KOMUNITAS ini memiliki moto, yaitu berbagi inspirasi bersama anak negeri. Komunitas ini memang sudah lama ada, tetapi dulu bernama 1000 Guru Kaltim dan pernah melangsungkan gathering perdana di Balikpapan. Serta memiliki kegiatan yang bernama Traveling and Teaching.
Hal ini yang membuat Olivia Novina Damayanti tertarik untuk bergabung. “Tujuan komunitas ini anak-anak pedalaman, karena aku penasaran dengan kondisi pedalaman, terutama pendidikannya. Pada 26 Juli 2015, 1000 Guru Kaltim mengadakan Traveling and Teaching perdana di SD Filial 005 Loa Kumbar yang dihadiri langsung sama founder-nya, yaitu Jemi Ngadiono dan aku menjadi salah satu volunternya,” kisah mahasiswi Hubungan Internasional, Universitas Mulawarman Samarinda ini.
Lalu, di tanggal yang sama, Jemi memecah 1000 Guru Kaltim menjadi 1000 Guru Samarinda dan 1000 Guru Balikpapan. Hal ini dikarenakan melihat banyaknya sekolah-sekolah di pedalaman Kaltim yang harus disentuh oleh komunitas ini.
Olivia juga dipilih menjadi ketua 1000 Guru Samarinda karena diberi kepercayaan oleh Jemi, melalui rapat dan voting antarteman regional Samarinda.
Tentunya banyak pengalaman dan cerita yang dilakukan oleh anggota komunitas, seperti lokasi mengajar di pedalaman yang merupakan salah satu kendalanya. “Luas wilayah Kaltim terkadang menjadi kendala kami untuk survei lokasi kegiatan, karena jarak dari satu wilayah ke wilayah di Kaltim yang jauh. Enggak jarang kami juga enggak tahu nama wilayahnya,” ungkap dara kelahiran Malang, 14 November 1993.
Aldi Riandana juga mau yang mengungkapkan pengalaman berkesannya. “Banyak banget, kayak dapat keluarga baru, pengalaman, dan ilmu baru. Bukan hanya adik-adik di pedalaman yang belajar dari kita, tapi kita juga banyak belajar dari mereka. Contohnya aja semangat mereka belajar buat menggapai cita-cita, di tengah keterbatasan mereka. Walau jauh dari kota, mereka masih tetap semangat, jadi kita yang hidup berkecukupan harus selalu bersyukur,” kisah cowok kelahiran Samarinda, 31 Maret 1994 ini.
Ada beberapa hal yang membuat Aldi tertarik untuk menjadi bagian dalam 1000 Guru Samarinda. “Sering melihat di televisi sama medsos tentang keadaan pendidikan di pedalaman. Niat buat bergerak membantu sudah ada, cuma enggak pernah dapat media yang pas,” kata Aldi.
Pengalaman seperti tinggal di dusun tanpa listrik dan air bersih juga tanpa jaringan, kerap dirasakan mereka. Tentu akan selalu ada cerita menarik untuk dikenang. Bahkan ada juga cerita sekolah yang enggak pernah merasakan upacara dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
“Di situ kami terus mengenalkan, kemudian melatih mereka upacara. Aku merasa bangga dan senang. Walaupun masih banyak kesalahan dan enggak hafal sama lagu Indonesia Raya, tapi aku merasa bangga untuk menanamkan jiwa nasionalisme kepada mereka,” kisah Olivia.
Aldi juga memaparkan harapan “Ditambah lagi solid antaranggota. Terus, semakin dikenal sama orang banyak, semakin banyak juga yang bisa terlibat untuk memajukan pendidikan di pedalaman Kaltim,” tutupnya.
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.