Roode Brug Soerabaia; Pertahankan Surabaya Sebagai Kota Pahlawan

Roode Brug Soerabaia merupakan komunitas pecinta sejarah di Surabaya yang menunjukkan totalitasnya dalam mempertahankan predikat Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Komunitas ini malah bisa dikatakan cukup memiliki posisi penting dalam upaya pelestarian situs-situs atau tempat bersejarah di kota Surabaya.

Prihatin Imej Surabaya Mulai Memudar

Komunitas ini dibentuk pada tahun 2010 oleh Ady Erlianto Setyawan dan Bagus Kamajaya.  Latar belakang dibentuknya komunitas ini adalah karena keprihatinan dengan imej Surabaya sebagai Kota Pahlawan yang semakin memudar.  Merasa bahwa melestarikan sejarah dan merawat tempat-tempat bersejarah yang ada di kota Surabaya adalah tanggung jawab generasi muda, maka komunitas ini pun mengajak semua orang untuk saling bahu membahu mempertahankan nilai historis kota Surabaya.

“Kami awalnya mambuka gift shop corner, jadi kita bikin desain – desain yang memperkenalkan sejarah kota Surabaya lewat  kaos – kaos, cinderamata,” kata Ady kepada Surabaya Family. “Tapi cara mengenalkan sejarah dengan cara itu kurang efektif. Akhirnya kita bikin acara lagi, kita punya website, pertamanya penulisan – penulisan dulu tentang bungker – bungker di Surabaya itu di mana saja. Mulai dari yang kecil – kecil saja, nggak usah yang gede – gede dulu. Terus benteng – benteng itu dimana,  pokoknya kita mengangkat yang orang – orang jarang tahu atau jarang orang mengerti. Trus kita veterannya, jadi orang semakin banyak tahu. Kita memperkenalkan sejarah langsung turun ke lapangan. Mulai awal itulah terbentuknya komunitas ini.”

 Filosofi Nama

Bukan tanpa alasan pendiri komunitas ini memilih nama Roode Brug Soerabaia. Ada beberapa hal yang mendasari pemilihan nama tersebut. Kata ‘Roode Brug’ sendiri berarti ‘Jembatan Merah’. Jembatan Merah juga merupakan saksi sejarah perjuangan. Pada saat pemuda – pemuda Surabaya yang tergabung dalam laskar – laskar dan BKR mengepung hotel Internatio, di mana pihak Indonesia berunding dengan pihak Inggris.  Di sanalah Brigjen Mallaby yang menunggu hasil rapat di dalam mobilnya tewas di tengah – tengah tembak – menembak antara para pejuang kemerdekaan dan pihak Inggris. Dengan demikian, Jembatan Merah dijadikan ikon kota Surabaya dan dipilih sebagai nama komunitas ini.

“Filosofinya adalah kita ingin bisa menjadi jembatan antara kisah – kisah mereka (para pejuang) dengan generasi sekarang. Kami ingin sebagai penyampai,” kata Ady. Hingga kini, sudah ratusan orang yang bergabung dengan komunitas ini. Bahkan ada yang sampai dari luar kota. Kegiatan kami biasanya napak tilas, kumpul – kumpul tanggal 10 November, nobar di Tugu Pahlawan, teatrikal, nemui tokoh – tokoh sejarah, sampai makan – makan, “ lanjutnya seraya tertawa.

“Tamu – tamu asing, orang – orang sejarawan, dosen profesi Sejarah dari luar ngegeri, Eropa, kalau ke Surabaya mesti rujukannya menemui kami,” kata Ady. “Karena kami tidak hanya sekedar  tahu, tapi juga punya koleksi – koleksi buku sejarah. Jadi kita bisa sharing. Sebagian buku ada di musem Tugu Pahlawan, di markas komunitas juga ada,” pungkasnya.

Sumber; Surabaya Family

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *