Jogja Menyala: Nyalakan Minat Baca Masyarakat

Buku adalah jendela dunia, membacalah maka kamu akan mampu mengubah dunia.

Penggalan kalimat tersebut menyuarakan bahwa buku adalah suatu yang penting di kehidupan manusia. Di zaman yang serba digital serta kemajuan teknologi yang mumpuni saat ini, membuat eksistensi buku menjadi semakin tergusur meski belum sepenuhnya hilang. Meskipun generasi muda saat ini sudah terlanjur tergerus oleh kehadiran perangkat digital yang multitasking, namun tidak bisa dipungkiri bahwa kenikmatan membaca sebuah buku tidak bisa dikalahkan oleh suatu apapun meski itu adalah sebuat perangkat yang memiliki teknologi tinggi sekalipun. Imajinasi kita ketika mebaca lalu membayangkan bagaimana sebenarnya sebuah kejadian dalam buku itu terjadi, sedikit banyak membantu perkembangan pola dan daya pikir seseorang.

Rasa puas setelah melihat kebahagiaan orang lain merupakan salah satu alasan yang cukup kuat untuk melandasi berdirinya komunitas Jogja Menyala. Dengan tidak mengharapkan imbalan atas apa yang dilakukan dan juga keinginan untuk membantu sesama yang membutuhkan dari segi pendidikan yang tentunya berdampak besar di kehidupan yang akan datang, serta mendorong timbulnya minat baca dan membuka wawasan yang lebih luas dari masyarakat menengah kebawah merupakan sepenggal visi dan misi dari komunitas non-profit ini. Ajeng dan kedua temannya yang notabene adalah seorang awam di dunia pendidikan, hatinya tergerak setelah melihat rekan-rekannya dari komunitas Indonesia Mengajar yang bertugas di Aceh Utara, yang setiap harinya bertaruh agar tetap hidup karna konflik yang berkepanjangan disana membuat angka harapan hidup didaerah tersebut dirasa tidak cukup tinggi. Rekan-rekan dari Indonesia Mengajar ini bermaksud untuk ditarik ke daerah asal demi alasan keselematan. Namun, mereka ingin meninggalkan sesuatu yang dirasa berguna dan bermanfaat serta memiliki nilai keuntungan berkepanjangan, barang tersebut adalah buku. Ajeng dan kawan-kawannya mulai mengumpulkan beberapa buku layak baca dari sumbangan-sumbangan teman-temannya, mereka menyortirnya menjadi beberapa klasifikasi dan akhirnya mengirimkannya ke daerah Aceh Utara. Setelah mendapat kabar balasan dan dokumentasi kegiatan terakhir dari teman-teman disana, rasa puas sungguh-sungguh muncul di hati Ajeng dan teman-temannya,“Melihat senyum di wajah anak-anak tersebut adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi kami.” Hingga pada akhirnya dia dan kedua temannya meresmikan kehadiran komunitas Jogja Menyala di bulan Desember tahun 2011, dibawah kepemimpinan Indonesia Menyala. Komunitas ini pun menjadi anak komunitas Indonesia Menyala yang pertama kali muncul di daerah. Pada awalnya komunitas ini tidak cukup dikenal karna tidak adanya open recruitment secara langsung ke khalayak umum. Mbak Ajeng mengakui bahwa antusiasme dari masyarakat pada saat itu tidak terlalu terlalulu terlihat. Meski begitu, beberapa kawan muda dari beberapa universitas pun mulai merapat masuk karna beberapa channel yang Mbak Ajeng miliki serta pekerjaannya sebagai penyiar radio di Swaragama tentunya memberi suatu pengaruh yang positif. Keikutsertaan komunitas Jogja Menyala di roadshow komunitas Indonesia Mengajar di beberapa universitas di Yogyakarta pun sedikit banyak memberi dampak yang baik dari publikasi komunitas ini selain dari publikasi mulut ke mulut tentunya.

Waktu berjalan hingga akhirnya anggota komunitas ini hamper menyentuh angka keseratus. Kehadiran orang-orang yang berpikiran segar serta berjiwa muda benar-benar dibutuhkan pada saat itu, sehingga jumlah yang mencapai angka itu sangat sangat disyukuri oleh Mbak Ajeng yang masih aktif di keanggotaan komunitas Jogja Menyala. Dikarenakan oleh kesibukan dan berbagai urusan diluar komunitas yang begitu padat serta keharusan untuk kembali kekota asal membuat dua teman seperjuangan kala mendirikan komunitas ini harus pergi dan menyisakan Mbak Ajeng sebagai satu-satunya founder yang masih bertahan. Melihat keseharian anggota serta kegiatan-kegiatan yang dimiliki para anggotanya diluar kegiatan komunitas ini yang tentunya juga memiliki nilai penting bagi setiap orangnya, membuat Mbak Ajeng memilih untuk mengatur keanggotaan didalam komunitas Jogja Menyala menjadi keanggotaan tidak-terikat. “Orang bebas untuk datang, ikut berdinamika bersama, berkumpul dan sharing bersama, atau bahkan hanya datang untuk mampir menyumbang buku disini,” kata Mbak Ajeng. Menurutnya, hadir ataupun tidak hadir, dia akan sangat menghargai semua usaha dan jerih payah yang telah dilakukan semua member dari komunitasnya ini, karena dia berpikir bahwa dia tidak mampu memberi apa-apa lagi kepada anggotanya selain rasa bahagia.

Ya, rasa bahagia akan hadirnya senyum di wajah anak-anak kecil yang menerima hadiah berupa buku bacaan yang berisi segala informasi baru, yang mungkin tidak bisa mereka temukan sebelum mereka membaca buku tersebut, serta rasa bangga pada kemudian hari karna mampu menumbuhkan rasa percaya diri, rasa ingin tahu pada generasi muda yang tentunya pasti akan berdampak positif pada kehidupannya kedepan. Ketidakterikatan ini terkadang memang bisa membuat kalang kabut ketika seharusnya packing, menyortir buku-buku sesuai jenisnya yang tentunya membutuhkan banyak tenaga. Beruntungnya, keeratan suasana pertemanan di komunitas ini membuat para anggotanya enggan untuk berlama-lama vakum dari kegiatan.”Banyak yang pergi, tapi gak lama mereka balik. Katanya mereka kangen.” Suasana persaudaraan, serta rasa bahagia dari berkegiatan bersama anak-anak membuat rasa kangen muncul secara tidak diundang ke dalam hati dari masing-masing anggota. Mbak Ajeng pun mengakui perasaan yang sama ketika pekerjaan mencapai kata”penat” dan kegiatan inilah yang memberi satu rasa damai di hati untuk mengusir rasa “penat” tersebut.

Beragam kegiatan pun mulai dirintis, dari pengumpulan buku secara kolektif dari anggota-anggotanya, keikutsertaan dalam roadshow komunitas Indonesia Mengajar di beberapa Universitas di Yogyakarta, pembukaan taman baca di beberapa daerah di Yogyakarta, hingga pengirimin buku ke mahasiswa-mahasiswa KKN serta beberapa komunitas masyarakat didalam wilayah Yogyakarta hingga diluar wilayah Yogyakarta. Dari beberapa pengumpulan buku yang dilakukan, tidak melulu buku-buku tentang anak-anak yang didapatkan. Dari pengumpulan buku tersebut, lalu dilakukan penyortiran sesuai klasifikasi buku tersebut. Menurut sumber yang kami dapat, ada buku religi, bacaan anak-anak, majalah bobo, buku pelajaran SD, SMP, SMA; buku kesenian, bahkan juga ada buku resep masakan yang ditujukan untuk ibu-ibu rumah tangga. Jenis-jenis tersebut nantinya akan disortir lagi menurut kebutuhan dan juga permintaan khusus dari para pemesan. Biasanya, buku-buku pelajaran dan buku-buku anak-anak paling banyak diminati, karena kebanyakan mahasiswa KKN mengadakan sebuah taman baca kecil di sela-sela kegiatannya. Ketika ditanya tentang bagaimana keuangan komunitas ini berjalan, bagaimana cara mereka mengirim berbagai paket buku-buku ke berbagai daerah, dan apakah mereka memasang tariff atas buku-buku yang mereka berikan selama ini, Mbak Ajeng pun mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan selama ini tidak didasari atas kebutuhan timbal balik berupa materi yang disebut uang. Mereka tidak memasang tarif atas apa yang mereka berikan kepada orang-orang yang membutuhkan buku-buku tersebut. Namun, mereka menerima secara sukarela jika ada donator ataupun orang yang memberikan bayaran berupa uang dan menggunakannya sebagai alat pembayaran ketika mengirimkan paket buku-buku, memang pantas jika komunitas ini disebut sebagai salah satu komunitas berbasis masyarakat yang non-profit. Satu-satunya profit yang benar-benar terlihat dan bisa dirasakan secara nyata adalah rasa bahagia dan rasa puas itu sendiri.

Jogja Menyala setidaknya pernah mengirimkan atau mendistribusikan buku-buku ke Aceh Utara, Paser Kalimantan Timur, Musi Banyuasin, Bima NTB, Pulau Bawean, Lebak Banten, Tulang Bawang Lampung. Buku-buku yang dikirimkan terus berlanjut disulap menjadi perpustakaan buku di daerah yang dituju, dengan penanggung jawab para pengajar muda yang sedang bertugas. Selain mengirimkan buku-buku ke luar daerah, Jogja Menyala juga membantu meningkatkan minat-minat baca para warga kota Jogja. Dengan membuat taman-taman baca di daerah Godean dan juga salah satunya adalah kota Gede. Hal ini tentunya sangat membantu warga-warga setempat dalam menambah minat baca mereka, dengan adanya taman baca yang telah dibuat oleh para anggota Jogja Menyala ini. Komunitas Jogja Menyala juga tergabung dalam Forum Jogja Peduli. Melalui forum ini kiranya setiap komunitas termasuk Jogja Menyala dapat bersinergi dan bekerja sama untuk membawa Indonesia terutama Yogyakarta kearah perubahan yang lebih baik. Jogja Menyala juga pernah bekerja sama dengan FEB UGM. Jogja Menyala dan FEB UGM melakukan kegiatan di 3 wilayah yang semuanya itu adalah taman bacaan binaan Jogja Menyala yaitu di Seyegan (Sleman), Sidoarum Godean (Sleman) dan Rusun Projotaman sari kotagede (Bantul). Dalam kerja samanya ini, Jogja Menyala dan FEB UGM mengadakan kelas inspirasi Penyala untuk adik2. Para adik-adik ini diajarkan untuk berani bagaimana caranya berbicara di depan umum. Mereka diajarkan berani untuk berbicara di depan umum. Selain itu juga Jogja Menyala dan FEB UGM mengajarkan adik-adik untuk membaca, menulis, dan juga mewarnai.

Ajeng, selaku ketua Jogja Menyala pernah diundang untuk menjadi narasumber di Talkshow Pendidikan yang diadakan oleh Hima pendidikan Sosiologi UNY di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta pada hari senin 24 November 2014. Selain itu, Jogja Menyala juga beberapa kali diundang dalam beberapa acara dan media masa untuk menjadi narasumber seperti Jawa Pos, Adi TV, MQ FM dan RRI. Sejauh ini Jogja Menyala juga berperan aktif dalam kegiatan sosial atau publik lainnya. Seperti bakti sosial ke panti asuhan cacat ganda Sayap Ibu Yogyakarta, diskusi bersama alumni Indonesia Mengajar, turut serta dalam kegiatan roadshow Indonesia Mengajar Jogja.

Peningkatan-peningkatan yang dirasakan masyarakat Jogja atas kehadiran komunitas Jogja Menyala salah satunya adalah meningkatkan minat baca mereka. Melaui buku-buku dan taman-taman baca yang dibuat komunitas Jogja Menyala membuat masyarakat termasuk anak-anak menjadi lebih sering membaca. Itu semua sudah sesuai dengan apa yang diharapkan komunitas Jogja Menyala ini. Walaupun demikian, Jogja Menyala masih berusaha untuk terus menumbuhkan minat-minat baca masyarakat-masyarakat Jogja, mereka tidak ingin minat baca para masyarakat ini hidup hanya sementara, tapi Jogja Menyala ingin minat baca para masyarakat ini bertahan secara lanjut.

Untuk sekarang ini tantangan yang dihadapi Jogja Menyala dalam mengembangkan komunitasnya masih belum terlihat. Hanya saja, salah satu kesulitan yang dialami Komunitas Jogja Menyala sekarang ini adalah mendapatkan buku-buku yang sesuai dengan pesanan, entah itu pesanan dari teman-teman KKN dll. Selain itu, tantangan yang dihadapi komunitas Jogja Menyala dalam meningkatkan kebaikan masyarakat adalah mempertahankan minat baca masyarakat itu sendiri. “Menghidupkan minat baca masyarakat itu memang mudah, tapi mempertahankan dan membuat minat baca itu tetap menyala bahkan menyala lebih terang adalah sesuatu yang sulit.”

Sumber: Citralekha

 

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *