Bontang Reptilia Community (Borac); Bertekad Lindungi Reptil-Reptil Bersisik

Keberadaan ular saat banjir melanda Selasa (13/9) lalu sempat memancing perhatian warga. Komunitas bernama Bontang Reptilia Community (Borac) hadir untuk mengamankan reptil tersebut dari masyarakat.

Gatot Dedy Murianto dan ke-24 anggota Borac bukanlah pawang ular. Mereka adalah penghobi ular dari berbagai latar belakang dan pekerjaan, dengan tujuan untuk melindungi reptil-reptil bersisik ini. Sejak 2014, Gatot bersama seorang rekannya yang pertama kali mencetuskan lahirnya Borac di Kota Taman. “Karena di Bontang belum ada komunitas reptil. Sedangkan di Balikpapan atau Samarinda sudah ada komunitas tersebut,” ujar Gatot.

Seluruh reptil baik ular maupun biawak ia miliki. Gatot sendiri lebih suka dengan biawak, sedangkan anggota-anggotanya yang lain ada yang senang dengan ular. Melalui komunitas reptil yang tersebar di seluruh Indonesia, ia mendapatkan hewan-hewan tersebut via online. “Kalau koleksi pribadi tidak ada yang tangkapan, semuanya kita beli. Kalau yang kita tangkap pasti kita rilis lagi ke habitat aslinya,” tutur pria kelahiran Bontang 9 Desember 1994.

Ruang tamu salah satu anggota Borac  yang bertempat di Jalan KS Tubun Gang Basalt ini disulap menjadi tempat penangkaran dan perkembangbiakan reptil-reptil tersebut. Dari balik kotak-kotak kaca, lebih dari 10 ular koleksi pribadi para anggotanya tinggal di sana. Sedangkan biawak-biawak yang dimiliki tinggal di sarang terpisah. Tamu yang datang ke rumah tersebut juga tidak perlu khawatir, karena seluruh hewan yang dimilikinya sudah jinak. “Kebetulan sekarang lagi musim kawinnya ular, jadi kita coba satukan ular jantan dan betina dari jenis serta besar yang sama untuk dikembangbiakkan. Ular yang sudah bertelur 2-3 ekor kita lepaskan ke alamnya,” tambah Gatot.

Bukan tanpa alasan mengembangbiakkan ular-ular tersebut. Gatot menyebut, tujuan Borac sejak awal berdiri ini hanyalah melindungi reptil, baik ular maupun biawak. Ia bercerita, banyak masyarakat masih takut jika bertemu dengan ular saat di rumah ataupun di jalan. “Kalau yang tidak ngerti biasanya langsung dibunuh. Itu yang kita cegah. Lebih baik kasih ke kita, biar kita yang lepas ke alamnya,” tuturnya.

Sudah banyak ular tangkapan Borac hasil laporan warga. Gatot bercerita, di antaranya ada ular yang ditemukan di toilet sepanjang 6 meter, bahkan selama empat minggu berturut-turut mereka menemukan empat ular di rumah-rumah yang masih satu deret.

Semuanya sudah dilepas di Hutan Sekambing. Teranyar, tiga ular saat banjir menerjang Kota Taman berhasil diamankan. “Cuma ada satu yang kita tidak dapat, ternyata sudah diambil sama warga lain diposting di BBB (grup Facebook Bursa Barang Bontang, red). Sekarang tidak tahu nasibnya apa sudah dikuliti atau di penggorengan. Untuk tiga ular yang sudah kita tangkap kita rawat dulu sampai ularnya tidak stres, baru kita lepas,” kata Gatot.

Agar melindungi ular-ular tersebut menjadi santapan warga, Gatot berupaya keras untuk mendapatkannya kembali. Bahkan, negosiasi harga sampai terjadi antara pemilik atau penemu ular dengan Borac. “Lebih baik kita ambil saja ularnya, kita lepas kembali ke alam daripada berakhir di wajan. Kita usahakan tidak membayar sepeser pun, karena tujuan kita untuk pelestarian,” ujar Gatot.

Berbagai jenis edukasi pun sudah dilakukan oleh Gatot cs. Melalui gathering tiap minggunya di Stadion Lang-Lang, hingga datang ke sekolah-sekolah. “Pernah di SD 002 itu malah siswanya sangat antusias. Itu yang kita inginkan, agar sejak dini mereka sudah mengenal ular dan berbagai jenisnya,” tambahnya.

Menurut Gatot, Bontang memang rawan ditemukan reptil, terutama ular. Pasalnya, sebagian ular-ular yang ditemukan selama ini bersarang di rawa-rawa. “Makanya jika banjir datang, mereka pasti keluar dari sarangnya berenang mengikuti arus air,” katanya.

Ia berharap bisa bekerjasama dengan dinas terkait ataupun dengan Balai Taman Nasional Kutai (TNK). Selama berdiri hampir tiga tahun, Gatot mengaku susah untuk masuk ataupun bekerjasama dengan dinas-dinas terkait. “Biasanya warga juga kalau ada ular kan lapornya ke pemadam kebakaran. Kita tidak tahu ditaruh mana akhirnya. Kalau bisa dengan TNK kan bisa kerjasama ular yang ditangkap nanti diapakan,” ucapnya.

Untuk itulah, Borac menghimbau kepada warga yang menemukan ular atau reptil untuk tidak panik terlebih dulu, apalagi sampai membunuhnya. “Lebih baik panggil kita, biar langsung ditangkap dan dilepaskan kembali ke hutan. Kita sediakan nomor pengaduan ke 0813-5037-5713 atau 0813-1054-8069,” pungkas Gatot.

Sumber: PROKAL

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *