Dewasa ini perkembangan seni rupa Indonesia yang semakin mengalami kemajuan membuat semakin banyak jumlah perupa yang muncul ke permukaan. Adu kreativitas serta kreasi berlangsung di antara para perupa tersebut. Tentunya peran media massa, internet serta keterbukaan informasi membuat para perupa tidak pernah kehilangan referensi dan pengetahuan tentang dunia seni rupa.
Di Jawa Timur sendiri banyak berlangsung even pameran seni rupa yang diselenggarakan di berbagai daerah. Adanya dewan kesenian yang tersebar di daerah-daerah di Jawa Timur memberikan kesempatan bagi para perupa untuk bisa memamerkan karya-karyanya. Selain itu, dewan kesenian banyak memberikan informasi seputar seni rupa yang juga berguna bagi eksistensi para perupa di berbagai daerah.
Sebagai ibukota provinsi, Surabaya merupakan dambaan dari para perupa daerah untuk bisa berpameran di kota tersebut. Tentunya status sebagai kota Metropolitan dimana perputaran roda ekonomi serta keterbukaan informasi membuat perupa dari berbagai daerah berlomba-lomba untuk bisa berpameran di kota itu. Tentunya tidak mudah bagi para perupa, utamanya pemula untuk bisa berpameran di Surabaya, karena selain perupa lokal jumlahnya telah membludak, keterbatasan ruang pamer juga menjadi kendala.
Berdasarkan kegelisahan tersebut, Muit Arsa, seorang seniman seni rupa Surabaya berinisiatif mendirikan sebuah wadah untuk bisa menaungi seluruh perupa dari berbagai daerah di Jawa Timur. Jaringan luas yang dimiliki oleh Muit Arsa di Surabaya, terkait akses ke dalam sarana-sarana ruang pamer serta informasi tentang kolektor-kolektor seni ingin ia manfaatkan bagi para perupa di Jawa Timur untuk bisa eksis di dalamnya.
“Wadah itu selain sebagai sarana berpameran perupa Jawa Timur di Surabaya, juga berfungsi sebagai sarana ekspansi karya kami ke luar Surabaya, ke daerah-daerah di Indonesia, bahkan harapannya bisa membawa perupa Jawa Timur berpameran hingga ke luar negri,” ungkap Muit Arsa. Walhasil, dengan usaha kerasnya, tepatnya pada tahun 2004 ia mampu mengajak puluhan perupa dari berbagai daerah di Jawa Timur, bergabung dalam suatu wadah yang dinamakan Koperjati (Komunitas Perupa Jawa Timur).
Dengan harapan mampu mengakomodir para perupa Jawa Timur untuk bisa mengembangkan kreasi, kreativitasnya dengan berpameran di Surabaya dan Indonesia, Koperjati pada 2004 membuat gebrakan awal, yakni mengadakan sebuah pameran seni rupa yang dinamakannya pameran ‘Lintas Generasi’. Pameran itu diselenggarakan di Balai Pemuda, Surabaya, dan mengikutsertakan 70 perupa dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga perupa berusia lanjut. Gebrakan awal ini mendapat respon positif dari masyarakat Surabaya juga pengamat-pengamat seni rupa di Surabaya. Gebrakan awal yang melibatkan perupa lintas generasi itupun tak ayal membuat nama Koperjati mulai dikenal.
Gebrakan awal yang cukup mendapat respon positif dari masyarakat serta para pengamat seni itu rupanya tak cukup sampai disitu. Berbagai kegiatan yang mereka adakan dalam perjalanannya juga banyak menyita perhatian dari masyarakat luas. “Setiap tahun kami mengadakan beberapa kali even pameran dan selalu mendapat respon dari masyarakat,” ujar Hadi Gondrong, salah satu anggota Koperjati.
Tercatat dari tahun 2004 hingga kini Koperjati telah melakukan 12 kali pameran di Surabaya dan di berbagai daerah di Jawa Timur. Dalam setiap pameran, mereka melakukan sistem seleksi untuk menjaring karya-karya yang layak pamer. “Sistem seleksi ini melibatkan banyak pengamat seni, sehingga kami selalu bisa menjamin mutu dan kualitas karya yang dipamerkan. Maka dari itu Koperjati semakin dikenal masyarakat karena di dalamnya banyak perupa-perupa berbakat,” ungkap Juniarto, anggota Koperjati yang juga guru seni rupa di sekolah swasta itu.
Dalam perkembangannya, Koperjati semakin dikenal masyarakat luas. Perupa-perupa dari berbagai daerah secara aktif terlibat dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan tiap tahunnya dan seiring perkembangan waktu, intensitas media massa dalam mengekspos keberadaan Koperjati semakin ramai dan tentu membuat anggota mereka semakin banyak. “Keberadaan media massa juga berpengaruh terhadap eksistensi kami dan pemberian informasi kepada para perupa daerah untuk bergabung,” ujar Wahyudi, anggota Koperjati. Diterangkannya pula, bahwa anggota Koperjati memiliki latar belakang yang beragam, mulai dari guru, dosen, pengusaha, PNS hingga petani daerah.
Selain mengadakan even pameran rutin, Koperjati kerap kali mengadakan even-even semisal melukis bersama yang diikuti oleh puluhan anggotanya. Kegiatan melukis bersama itu kerap diadakan di berbagai tempat, seperti di gedung kesenian, cafe, hotel maupun tempat-tempat lain di Surabaya. Selain itu mereka juga kerap menyewa model untuk acara lukis model dan pergi ke daerah-daerah tertentu untuk melukis landscape secara bersama-sama.
Selama ini Koperjati dalam hal menjaga silahturahmi antar anggota, mereka kerap mengadakan diskusi seni dan ngobrol santai di sekretariat mereka di Jl.Pulo Wonokromo 255, Surabaya. Tiap sebulan sekali mereka selalu menyempatkan diri untuk silahturahmi ke berbagai daerah untuk berkumpul dengan para anggotanya di daerah-daerah. “Anggota kami tersebar di berbagai daerah. Jadi, kami selalu menyempatkan diri untuk mengadakan acara kumpul bareng di berbagai daerah,” ujar Misgeiyanto, anggota Koperjati.
Sekalipun beranggotakan individu dari keilmuan yang sama, yakni seni rupa, Koperjati mampu menjaga kesolidan organisasinya. “Tidak ada aroma persaingan yang buruk disini; yang ada adalah saling mengisi. Persaingan dalam hal kualitas itu biasa. Kami sering berbagi tekhnik melukis,” ujar Asep, salah satu anggota Koperjati.
Koperjati yang berdiri sejak 2004 dan tetap eksis hingga sekarang adalah suatu keberhasilan bagi tiap anggotanya, mengingat, iklim komunitas kesenian di Surabaya yang akrab dengan nuansa persaingan sangat kental. Keberhasilan itu memancing kekaguman dari seorang Agoes Koecing, kurator seni rupa nasional yang kini menjabat sebagai penasihat Koperjati. “Anggota Koperjati tersebar di berbagai daerah, dan hingga kini mereka masih tetap eksis serta sangat solid. Salut!,” ujarnya.
Sumber: BLOG GURUH DIMAS NUGROHO