AJI: TNI AU Tak Serius Usut Kasus Kekerasan Jurnalis di Medan

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia meminta TNI Angkatan Udara lebih transparan dalam proses penyidikan kasus kekerasan terhadap jurnalis yang melibatkan aparat TNI AU di Medan, Sumatera Utara. Sikap transparan menjadi cerminan kesungguhan TNI AU menyelesaikan kasus itu.

“Saya menilai tidak ada transparansi dalam perkembangan penyidikan kasus kekerasan jurnalis oleh anggota TNI AU di Medan. Sudah dua bulan lebih sejak kasus ini terjadi, tidak ada perkembangan yang signifikan. TNI AU tidak menunjukkan keseriusan dalam menangani kasus yang melibatkan anggotanya. Padahal semua bukti sudah lengkap dan saksi sudah memberikan keterangan,” kata Ketua Umum AJI Indonesia, Suwarjono di Jakarta, Minggu (23/10/2016).

Kasus kekerasan yang dilakukan anggota TNI AU itu terjadi di Medan, Senin (15/8/2016) lalu. Jurnalis peliput demonstrasi warga dipukuli anggota TNI AU yang saat itu terlibat bentrok dengan pengunjuk rasa. Setidaknya dalam peristiwa ini, enam jurnalis terluka.

Korban dengan didampingi Tim Advokasi Pers Sumatera Utara melaporkan kasus kekerasan ke Polisi Militer (POM) Angkatan Udara Soewondo, yang langsung menanganinya. Pelaku penyerangan melanggar UU Nomor 40 tahun 1999 tentang pers, karena saat peristiwa itu berlangsung, korban sedang melakukan aktivitas jurnalistik.

Setelah melakukan pemeriksaan saksi, POM TNI AU Soewondo menetapkan dua anggota TNI AU sebagai tersangka. Uniknya, POM TNI tidak bersedia menyebutkan identitas tersangka.

Sementara, Ketua AJI Medan Agoez Perdana melihat adanya indikasi menutup-nutupi kasus itu.

“Sikap POM Lanud Soewondo mengindikasikan ada sesuatu yang ditutup-tutupi, kalau memang semua sesuai dengan fakta yang ada, buka saja,” jelas Agus.

Pengungkapan identitas tersangka secara terbuka, kata Agoez, menjadi mekanisme publik untuk melakukan kontrol atas kasus itu. Sekaligus mempercepat proses hukum ke ranah peradilan militer.

“Menutupi identitas tersangka justru tidak sesuai dengan UU KIP, karena TNI AU adalah lembaga publik, apalagi kasus kekerasan ini melibatkan pihak lain dan bukan termasuk yang dikecualikan,” kata Agoez.

Dalam catatan AJI Medan, setidaknya ada enam jurnalis yang menjadi korban penyerangan TNI AU. Mereka adalah Array Argus (Harian Tribun Medan), Teddy Akbari (Harian Sumut Pos), Fajar Siddik (Medanbagus.com), Prayugo Utomo (Menaranews.com), Andri Safrin (MNC News) dan DE (Matatelinga.com). DE adalah jurnalis perempuan satu-satunya yang mengalami pelecehan seksual.
Sumber: Suara

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *