Tepat pada 29 Desember 2011 mereka berangkat dari Pantai Cermin sejak pukul 07:00 WIB. Mereka menggunakan jasa perahu nelayan berkapasitas 20 orang karena tidak ada kapal rutin untuk menuju ke pulau itu. Berbekal riset dari internet, kalkulasi biaya awal sekitar Rp250.000-Rp300.000 per orang untuk 2 hari 1 malam. Untuk ukuran mahasiswa, biaya itu perlu ditabung agar mereka bisa memenuhinya.
Menyeberangi lautan Selat Malaka, kapal nelayan itu dipacu selama 5 jam. Sekitar tengah hari bolong, rombongan tiba di Pulau Berhala dan disambut oleh marinir TNI AL dengan menyerahkan surat izin dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serdang Bedagai. “Kami tidak ada membawa bekal makan siang, lalu kami membangun tenda dan masak. Itu pertama kalinya kami sampai di Pulau berhala menjelang tahun baru,” ungkap Aulia.
Akibat begit antusiasnya mereka tiba di sebuah privat island, Aulia dan teman-temannya tidak melewatkan setiap sudut pulau nan indah itu. Mereka mengunjungi penangkaran penyu yang dikelola oleh marinir, melihat penyu-penyu bertelur dimalam hari, tracking keliling pulau, hingga snorkling melihat terumbu karang. Mereka juga menaiki 700 anak tangga mercusuar untuk menyaksikan sekeliling pulau dari ketinggian. Jika cuaca tengah mendukung, pada malam hari tampak lampu-lampu berkedip-kedip di daratan Malaysia.
Saat perjalanan pulang, perahu dikayuh sejak pukul 11:00 WIB dari ulau itu. Mereka tidak lagi membawa persediaan logistik cukup banyak. Hanya persediaan makan seadanya untuk 16 orang itu. Tengah malam mereka sampai di daratan Serdang Bedagai dan akhirnya memutuskan untuk menginap. Orang tua masing-masing cemas karena tidak kunjung mendapatkan kabar. Mereka tiba di Medan tepat pada 3 Januari 2012.
Setelah perjalanan mendebarkan itu, masing-masing anggota berkomunikasi dan disepakati diadakan syukuran. Di sebuah rumah makan tepatnya Pasar Merah Square, Medan, mereka menggelar syukuran dari dana perjalanan yang masih tersisa.
Sumber: Innokribow