Jember Astronomi Club; Terbuka Untuk Siapa Saja Yang Ingin Belajar

BERAWAL dari kecintaannya di dunia astronomi, Hairlinda mempelopori para mahasiswa fisika untuk membuat sebuah komunitas pengamat astronomi. Kegigihannya untuk membuat sebuah komunitas dia sampaikan kepada beberapa dosen FKIP Fisika Universitas Jember (Unej).

Hingga akhirnya pada 2014, salah seorang dosen FKIP Fisika yang bernama Zaka Ardiansyah bekerja sama dengan Jogja Astronomi Club dan Surabaya Astronomi Club.

Setelah melakukan diskusi bersama dua komunitas tersebut, akhirnya Zaka Ardiansyah mempelopori mahasiswa fisika untuk membentuk sebuah komunitas yang dikenal denagn Jember Astronomi Club.

Awalnya, Jember Astronomi Club atau yang biasa disebut Jastro hanya beranggotakan mahasiswa fisika. Namun, seiring perkembangannya melalui fans page, Jastro mulai dikenal dan diminati oleh beberapa mahasiswa dari fakultas lainnya, Seperti Fakultas Teknik dan Hukum Unej.

Hingga saat ini, sedikitnya terdapat 23 anggota yang aktif. Ke-23 anggota dari beberapa fakultas tersebut memiliki beberapa agenda kegiatan. Seperti kajian rutin yang dilakukan semingu sekali. Tidak hanya itu, Jastro juga kerap kali melakukan pengamatan luar angkasa seperti gerhana matahari, gerhana bulan, hujan meteor dan belajar rasi bintang.

Untuk memprediksi segala kejadian yang ada di luar angkasa, Jastro menggunakan kalender astronomi. Dalam kalender astronomi terdapat beberapa prediksi kejadian yang akan terjadi di luar angkasa. Seperti terjadinya gerhana matahari, gerhana bulan,  hujan meteor, dan lain sebagainya.

Meski belum memiliki teleskop sendiri, namun tidak membuat jastro menjadi vakum dalam kegiatan pengamatan. Jastro melakukan kerjasama dengan beberapa sekolah yang memiliki teleskop seperti SMPN 3 Jember, SDN Jember lor 3, dan MTs 2 Jember. “Dengan bekerjasama dengan sekolah yang memiliki teleskop, kami bisa dengan mudah meminjam teleskop untuk melakukan pengamatan,” ujar Hidayatul Fitriya, sekretaris Jastro.

Dia mengaku, pemilik teleskop dengan sukarela meminjamkannya. Karena selain digunakan untuk kegiatan pengamatan ilmiah, anggota Jastro juga dinilai memiliki pengetahuan yang lebih untuk menggunakan teleskop denagn baik. “Setiap pinjam teleskop, pemilik selalu percaya, kalau kami bisa menggunakan teleskop dengan baik,” ujar gadis yang biasa di sapa Fitri ini.

Tidak hanya meminjam teleskop saja, Jastro juga akan membagikan hasil pengamatan ilmiah seputar aktivitas astronomi dan dapat menyampaikan hasilnya pada para siswanya. “Kami juga sering mengundang pemilik teleskop dan siswanya untuk terlibat dalam pengamatan. Jadi kami tidak hanya meminjam teleskop, tetapi kami juga memfasilitasi mereka untuk terlibat dalam pengamatan ilmiah tersebut,” jelasnya.

Saat ini, Jastro sedang mengalang dana untuk membeli teleskop sendiri. Selain mendapatkan dari swadaya anggota Jastro sendiri, pihaknya juga mendapatkan dana dari biaya sukarela kegiatan sosialisasi di sekolah. “Teleskop sangat penting bagi Jastro. Selain sebagai sarana penting dalam pengamatan, teleskop sangat penting digunakan untuk memberikan sosialisasi di sekolah agar materi yang disampaikan mudah dipahami,” jelas Fitri.

Selain ingin meningkatkan pengetahuan tentang astronomi kepada masyarakat, khusunya pelajar, Jastro juga memiliki misi lain. Yakni ingin merubah pola pikir masyarakat tentang mitos buruk yang dikaitkan dengan kejadian luar angkasa.

Menurut Fitri, mitos buruk yang dimaksud adalah seperti kejadian terjadinya supermoon pada April 2015. Masyarakat mengira bahwa terjadinya supermoon dapat menimbulkan banjir bandang. “Padahal, itu sama sekali tidak ada kaitannya karena gravitasi bumi dan bulan hanya sedikit berpengaruh terhadap kenaikan air laut,” jelasnya.

Sebab itu Jastro akan melakukan sosialisasi ke instansi pendidikan di Jember. Mulai dari tingkat PAUD, TK, SD, SMP, dan SMA. Selain merubah pola pikir, sosialisasi dilakukan untuk mengenalkan dunia astronomi secara lebih luas.

Untuk materi penyuluhan di setiap instansi pendidikan, jelas berbeda. Atul menjelaskan untuk tingkat PAUD atau TK biasanya hanya dijelaskan definisi matahari, dan matahari sebagi pusat tata surya. Sedangkan untuk materi SMP dan SMA, biasanya membahas soal bintang, rasi bintang, dan lain sebagainya.

Tidak hanya aktif melakukan sosialisasi, Jastro juga aktif melakukan berbagai pengamatan. Seperti pengamatan nasional dan internasional. Event astronomi nasional yang pernah jastro lakukan adalah pengamatan gerhana bulan yang dilakukan serentak se-Indonesia. Jastro juga turut mengamati hilal saat ramadhan. “Untuk pengamatan hilal, biasanya kami lakukan bersama teman-teman Situbondo, tepatnya di pantai Kalbut,” jelas Fitri. Bahkan, sesekali jastro juga bergabung dengan Surabaya Astronomi Club (SAC) untuk turut menentukan jadwal hari raya Idul Fitri.

Sedangkan untuk event astronomi internasional, Jastro aktif dalam International Observe Moon Night (InOMN). Kegiatan tersebut merupakan pengamatan bulan yang dilakukan secara serentak se-dunia. Namun, untuk pelaksanaanya, pengamatan diadakan di daerah club astronomi masing-masing. Sedangkan hasilnya, akan dijasikan satu secara online dan bersertifikat.

Menurut Wahyu Bachtiar, pendamping mahasiswa fisika FKIP, banyak manfaat yang akan diperoleh dengan melakukan pengamatan astronomi. Dengan belajar astronomi, seseorang dapat mengetahui polusi cahaya yang ada di Jember. Tidak hanya itu, dengan astronomi, seseorang juga dapat mengatahui penunjuk arah menggunakan rasi bintang.”Kalau seseorang mengetahui tentang rasi bintang, tidak perlu menggunakan kompas untuk menentukan arah,” jelas Wahyu.

Jastro berharap, dengan eksistensinya ditengah masyarakat, khususnya pelajar, dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih terhadap dunia astronomi. Jastro ingin “bringing astronomy to the people,” tegasnya.

Bahkan, saat ini Jastro akan melegalkan komunitasnya secara hukum. Hal itu dilkukan, agar Jatro dapat diterima semua kalangan. Tidak hanya mahasiswa dan pelajar. Para dosen dan masyarakat umum yang gemar dengan dunia astronimi dapat bergabung dengan Jastro.

Sumber: radar jember

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *