Hidup Sehat Ala Apa Itu Autoimun?: Consume Good, Do Good, Feel Good

Consume Good | Do Good | Feel Good

Apabila ada pertanyaan, “Seberapa besar urgensi untuk hidup sehat?” maka jawabannya bagi kami adalah, “Sebesar keinginan kami untuk lepas dari kondisi Autoimun”. Karena, penerapan gaya hidup sehat telah terbukti memberikan dampak positif lepada para penyandang autoimun sehingga mereka dapat mengurangi gejala yang timbul, menekan dosis obat-obatan dan bahkan mencapai remisi, yaitu kondisi dimana penyandang dapat bertahan hidup tanpa obat-obatan dengan tingkat kemunculan gejala yang minimal.

Gaya hidup sehat sebetulnya bukanlah hal yang baru, hal ini justru yang dilakukan oleh nenek moyang kita selama berabad-abad lamanya untuk hidup selaras dengan alam. Panduan gaya hidup sehat dapat dirangkum menjadi 3 pilar, yaitu Consume Good | Do Good | Feel Good atau Konsumsi yang baik-baik, lakukan yang baik-baik dan Rasakan yang baik.

Consume Good.
Banyak aspek kehidupan manusia yang diawali dari apa yang mereka konsumsi terutama makanan. Hal ini juga berlaku bagi orang-orang dengan autoimun, mengingat sistem imun individu dipengaruhi oleh pencernaan sebesar 80%. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui dan sadar (aware) mengenai asupan yang masuk ke dalam tubuh.

Apabila kita memulai kehidupan dengan memasukkan hal-hal baik, niscaya apa yang kita hasilkan juga menjadi baik.

Banyak diantara makanan yang dikonsumsi manusia pada saat ini telah tercemar berbagai bahan kimia baik pada masa produksi maupun pasca produksi, serta diproses dengan cara yang tidak sehat. Pemilihan makanan sehat dapat diawali dengan menghindari 4 P yaitu Perasa, Pemanis, Pewarna, Pengawet dan memilih produk alami, yang bukan hasil rekayasa genetika. Kita juga perlu mengkonsumsi air putih yang cukup, mengingat 60-70% dari berat badan manusia adalah air.

Lebih lanjut daripada itu, kita juga perlu memperhatikan tingginya indeks glikemik makanan. Indeks glikemik (IG) atau glycemic index adalah angka yang menunjukkan potensi peningkatan gula darah dari karbohidrat yang tersedia pada suatu pangan atau secara sederhana dapat dikatakan sebagai tingkatan atau ranking pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah. Makanan dengan indeks glikemik tinggi akan melonjakkan kadar gula darah dan membuat kita cepat merasa lapar.

Beras, sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia, memiliki kadar IG yang cukup tinggi. Terutama beras yang menghasilkan nasi pulen seperti Rojolele dan Pandan Wangi. Untuk menurunkan IG, sebaiknya kita mensubtitusi beras tersebut menjadi jenis yang memiliki IG lebih rendah seperti beras merah atau beras jenis Ciherang.

Apabila diantara kita masih mengkonsumsi obat dan suplemen, maka sebaiknya kita mengetahui betul rincian obat-obatan yang kita konsumsi. Mulai dari kandungannya (apakah memicu flare/timbulnya gejala autoimun?), efek samping yang mungkin timbul, juga dampak konsumsi jangka panjang. Oleh karena itu, penggunaan dan perubahan dosis obat-obatan sebaiknya tidak dilakukan tanpa pengawasan dokter.

Hal yang sama juga perlu diterapkan dalam pemilihan kosmetik, produk perawatan kulit (skincare) dan kebutuhan rumah tangga. Banyak produk kosmetik dan skincare yang mengandung senyawa kimia berbahaya yang bersifat karsinogenik (memicu kanker), seperti Parabens, Hydroquinone dan Triclosan. Salah satu kesalahan sederhana yang biasa terjadi adalah penggunaan sabun antibakterial, yang sebenarnya dapat menyebabkan bakteri pada tubuh menjadi kebal/resistsen. Juga penggunaan zat kimia yang biasa dilakukan dengan tidak bijak, diantaranya penggunaan racun serangga, pewangi ruangan, dan sebagainya.

