Awalnya ia dan sang suami tertarik melihat segerombolan orang Jepang yang berjalan bersama-sama, berolahraga, sambil membawa kantung besar dan mengumpulkan sampah di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, pagi itu. Karena rasa penasaran yang tak terbendung, sang suami kemudian mendekat dan bertanya soal kegiatan yang mereka lakukan. Dan jawaban yang didapat cukup mencengangkan, ternyata para pria Jepang yang terdiri dari ekspatriat ini mengumpulkan sampah yang berserakan di kawasan itu.
Adalah Retno Heri Indradjani dan sang suami yang kala itu menjadi saksi kegiatan langka tersebut. Tanpa ragu, Retno sekeluarga pun terjun ikut memunguti sampah dan berbaur dengan sekumpulan orang Jepang itu. Dan kemudian dari situlah ia mengenal seorang bernama Tsuyoshi Ashida, pria bermata kecil yang pertama kali mencetuskan kegiatan ini dan mendirikan sebuah komunitas bernama Jakarta Osoji Club.
“Ketika saya tanya mengapa ia dan teman-temannya memunguti sampah di kawasan Jakarta yang bukan kampung halamannya itu, jawabannya bisa saja membuat orang Indonesia malu lho. Ternyata, Tsuyoshi Ashida ini sangat menyukai kebersihan dan tidak suka melihat lingkungan tempat tinggal diliputi sampah, sehingga ia mengajak teman-temannya yang tinggal dan bekerja di Jakarta untuk memunguti sampah sekaligus berolahraga di GBK,” cerita Retno seraya mengingat-ingat.
Jawaban itu diakui Retno sekeluarga makin mantap mengikuti kegiatan rutin yang dilakukan dua minggu sekali ini di pusat Jakarta hingga kini sejak 2013 silam. Tak hanya memetik sampah, Retno dan para relawan lain juga mengedukasi serta mengajak para masyarakat untuk lebih peduli dengan sampah yang ada disekitarnya dengan mengingatkan mereka untuk membuangnya ke dalam tempat sampah yang sudah disediakan dan juga mengajak mereka untuk beraksi bersama JOC, memunguti sampah, memilahnya dan menyerahkan ke petugas dinas kebersihan.
Kegiatan yang dilakukan memang kelihatan sederhana dan mudah, tapi kenyataan tidak berkata demikian. Ada tantangan cukup besar dan melelahkan dibaliknya, yakni soal merubah kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah dan menyadarkan mereka untuk lebih peka dengan lingkungan sekitarnya.
“Susah sekali lho mengajak masyarakat untuk peduli. Bahkan saya gemas, melihat ada anak-anak muda yang nyaman-nyaman saja nongkrong (di kawasan GBK), padahal disebelahnya ada sampah. Mereka malah acuh tak acuh karena mereka menganggap itu bukan sampah milik mereka,” tukas perempuan yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil ini.
Terhitung 4 tahun sudah Retno dan keluarga ikut kegiatan JOC. Meski diliputi tantangan, perempuan asli Jawa Tengah ini mengaku takkan pernah kapok mengajak masyarakat untuk lebih peduli. Bahkan di lingkungan rumahnya pun ia aktif menyebarkan pengaruh kepedulian itu dengan melakukan sosialisasi soal pemilahan sampah dan pembentukan bank sampah. Saking aktifnya, Retno sekeluarga pernah diajak Tsuyoshi Ashida ke Jepang untuk belajar langsung soal kebersihan di negeri matahari terbit ini.
Tambahnya, “Pengalaman yang sangat berharga. Saya sekeluarga belajar banyak soal kebersihan di Jepang, bagaimana mereka menyimpan dan memilah sampah, mengolahnya. Itu semua berharga untuk dibagikan ketika kembali ke Indonesia.”
Hingga saat ini Retno dan keluarga aktif berkegiatan bersama JOC yang sudah tersebar di sejumlah kota di Indonesia, seperti Bandung, Banyuwangi, Prabumulih, hingga Medan. Selain kegiatan memetik sampah, kini JOC mulai melakukan edukasi ke sekolah soal pentingnya menjaga lingkungan bersih dari sampah.
Dok: Retno Heri Indradjani