang dilakukan di area outdoor GBK dekat patung Panahan tersebut menyita perhatian para pengunjung GBK lainnya. Peserta yoga pun semakin banyak.

“Bahkan lebih banyak yang bukan dari coach surfing,” katanya.

Maka jadwal yoga bersama yang semula dibuat fleksibel, terpaksa ‘dipatenkan’ menjadi setiap Rabu pukul 19.00 waktu Indonesia barat (WIB) agar mudah untuk diikuti oleh peserta lainnya. Menariknya, meski komunitas ini berdasar pada satu olahraga yang cukup mewah, namun #yogamisbar tidak menetapkan tarif atau ketentuan yang mengikat untuk anggotanya. Bahkan, lanjut Hendri, anggota yang hadir lebih banyak ‘come and go’, jika bisa maka akan hadir dan kalau tidak, mereka tidak akan kembali. Peserta yang ikut pun tidak dikenai biaya.

“Untuk kami, kalau memang mau datang silahkan. Datang saja, bawa matras, minum, handuk serta energi positif dan senyum,” kata Hendri.

Instruktur pun, termasuk Hendri dan dua teman lainnya yakni Joanna dan Sinta, tidak menerima bayaran saat memberikan ‘kelas’ yoga.

“Kami juga meminta peserta agar mengajak kenalan guru yoga untuk ikut mengajar. Tapi memang tidak dibayar,” katanya.

Meski bersifat fun yoga, namun Hendri tidak mengacuhkan ketentuan yoga. Instruktur di #yogamisbar memang memiliki sertifikat mengajar. Pose atau sequence yang diajarkan pun tetap mengikuti aturan.

“Bahkan, setiap sesi, selain instruktur juga ada bagian untuk mengatur alignment saat peserta melakukan pose yoga,” katanya.

Untuk tetap ‘membumikan’ olahraga yoga, Hendri menggunakan nama Yoga Misbar yang berarti Yoga Gerimis Bubar. Nama ini didapat, karena lokasi beryoga yang memang outdoor.

“Kalau gerimis bisa batal, atau malah makin barbar. Makanya, yoga misbar,” katanya.

Nama tersebut dipilih agar terdengar lebih merakyat dan lebih ‘terjangkau’.

“Jadi kalau mau senang-senang sama-sama, berkeringat bersama, yuk ikut yoga misbar,” katanya.

Wahyuni, salah satu anggota #yogamisbar mengaku tidak menyesal ikut komunitas ini. Tidak ada ikatan tertentu namun bisa ikut berolahraga rutin.

“Pertama kali saya ikut, badan langsung pegal-pegal. Tapi nagih. Jadi ingin ikut terus,” katanya.

Demi ‘komitmen’ diri, Yuni sampai rela membeli matras yoga sehingga dia terus termotivasi untuk ikut #yogamisbar secara rutin.

“Kalau lihat mat yoga, kan jadi termotivasi Rabu besok harus ikutan” katanya.

Sumber: Suara.com

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *