Festival Dongeng Anak Poso, Cerita Damai Dari Tana Poso

Institut Mosintuwu bekerjasama dengan Ayo Dongeng Indonesia, didukung oleh Bintang Nutricia dan Rumah Belajar Poso SKPHAM, menggelar Festival Dongeng Anak Poso.

Festival Dongeng Anak Poso yang kedua kalinya ini, dilaksanakan di Dodoha, Mosintuwu, Tentena, Poso, bertujuan untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak dan pendamping anak atau remaja, dalam menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan dan penghargaan pada keberagaman.

“Sudah terlalu banyak narasi kebencian dan kekerasan selama ini disampaikan di lingkungan anak. Mereka perlu sebuah ruang yang membawa narasi damai dengan metode yang kreatif. Kami memilih dongeng sebagai bentuk ruang itu karena dongeng sebuah kegiatan yang mendidik sekaligus menghibur,” ujar Direktur Institut Mosintuwu , Lian Gogali, Minggu (26/11).

Festival tersebut kata Lian mengangkat tema ‘Ceritakan Damai dari Tana Poso’, yang mengacu pada konteks paska konflik kekerasan di Poso, dan merespon berita kekerasan berbasis identitas yang terjadi di Indonesia saat ini.

Menurut Lian, melalui dongeng, anak-anak diajak untuk merefleksikan ulang nilai-nilai kemanusiaan dan penghargaan pada keberagaman, tanpa kesulitan mencerna atau tanpa merasa mendapatkan petuah yang terlalu berat.

Tidak hanya itu, melalui dongeng anak-anak diharapkan bisa diajak melintasi waktu menggunakan tokoh-tokoh dalam dongeng untuk menengok masa lalu, melampaui masa depan dan merefleksikan dirinya sendiri pada masa sekarang.

Dalam kegiatan tersebut, hadir puluhan anak-anak dari berbagai desa dan sekolah. Salah satu diantaranya, mereka berasal dari dusun Buyungkatedo, desa Sepe. Mereka turut hadir dalam festival bersama kakak-kakak pembina dari Rumah Belajar Poso yang diorganisir SKPHAM Poso.

Komunitas anak yang mayoritas beragama Islam itu, datang pertama kalinya di Tentena bertemu dengan kawan-kawan dari komunitas anak-anak yang mayoritas beragama Kristen.

Dongeng Anak dibawakan oleh pembicara dari Ayo Dongeng Indonesia, yakni kak Yannie dan kak Bonchie. Tak hanya itu, juga dongeng dengan tradisi lokal Poso yaitu Molaulita yang dibawakan oleh Ngkai Tinus, budayawan Poso.

Festival Dongeng Anak Poso yang berlangsung selama dua hari tersebut, diisi oleh serangkaian kegiatan.

Workshop Mendongeng merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat menyebarluaskan metode kreatif, dan imajinatif dalam menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak-anak dan remaja. Terdapat juga aktivitas bercerita melalui gambar yang dilombakan dengan tema ‘cerita anak damai di Poso’ yang terbuka bagi anak TK dan SD serta SMP dan SMA.

Selain itu, Project Sophia yang merupakan bagian dari Institut Mosintuwu, melakukan launching gerakan Sahabat Pena. Sebuah gerakan menulis surat pada sahabat menyebrangi daerah oleh anak-anak Poso, kepada sahabat yang ada di Papua, Jogja, dan Ambon.

“Kami punya mimpi, antar anak di seluruh dunia dari beragam suku dan agama bisa saling berteman dan membagi cerita,” kata Lian.

Festival Dongeng Anak Poso yang  digelar di Dodoha Mosintuwu,  juga  menampilkan pameran foto dan lukisan yang menceritakan tentang Poso damai.

Hadir pula cerita dari desa-desa di Poso dalam bentuk produk usaha desa. “Ini bagian dari kita bercerita Poso tana harapan, dengan segala kekayaan hasil bumi dan semangat penduduk untuk mempertahankan perdamaian dan memperjuangkan keadilan,” tambah Lian.

Festival Dongeng Anak Poso tersebut melibatkan komunitas anak muslim, Kristen, dan Hindu yang ada di wilayah Tentena dan Poso.

Sumber: Rakyatku

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *