Jurnalis Jember Bergerak Lawan Kekerasan atas Jurnalis

Para jurnalis yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Jember menggelar aksi damai, Senin (3/10/2016). Mereka meminta Panglima TNI mengusut tuntas kasus kekerasan yang dilakukan anggota TNI terhadap wartawan di Madiun, Jawa Timur.

Aksi ini dimulai dari bundaran DPRD Jember dengan melakukan orasi dan membentangkan sejumlah poster bernada tuntutan. Usai itu, puluhan jurnalis tersebut melakukan longmarch untuk menggelar orasi di depan Markas Kodim 0824 Jember, yang berjarak sekitar 1,5 Kilometer.

Demonstrasi tersebut diikuti oleh sejumlah elemen jurnalis di Jember, yakni Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jember, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Tapal Kuda di Jember, Jember Sourth Journalist (JSJ) dan Forum Wartawan Lintas Media (FMLM) Jember.

Ketua JSJ Rully Efendi mengatakan, insiden pemukulan yang dilakukan oleh sejumlah anggota TNI Angkatan Darat Batalyon Infanteri 501 Rider Madiun, merupakan insiden yang mencederai kebebasan pers di Indonesia.

Menurut dia, insiden itu merupakan sejarah buruk bagi perkembangan dunia pers, karena alat kerja sang jurnalis dirampas kemudian dirusak oleh anggota TNI tersebut.

“Oleh karena itu kami minta kasus ini diusut tuntas, pelakunya juga harus dihukum berat. Karena insiden itu tak hanya perbuatan kriminal tapi juga telah membungkam kebebasan pers di Indonesia,” katanya.

Berdasarkan catatan AJI Jember, kasus yang menimpa Kontributor Net TV di Madiun Soni Misdananto, bukanlah kasus kekerasan pertama terhadap jurnalis.

Sebelumnya, pertengahan Agustus 2016 lalu anggota TNI AU di Medan menganiaya dua jurnalis dari Tribun Medan dan MNC TV. Tindak kekerasan juga dilakukan ketika dua jurnalis itu sedang melakukan tugas peliputan.

Masih di bulan Agustus, juga terjadi pengancaman verbal oleh anggota TNI kepada seorang jurnalis radio di Bengkulu. Sementara pada Februari 2016 sebelumnya, terjadi insiden perampasan kamera oleh anggota TNI AU kepada jurnalis Radar Malang yang meliput jatuhnya pesawat Supertucano di Kota Malang.

“Pimpinan TNI harus menindak tegas anggota TNI yang melakukan kekerasan terhadap jurnalis dan melakukan evaluasi tentang tugas pokok TNI yang seharusnya melindungi dan mengayomi masyarakat,” ujar Ketua AJI Jember, Ika Ningtyas, dalam siaran pers yang diterima TIMES Indonesia.

Perwakilan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Chofie menuturkan, peristiwa kekerasan itu menunjukkan jika masih ada arogansi ditubuh aparatus negara. Sebab menurutnya, pelaku pemukulan mengetahui bahwa korbannya adalah seorang jurnalis.

“Bahkan pelaku merusak kartu memori yang menyimpan hasil kerja jurnalis. Ini sudah tindakan yang keterlaluan dan Panglima TNI harus bertanggung jawab,” tegasnya.

Dia pun menuntut Panglima TNI tegas dan menghukum seberat-beratnya anggota TNI yang melakukan penganiayaan kepada Soni Misdananto tersebut.

Ketua FWLM Jember, Ihya Ulumiddin menyebut, institusi TNI agar melakukan revolusi mental terhadap para anggotanya. Sebab menurutnya, masih terjadinya kasus kekerasan terhadap jurnalis itu menunjukkan jika TNI masih alergi terhadap kinerja jurnalis.

“Saya kira apa yang dilakukan TNI dengan jargon bersama rakyat TNI kuat, masih gagal. Kekerasan itu menunjukkan arogansi aparat masih tinggi,” ucapnya.

Dia mengimbau, institusi apapun di negeri ini untuk menghormati kerja jurnalis, apalagi sampai menghalang-halangi. Karena hal itu merupakan perbutan pidana dan mencederai demokrasi di Indonesia.

Sumber: Times Indonesia

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *