RajutKejut; Salurkan Kreativitas Untuk Aksi Sosial

Berbagi untuk orang lain yang membutuhkan memang bisa membuat seseorang bahagia. Karena itu, banyak orang berpikir kreatif untuk menghasilkan sesuatu yang  bermanfaat bagi orang lain. Berikut ini cerita proyek sosial yang dilakukan oleh mereka yang telah menimba ilmu di pusat-pusat workshop kerajinan tangan.

Merajut mungkin terkesan pekerjaan membosankan yang stigmanya adalah hobi manula. Ingin mengubah persepsi ini, pada tahun 2014 sebuah komunitas bernama RajutKejut yang diprakarsai oleh ibu-ibu muda dari berbagai latar belakang dan profesi, yaitu Utiek Wahono, Yulina Achrini, Elisabet Tata, Vidhyasuri Utami, dan Harjuni Rochajati, bergerak untuk menyosialisasikan bahwa merajut itu bisa menyenangkan.

Tidak dipungkiri, aktivitas ini terinspirasi dari gerakan Yarn Bombing yang sudah menjadi tren di dunia. Yarn Bombing adalah bagian dari seni jalanan (street art) yang menggunakan materi benang untuk menarik perhatian masyarakat dengan tujuan tertentu. “Komunitas RajutKejut aktif mendandani fasilitas kota sebagai aksi Yarn Bombing kami,” kata  Harjuni Rochajati.

RajutKejut juga menggunakan media sosial untuk menularkan aksinya. Lewat fan page Facebook-nya, tiap akan mengadakan proyek charity, mereka menjaring volunteer dari seluruh Indonesia. Di fan page ini mereka juga menyediakan tutorial membuat rajutan sederhana. Menurut Harjuni, mereka yang belum bisa merajut dan tergerak ingin ikut aksi berbagi bisa meminta pelatihan dasar secara gratis oleh anggota komunitas.

Pada Agustus-September 2014, untuk proyek sosial pertamanya, komunitas ini berhasil mendapatkan 25 orang lebih volunteer dari seluruh Indonesia yang menghibahkan hasil karya rajut mereka, granny square (rajutan sederhana model kotak berukuran 10X10 cm), untuk disatukan dan menjadi alas dan sandaran dua bangku taman di depan Museum Nasional dan di depan Bundaran HI, Jakarta. Tidak hanya bangku, pohon-pohon di depan Istana Negara pernah mereka selimuti dalam rangka menyambut Presiden Joko Widodo yang baru terpilih pada Oktober 2014.

“Hampir tiap ada perayaan besar, komunitas melakukan aksi charity untuk ruang publik,” tutur Harjuni. Pada perayaan ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70 lalu, empat puluh lebih volunteer mendandani bemo di wilayah Karet, Setiabudi, Jakarta Selatan, yang dinilai sarat nilai sejarahnya tetapi hampir punah.

“Tak disangka, ternyata euforia berbagi dan turut merasa memiliki fasilitas publik  makin kental dalam tiap acara yang komunitas buat,” kata Harjuni. Memberi ternyata dapat memberikan kepuasan batin dan bahagia yang tak bisa diukur dengan jumlah uang atau waktu yang terbuang.

Makin banyak mereka menggelar ‘pameran’ di ruang publik, peminat pada rajut-merajut pun  makin meningkat. Ini bisa terlihat dari animo belajar merajut dan ikut ajang volunteering yang makin banyak jumlahnya dan  makin luas rentang usia peminatnya. Mulai dari usia 10 tahun hingga 70 tahun, dengan proporsi terbanyak ibu-ibu muda.
“Motif karya yang diajarkan untuk proyek volunteering memang untuk tingkat dasar yang mudah sehingga bisa menjaring usia yang luas,” jelas Harjuni, menyemangati. Selain melakukan proyek charity, komunitas ini juga membuka kelas workshopberbayar, mulai dari Rp100.000-Rp200.000.

Sumber: FEMINA

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *