Momen Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tidak dilewatkan Komunitas Peduli Kesehatan Mental (Kopisemen) Sidoarjo. Mereka melakukan road show ke beberapa rumah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di wilayah Kecamatan Krian. Mereka menebar kasih dan kepedulian.
Khasan (nama samaran), 62, begitu senang saat melihat rombongan anggota Kopisemen Sidoarjo berkunjung ke rumahnya di Desa Kemerakan, Krian, Sabtu (8/10). Dia keluar dengan baju yang terlihat bersih.
Kali pertama Khasan menyapa sosok perempuan berkerudung kuning. ’’Dokter Ratna,’’ sapanya kepada dokter Puskesmas Krian yang bernama lengkap Ratna Dewi Rahmawati itu.
Mendengar sapaan tersebut, Ratna pun langsung membalasnya dengan ramah. Bukan hanya Ratna, Khasan juga masih ingat betul dengan beberapa orang yang berkunjung ke rumahnya.
’’Ini Bu Lilis. Ini Pak Ghofur,’’ kata Khasan sambil menyalami satu per satu orang yang namanya dihafal tersebut. Daya ingat Khasan masih cukup kuat.
Rombongan Kopisemen pun memberikan dua jempol kepada Khasan. Sempat dipasung, kini banyak perubahan yang terjadi pada diri Khasan. Dia adalah penderita skizofrenia.
Yakni, gangguan mental yang ditandai gejala halusinasi dan delusi serta gangguan pikiran, perilaku, dan motivasi. Namun, setelah anggota Kopisemen mendampingi keluarga dan pasien, pasungan Khasan dilepas.
Kini Khasan bebas beraktivitas di rumah. ’’Dulu, kondisi Pak Khasan sangat memprihatinkan,’’ kata Ratna. Kopisemen adalah Komunitas Peduli Kesehatan Mental di Kecamatan Krian.
Komunitas itu baru dibentuk pada 25 Oktober 2015. Ratna penggagasnya. Anggota komunitas berasal dari berbagai kalangan.
Mulai pasien ODGJ yang sudah sembuh, keluarga ODGJ, karang taruna, serta masyarakat yang punya kepedulian tinggi terhadap kesehatan mental dan jiwa.
Ratna mengatakan, komunitas tersebut dibentuk sebagai salah satu cara untuk membantu ODGJ di Kecamatan Krian agar bisa disembuhkan dan tidak didiskriminasi.
Kali pertama dibentuk, anggota komunitas sekitar 40 orang. ’’Kami berkomitmen agar bisa merangkul ODGJ supaya memiliki semangat hidup,’’ jelasnya.
Kopisemen, lanjut dia, dibentuk lantaran banyak kasus ODGJ di Kecamatan Krian yang didiskriminasi. Mereka dikucilkan dan disendirikan dalam satu ruangan. Bahkan ada yang dipasung.
’’Banyak keluarga yang tahu ada anggota keluarganya ODGJ langsung dibawa ke rumah sakit jiwa. Mindset itu yang ingin kami ubah,’’ paparnya. Mengirimkan ODGJ ke rumah sakit jiwa bukan solusi utama.
Sebab, salah satu cara menyembuhkannya adalah dukungan dari keluarga. Di situlah peran Kopisemen berjalan. Para anggota mendatangi keluarga ODGJ untuk memberikan sosialisasi dan terapi kepada pasien.
’’Kalau dibawa ke rumah sakit jiwa sudah sembuh dan dibawa pulang. Lalu, kambuh lagi. Kami ingin membentuk rumah sakit melalui komunitas,’’ jelasnya.
Selain itu, khusus masalah kesehatan mental lain bisa ikut diselesaikan dengan pendampingan oleh anggota Kopisemen.
’’Di Krian juga banyak kasus narkoba, perilaku remaja yang menyimpang, dan lain-lain. Itu juga kami dampingi,’’ ungkapnya.
Namun, masalah paling menonjol adalah ODGJ. Selain berkunjung dan membantu para ODGJ untuk mendapatkan perawatan yang layak, mereka mengadakan pertemuan setiap Kamis di Poli Jiwa Puskesmas Krian.
Dalam pertemuan itu, para keluarga pasien pun saling bertukar informasi. Juga, saling memotivasi. Begitu juga pasien ODGJ yang sudah sembuh.
Mereka pun dengan suka hati ikut bergabung untuk memberikan suntikan semangat kepada ODGJ yang belum sembuh.
Biasanya, keluarga yang belum sembuh tidak mau melepas pasung. Sebab, ada kekhawatiran mencederai atau menganggu orang lain.
’’Dengan dimotivasi langsung oleh keluarga ODGJ atau pasien yang sudah sembuh, mereka baru percaya dan optimistis,’’ jelas Ratna.
Para ODGJ yang sudah didampingi diarahkan untuk menjalani rehabilitasi. Waktunya sebulan sekali. Salah satu caranya menjalani psikososial atau terapi aktivitas kelompok di Puskesmas Krian.
Para ODGJ dengan didampingi para anggota Kopisemen diajarkan sesuatu yang bermanfaat. Tentu disesuaikan dengan kemauan pasien.
’’Kami ajarkan menganyam atau hanya berkumpul dan bermain. Minimal mereka bisa sosialisasi dan merasa dimanusiakan,’’ tuturnya.
Yang paling penting, kata Ratna, memberikan pengobatan dan memanusiakan ODGJ. Paling tidak, ODGJ yang sudah sembuh bisa bergaul dengan masyarakat. Keluarga pasien pun demikian.
’’Kami ingin ODGJ bisa menuju mandiri dan produktif. Sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang positif,’’ jelasnya.
Bukan hanya itu, beberapa anggota Kopisemen juga banyak menampung para ODGJ yang tidak diakui keluarganya. Salah satunya Abdul Ghofur Rurokhim.
Kini Ghofur sudah menampung enam ODGJ yang ditelantarkan. Dia merawat ODGJ tersebut hingga sembuh dan beraktivitas seperti biasa. Bahkan, dia sudah berencana membuat bisnis warung kopi dan lalapan pecel lele.
’’Kasihan tidak diakui. Padahal, mereka juga bisa diberdayakan dengan hal yang positif. Saya akan ajak bikin bisnis,’’ paparnya. Begitu juga Lilis Suryani. Perempuan 40 tahun itu merawat delapan ODGJ.
Kini seluruh ODGJ tersebut sudah sembuh. Bahkan, mereka bergabung dalam Kopisemen dan ikut mendampingi pasien yang belum sembuh.
’’Sangat senang kalau ikut datang ke teman-teman yang juga skizofrenia. Saling memberikan motivasi. Dia juga menunjukkan bukti bahwa skizofrenia bisa sembuh,’’ tutur Lilis.
Sumber; Jawa Pos