Sebagai salah satu solusi untuk hidup sehat adalah memilih produk organik atau berbahan dasar alami. Produk-produk ini dapat dibuat sendiri di rumah (homemade) atau didapatkan dari penjual terpercaya seperti organik.id atau melalui aplikasi OpenChat.

Do Good.
Melakukan olahraga rutin telah lama diakui sebagai salah satu solusi menurunkan tingkat munculnya penyakit. Bagi penderita autoimun yang gejalanya dapat memburuk apabila dalam kondisi lelah, pilihan olahraga dapat disesuaikan dengan kemampuan diri.

Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk mengenali dirinya sendiri dan melakukan aktivitas seoptimal mungkin sesuai kemampuan dirinya.

Berolahraga sedikitnya tujuh menit setiap hari dapat menjaga dan meningkatkan stamina tubuh dan menghindarkan dari penyakit degeneratif. Namun jangan lupa untuk melakukan pemanasan ataupun pendinginan sebelum dan sesudah olahraga.

Kondisi autoimunitas bukan menjadi alasan untuk tidak aktif. Banyak pilihan sederhana yang dapat dilakukan, diantaranya memilih berjalan daripada berkendara, atau menaiki tangga daripada menggunakan elevator. Agar aktivitas harian tidak membuat kelelahan dan memicu flare, maka diperlukan manajemen waktu yang baik. Hindari melakukan suatu pekerjaan fisik berulang kali (kecuali rutinitas), dan buat semua kegiatan menjadi efektif dan efisien.

Manusia telah lama mengenal konsep “what goes around comes around” atau setiap yang kita lakukan akan kembali ke diri sendiri. Oleh karena itu, setiap tindakan baik juga akan mendatangkan manfaat baik bagi diri sendiri. Ada juga yang mengatakan bahwa setiap tindakan baik adalah ibadah. Kita dapat melakukan hal baik dengan belajar, membantu sesama, melakukan sesuatu yang inspiratif atau sesederhana menepati janji dan melaksanakan tanggung jawab. Semakin banyak hal baik yang kita lakukan, semakin banyak pula hal baik yang terjadi pada hidup kita.

Bagi sebagian orang, hal itu disebut karma.

Feel Good.
Semua yang kita lakukan berawal dari dalam hati dan pikiran. Tahap ini adalah sesuatu yang secara teori sangat sederhana namun sangat sulit dilakukan, yaitu melatih hati dan pikiran kita agar selalu menjadi positif.

Memiliki pemikiran negatif adalah suatu hal yang manusiawi. Namun psikolog Bona Sardo dalam talkshow Autoimun ITP mengemukakan bahwa pikiran manusia serupa dengan saluran radio. Setiap individu berhak dan berkemampuan untuk mengganti ‘channel’ pikirannya apabila ia menghendaki.

Stress adalah salah satu pemicu onset dan flare penyakit autoimun. Stress dapat dipicu oleh ketidakmampuan dan ketidakmauan mengelola isi pikiran dengan baik. Sebaliknya, dengan hati dan pikiran yang baik, maka kemungkinan flare dapat diminimalisir.

Akan tetapi stress adalah hal yang umum terjadi pada setiap individu dan berdasarkan penelitian, tingkat stress para pendamping (caregiver) cenderung lebih tinggi daripada penyandang itu sendiri. Untuk mengurangi stress, setiap pikiran negatif harus dikurangi dan dihilangkan. Caranya adalah dengan berbagi pikiran dengan orang terdekat dan memperbanyak doa dan ibadah kepada Tuhan YME.

Berdasarkan The Kübler-Ross model atau five stages of grief, ada lima tahap seseorang menerima hal buruk yaitu denial (penyangkalan), anger (kemarahan), bargaining (tawar-menawar), depression (depresi) and acceptance (penerimaan). Semakin cepat seorang penyandang autoimun mencapai tahap acceptance, maka semakin besar peluangnya untuk dapat mengelola diri dengan baik. Sayangnya, tidak ada hal yang dapat mempercepat tahapan-tahapan ini.

Namun, studi membuktikan bahwa tidur yang cukup dan rekreasi dapat menurunkan tingkat depresi. Oleh karena itu, upaya sederhana yang dapat kita lakukan untuk mengelola stress adalah dengan memastikan bahwa kita mendapat istirahat yang cukup setiap harinya.

Sumber: Laman Apa Itu Autoimun?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *