Hal-Hal Yang Wajib Diperhatikan Oleh Pelari Pemula

Tren olahraga lari mewabah di kalangan kelas menengah-atas perkotaan Indonesia bebeberapa tahun belakangan ini. Bahkan, komunitas para pelari pun terbentuk, di antaranya Indo Runners, yang salah satu pendirinya (co-founder) Yomi Wardhana.

Tak hanya hobi, lomba lari/maraton pun kini telah menjadi bagian gaya hidup sehat kaum urban.

Menurut Yomi, berbagai kegiatan lari kini telah digelar oleh Indo Runners sebagai bagian dari gaya hidup kaum urban, seperti lari pagi pada Minggu, lari trail, bahkan lari setiap Kamis malam di FX hingga Bundaran HI di Jakarta. Namun, dia juga mengingatkan bahwa lari pun memerlukan persiapan. Selain itu, jangan dipaksakan langsung untuk jarak yang jauh.

Bagi para pelari pemula, ada beberapa tips yang harus diperhatikan. Lari memang terlihat seperti olahraga mudah yang bisa dilakukan siapa saja. Namun, jika tidak dilakukan dengan benar, lari justru bisa berakibat fatal bagi kesehatan pelakunya.

Yomi mengatakan, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan bagi para pelari pemula, di antaranya melakukan persiapan yang baik.

“Gunakanlah baju dan celana olahraga. Selain itu, pakai sepatu lari supaya terhidar dari cedera,” katanya di Jakarta, baru-baru ini.

Untuk teknik berlari, lanjut Yomi, setiap individu memiliki gaya masing-masing. Sejauh ini, belum ada aturan dan cara tertentu untuk olahraga lari yang efisien. Apalagi, setiap individu memiliki jenis kaki yang berbeda-beda. Ada yang rata dan ada yang bengkok.

Karena itu, perbedaan bentuk kaki juga akan membedakan tingkat efisiensi lari setiap orang. “Lari yang efisien adalah lari yang mengikuti irama jantung. Karena, kalau tidak sesuai irama, bisa selesai lebih cepat akibat kecapaian. Just run on your pace. Jangan ikuti teman, jangan memaksakan diri,” sarannya.

Ketika ingin mengikuti lari maraton lebih dari 42 kilometer, Anda pun dianjurkan untuk melakukan persiapan jauh-jauh hari. Selain itu, orang yang boleh ikut lari maraton setidaknya sudah pernah lari lima kilometer (5K) dan 10 kilometer (10K).

“Maraton butuh latihan. Ketahui seberapa kuat tubuh kita bisa berlari. Kalau sudah konstan bisa lari 5K lalu 10K, baru latihan kekuatan kardio. Intinya untuk melatih jantung supaya bisa menyerap oksigen sebanyak-banyaknya,” katanya.

Dalam hal makanan, lanjut Yomi, seorang calon pelari maraton juga harus melakukan carbo loading, atau menumpuk karbohidrat sebelum ikut berlomba. Sekitar seminggu sebelumnya, lakukan penumpukan karbohidrat padat, seperti banyak makan pasta, roti gandum, atau beras merah.

“Pada saat bersamaan, hindari makan lemak, seperti gorengan karena bisa jadi penumpukan yang negatif, hindari alkohol karena tidak akan langsung terurai,” tuturnya.

Selain itu, calon pelari maraton harus melakukan penumpukan isotonik, atau minum air. Hal itu perlu dilakukan agar tubuh tidak kekurangan cairan (dehidrasi) ketika berlari dalam jarak yang jauh, sehingga menguras banyak air dari dalam tubuh dan terbuang lewat keringat.

“Maraton itu bukan main-main, harus disiapkan sebaik mungkin. Kadang ada orang bilang, wahgila, gue habis maraton nih lima kilometer. Itu salah. Pada dasarnya, maraton itu lari setidaknya 42 kilometer, kasarnya sih jarak Jakarta-Bogor,” tambah Yomi.

Sumber: Beritasatu

Sumber Foto: Kabar Bisnis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *