Rampoe UGM: Bawa Universitas Ke Kancah Internasional Dengan Tarian Aceh

Tim Tari Rampoe dan Rapa’I Geleng IMABA UGM adalah tim kesenian yang berada di bawah Departemen Seni dan Olahraga IMABA (Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat) UGM. Tim yang sekarang beranggotakan hampir 60 orang  ini berdiri pada bulan Oktober 2009 atas gagasan Kak Cindy Fadilla (Sastra Arab ’08) dan beberapa teman-temannya. Berbekal pengalamannya mengikuti kegiatan tari Ratoeh Duek di SMA, ia berusaha mengajarkan beberapa gerakan tarian Aceh pada teman-temannya.

Pada Desember 2009, tim ini pun tampil untuk pertama kalinya, yaitu pada acara Pelantikan Pengurus HMJ IMABA 2009/2010. Di awal kemunculan ini mereka menampilkan Tarian Rampoe yang saat itu hanya ditarikan oleh 5 orang penari dari angkatan 2008 dan 2009 serta penampilan Tarian Likok Pulo yang ditarikan oleh beberapa mahasiswa laki-laki. Apresiasi penonton saat penampilan perdana mereka pun cukup baik. Hal ini telah membangkitkan semangat mereka untuk lebih percaya diri dan berusaha menjadi penari yang profesional.

Karena minimnya pengetahuan tentang kesenian Aceh, tim ini juga sempat beberapa kali mengalami pergantian nama. Pada awal terbentuk, tim ini menyebut dirinya sebagai Tim Saman IMABA, lalu berganti menjadi Tim Tari Ratoeh Duek dan Likok Pulo IMABA UGM hingga akhirnya menjadi Tim Tari Rampoe dan Tari Rapa’i Geleng IMABA UGM.

Dengan dibantu oleh abang-abang dari SePat (Seniman Perantauan Atjeh) seperti Bang Aulia, Bang Rizqi, Bang Iqbal dan Bang Delfi yang membantu menjadi pelatih, tim ini mengalami kemajuan dalam berbagai hal. Kemajuan itu antara lain dalam hal variasi gerakan tarian dan pengetahuan tentang kesenian Aceh itu sendiri. Dari SePat pula tim ini mengenal Tari Rapa’i Geleng.

Tari Rapa’i Geleng itu sendiri adalah tarian Aceh yang ditarikan oleh penari sambil memainkan Rapa’i (gendang tradisional Aceh) dengan diiringi syair yang dinyanyikan oleh seorang Syahi. Sedangkan Tari Rampoe adalah tarian Aceh yang memadukan gerakan beberapa tarian Aceh, seperti Saman Gayo, Likok Pulo, dan Rateub Meusekat yang juga diiringi seorang Syahi dan juga penabuh Rapa’i.

Dalam perjalanan karirnya, tim ini juga mengalami beberapa permasalahan. Salah satunya adalah tim ini sempat keluar dari Departemen Seni dan Olahraga IMABA dikarenakan masalah yang terjadi antara pengurus dari tim tari dan pengurus dari Departemen Senior IMABA. Posisi tim ini kemudian berada langsung di bawah Ketua IMABA periode itu, yaitu Achmad Zaki, yang juga menjadi anggota dalam tim tari ini.

Berdasarkan kesepakatan bersama anggota tim, akhirnya pada Pelantikan Pengurus IMABA yang baru periode 2010/2011, dengan Hanif Alfian sebagai ketuanya, tim ini secara resmi kembali berada di bawah Departemen Senior IMABA.

Pasang-surut di dalam tim telah dilewati dengan baik. Dengan berbagai konflik yang terjadi, tim ini telah mengalami pendewasaan diri pada anggota-anggotanya. Salah satunya adalah untuk selalu menjaga komunikasi dengan baik, baik kepada sesama anggota tim, maupun dengan pihak di luar tim.

Sampai saat ini, tim ini pun terus berusaha menjaga eksistensinya dalam melestarikan salah satu budaya Indonesia berupa tarian Aceh. Terbukti dengan eksistensinya dalam penampilan di berbagai acara, baik di tingkat jurusan, fakultas, universitas, lokal hingga internasional.

Di tahun 2010, tim ini telah turut serta mengisi berbagai acara, seperti acara Pelantikan HMJ IMABA 2009/2010, Dies Natalis FIB, Peringatan Milad X Prodi Keuangan Islam UIN Sunan Kalijaga, Perlombaan Karate Tingkat Nasional UIN Sunan Kalijaga, Peringatan HUT DKI Jakarta, Peringatan HUT Pramuka, acara Buka Bersama Keluarga Muslim se-Humaniora, Workshop “Menulis Jadi Bisnis” bersama Raditya Dika yang diselenggarakan oleh IMABA UGM, Tatap Muka KSE dan BII, Diskusi antara Jurusan Sastra Asia Barat UGM dan Sastra Asia Barat UI, Workshop dan Kemah bahasa Arab “Menembus Cakrawala Dunia dengan Bahasa Arab” AMALIKA (Asosiasi Mahasiswa Bahasa Arab Lintas Kampus), Pelantikan HMTE (Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro) UGM “Setrum Day”, Watasaba (Wahana Ta’aruf Sastra Asia Barat) 2010, Ngamen bersama Seniman Perantauan Atjeh (SePat), dan bersama SePat tim ini juga ikut mengisi acara Diskusi SePat, Kesenian Aceh di ISI (Institut Seni Indonesia), Seni untuk Merapi, dan Peringatan 6 tahun Tsunami Aceh “Semangat dalam Doa”.

Pada 26 Desember 2010, tim ini turut serta dalam kompetisi  “University Got Talent ‘Tentacle’” di Purna Budaya UGM dengan menampilkan pertunjukan berupa perpaduan Seni Tari Aceh dan berhasil meraih gelar juara pertama pilihan juri. Selain itu, di tahun 2011, tim ini telah tampil mengisi acara Olimpiade Geografi tingkat Nasional 2011, Pekan Budaya Tionghoa di Yogyakarta, juga Penyambutan Mahasiswa UNJ di Auditorium FIB UGM.

Kemudian pada 4-5 Maret 2011 menjadi delegasi dari Universitas Gadjah Mada dalam Festival Internasional yang diselenggarakan oleh Universiti Teknologi Petronas (UTP) Malaysia. Festival yang bertajuk FESCO “Festival of Colour of the World” 2011 bertempat di Chancellor Hall UTP, Perak, Malaysia. Dalam Festival ini, turut-serta juga perwakilan dari beberapa universitas di Asia, seperti Walailak University Thailand, Universiti Malaysia Sabah, Universiti Tenaga Nasional, Universiti Teknologi Petronas, dan HELP University College. Selain menjadi delegasi dari UGM, tim ini juga menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia.

Dalam festival ini delegasi UGM yang merupakan mahasiswa Jurusan Sastra Asia Barat, menampilkan tiga pertunjukan, yakni Tari Rampoe, Fusi Instrumen, dan Tari Rapa’i Geleng.  Untuk penampilan pertama dari tim UGM, berupa tari Rampoe, yang dibawakan oleh 8 mahasiswi Jurusan Sastra Asia Barat dan 1 mahasiswi dari Jurusan TIP FTP UGM. Penampilan kedua adalah Fusi Intrumen, yakni perpaduan antara instrumen Rapa’i (gendang tradisional Aceh) dan Gamelan Melayu (Malaysia). Penampilan ini dibawakan oleh tim Rapa’i Sastra Asia Barat UGM dan tim Gamelan Melayu UTP. Untuk penampilan terakhir dari delegasi UGM adalah tari Rapa’I Geleng yang dibawakan oleh 8 mahasiswa jurusan Sastra Asia Barat dan diiringi oleh seorang Syahi yang juga merupakan mahasiswa jurusan Sastra Asia Barat UGM. Walau berangkat dengan fasilitas yang terbatas dan tanpa didampingi dosen, tim ini berhasil mendapatkan dua penghargaan sekaligus, yakni “1st Best International Group” dan “2nd Best Music Awards”.

Keberhasilan yang telah diraih tim ini merupakan suatu kebanggaan, terutama bagi tim yang baru seumur jagung ini. Untuk ke depannya, tim ini akan terus berusaha melestarikan budaya Indonesia lewat tarian Aceh.

Sumber: Laman Blog Rampoe UGM

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *