Bima Prasetyo Adi: Modal Nekat Berbagi Kebahagiaan dengan Anak Prasejahtera

Ketika melewati ruas Jalan Bangbarung, Kota Bogor, Jawa Barat di suatu malam, mata Bima tertuju kepada sekelompok anak pemulung dan pengemis yang sedang “bekerja”. Pikiran dan hati yang penuh dengan rasa penasaran kemudian mendorongnya untuk menghampiri anak-anak tersebut. Ia kemudian bertanya alasan anak-anak itu “bekerja”, pasalnya tak wajar bila seorang anak kecil berkeliaran malam hari.

Selesai bertanya bukan lega yang ia rasa, melainkan rasa sesak karena ia tahu fakta, bahwa anak-anak ini “bekerja” untuk dapat membeli peralatan dan seragam sekolah. Sesak itu kemudian membuat bibirnya mengucap janji kepada anak-anak itu untuk membuat kelompok belajar kecil untuk anak-anak jalanan.

Pemuda yang mengucap janji ini bernama Bima Prasetyo Adi. Pria kelahiran tahun 1991 ini  kemudian nekat mengajak teman-temannya untuk mewujudkan janjinya tersebut. Ia mengajak teman-temannya untuk terlibat juga memberikan pendidikan bagi anak-anak prasejahtera di kota hujan, Bogor. Dan akhirnya pada 19 Agustus 2010, didirikanlah komunitas ‘Sekolah Bersama Yuk’.

Pelajaran Non-formal untuk Anak Kampung Ceger

Komunitas yang pertama kali mengadakan kegiatan belajar mengajarnya di SDN 2 kota Bogor ini tak disangka Bima akan mendapat apresiasi dari guru dan orang tua murid sekolah itu. Dan simsalabim, jumlah muridnya bertambah hingga 60 anak.

Tambahnya, “Nah, setelah itu, kita putuskanlah untuk mandiri dengan menyewa rumah kecil, seperti rumah petak, untuk kegiatan belajar mengajar, membuat perpustakaan, dan kegiatan lainnya yang membuat anak-anak semangat.”

Komunitas yang kini bermarkas di Kampung Ceger, Bogor, Jawa Barat, fokus memberikan pendidikan alternatif atau pendidikan non-formal, pasalnya dikatakan Bima, hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya rasa jenuh pada anak-anak yang sudah berlama-lama belajar pelajaran di sekolahnya.

“untuk pelajaran formal, seperti matematika, bahasa Indonesia dan lainnya itu kita hanya berikan bantuan pendampingan atau konsultasi PR saja. Ya, jatuhnya seperti bimbel. Kalau ada kesulitan pelajaran, kita tetap bantu,” ujar pemuda yang berprofesi sebagai marketing di sebuah perusahaan swasta di Ibu Kota.

Pendidikan alternatif yang diberikan Bima dan kawan-kawan meliputi edukasi dan pelatihan di bidang kuliner, kelas edukasi nutrisi untuk tingkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan kebersihan lingkungan, dan kelas Bahasa Inggris.

Tambahnya, “oiya, soal pelatihan kuliner itu. Melalui program itu kami ingin memberdayakan ekonomi masyarakat lewat pengolahan penganan. Kami carikan konsumennya dan pasarnya, nanti anak dan masyarakat yang produksi.”

Selain itu, Sebersy (singkatan ‘Sekolah Bersama Yuk’) juga memfasilitasi pembiayaan anak-anak yang putus sekolah. Fasilitas yang diberikan berupa pembiayaan Program Kejar Paket A. Fasilitas ini dikatakan Bima merupakan hasil kerja sama dengan pemerintah setempat.

“Kalau ada yang putus sekolah tinggal bilang ke kita saja. Kita akan segera bantu,” ucap Bima.

Digelayuti Permasalahan SDM Komunitas

Meski telah berumur enam tahun, Sebersy masih saja digelayuti permasalahan sumber daya manusia atau SDM komunitas. Diakui Bima, mencari anggota dan relawan yang berkomitmen untuk tetap tinggal itu masih sulit. Banyak anggota yang datang hanya di awalnya saja, namun ketika ditanya keberadaan dan kontribusinya, anggota tersebut justru menghilang.

Selain SDM, tantangan lainnya datang dari pendanaan. Meski tak sesulit masalah SDM, Sebersy masih kesulitan untuk menemukan donatur tetap penyokong kegiatannya. Akan tetapi diakui Bima, untuk masalah pendanaan kini komunitasnya bekerja sama dengan komunitas WABE Project atau komunitas yang juga bermarkas di Kampung Ceger, Bogor, namun berfokus pada pengelolaan sampah untuk biaya sekolah formal, seragam dan peralatan sekolah. (Eulis Utami: Kelola Sampah Demi Pendidikan Anak-anak Kampung Ceger)

Tambahnya, “Kalau WABE fokus pada pemberdayaan masyarakatnya kan, kalau Sebersy lebih ke anak-anaknya.”

Akan tetapi tantangan dan kesulitan yang ia hadapi seakan runtuh ketika melihat keceriaan anak dan perubahan yang terjadi pada anak, setelah Sebersy mendidik mereka. Diungkapkan Bima, ada perubahan signifikan terhadap perilaku dan psikologis anak, misalnya dalam hal perilaku, anak-anak Kampung Ceger. Mereka yang awalnya tertutup dan malu berinteraksi dengan orang banyak, kini lebih terbuka dan luwes. Dan ini yang paling membanggakan kata Bima, yakni perubahan cara mereka berkomunkasi.

“Kelihatan sekali dulu anak-anak ini punya tata bahasa yang terbilang sembarangan dan tidak sopan. Tapi setelah kita arahkan, mereka sekarang lebih sopan,” jelas Bima.

Anak-anak juga lebih terlihat memiliki semangat dan motivasi untuk belajar, pasalnya itu penting untuk meningkatkan tingkat pendidikan kampung ceger. Anak-anak juga jadi memiliki tempat curhat kegiatan mereka, karena mereka sudah anggap Sebersy adalah keluarga kedua mereka.

Kebahagiaan untuk Bima

Ketika ditanya mengapa semangatnya sangat berkobar ketika memberikan pendidikan buat anak-anak Kampung Ceger, pemuda yang katanya tak punya passion dalam bidang mengajar ini mengatakan ia ingin terus berbagi virus positif buat banyak orang disekitarnya, bukan hanya kepada anak-anak lewat pendidikan, tetapi juga para pemuda anggota komunitas.

“Karena lewat kegiatan komunitas ini saya mendapat banyak hal, salah satunya bersyukur. Kehidupan yang kita miliki ini sebenarnya jauh lebih beruntung dari anak-anak ini. Saya kadang suka membagikan itu ke anggota komunitas. Ya, maka itu saya nggak pernah lelah untuk mencari inovasi kegiatan apa lagi untuk kemajuan pendidikan anak-anak ini,” jelas Bima panjang lebar.

Penguatan dirinya juga datang dari pemikirannya mengenai kebahagian. Bagi Bima, kebahagian itu tidak bisa ia dapatkan dari materi atau pun liburan, melainkan kesempatan untuk berbagi dengan yang membutuhkan adalah satu bentuknya.

Optimisme Ciptakan Dampak Besar

Kedepannya Bima berharap gerakan pendidikan alternatif komunitasnya ini bisa menyebar ke daerah lain agar dampak perubahan lebih besar terasa. Akan tetapi ada PR yang mesti diselesaikan Bima dan kawan-kawan terlebih dahulu, yakni masalah SDM.

Tak ketinggalan, Bima juga berharap anak-anak Kampung Ceger yang dididik Sebersy di masa mendatang bisa melanjutkan gerakan komunitas Sebersy dengan kembali mengajarkan anak-anak Kampung Ceger yang baru agar tingkat pendidikan di kampung ini bisa membaik.

“Ya, berharap sih supaya tercipta siklus peningkatan pendidikan ini nggak  putus. Saya juga optimis gerakan ini bisa meluas, ” tutup Bima.

 

DOKUMENTASI: Bima Prasetyo Adi

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *