SEMAKIN Tinggi mendaki gunung dan semakin dalam menyelami lautan, maka pemandangannya semakin indah. Sama halnya dengan jelajah gua (Caving). Semakin dalam masuk ke dalam perut bumi, ada keindahan terpendam yang tidak akan pernah diketahui jika belum mencoba menelusurinya.
Namun, jelajah gua ini harus dilakukan dengan persiapan matang. Caving bisa dibilang merupakan salah satu kegiatan luar yang menantang (extreme outdoor activity) yang harus mempertimbangkan beberapa hal penting demi keselamatan perjalanan. Di Sukabumi, ada sebuah kumpulan para peduli kemanusiaan dengan mengatasnamakan Sukabumi Speleology Society (S3). Ketua S3 Alex M Ali mengatakan, ketergerakan mengembangkan olahraga Caving ini lantaran kepeduliannya terhadap wilayah Karst atau wilayah bebatuan gamping (kapur) yang selama ini tergerus oleh tangan usil para penguasa.
Diterangkan Alex, salah satu fungsi umum dari wilayah karst adalah kandungan batu alam yang umumnya di eksploitasi untuk bahan semen, bagi masyarakat setempat yang bernilai penting adalah air. Sebab di permukaan wilayah ini sering di presentasikan sebagai lahan kering, dan sulit air. Padahal di dalam tanah terkumpul melimpah sebagai tanki air raksasa. “Kalau kawasan karst ini adalah spons untuk penyerap air, jika terus digerus maka saat hujan akan banjir kawasan dekat karts tersebut,” ujar Alex kepada Radar Sukabumi.
Selain ingin menyelamatkan kawasan karst, Komunitas S3 yang baru dibentuk pada tahun 2012 ini pun mengajak masyarakat untuk belajar sejarah terbentuknya bumi sekitar jutaan tahun lalu. Dan memperlihatkan keindahan interior yang ada di dalam gua kawasan karts tersebut. ” Kita akan terenyuh betapa indahnya ukiran ciptaan tuhan yang dibentuk alam,” katanya.
Keunikan lainnya dari gua di kawasan karst ini, memiliki ornamen-ornamen yang tersusun rapi, dengan keanekaragaman hayati unik yang tidak dapat dilihat dari kawasan alam lainnya. “Untuk itu gua karts ini haram untuk ditambang,” tegasnya.
Demi menyelamatkan, kawasan tersebut, komunitas S3 yang sering berkumpul di kawasan pondok halimun dan kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Sukabumi itu, membuka lembaga pelatihan caving bagi yang berminat dan pendaftaran keanggotaan baru yang akan dibuka awal Desember mendatang. Pendaftaran keanggotaan sendiri tidak dipungut biaya. Adapun persyaratan sendiri, hanya bermodal kemauan dan memiliki jiwa petualang sosial.
Yang harus diperhatikan pada kegiatan caving ini harus mengikuti peraturan kode etik diantaranya, Setiap penelusur gua menyadari bahwa gua merupakan lingkungan yang sangat sensitif dan mudah tercemar. Karenanya dalam penelusur gua tidak diperbolehkan mengambil sesuatu kecuali mengambil potret (take nothing but picture.), Tidak meninggalkan sesuatu, kecuali jejak kaki yang penempatannya hati-hati (leave nothing but carefully placed footprint)
tidak membunuh sesuatu kecuali waktu (kill nothing but time). Selain itu, Setiap penelusur gua harus sadar betul bahwa setiap bentukan alam didalam gua dibentuk dalam kurun waktu ribuan tahun. Setiap usaha yang merusak gua, mengambil/ memindahkan sesuatu didalam gua itu tanpa tujuan jelas dan ilmiah selektif, akan mendatangkan kerugian yang tidak dapat ditebus. ” Dan banyak lagi peraturan lainnya yang harus dipatuhi,” jelasnya.
Untuk kewajiban penelusur gua sendiri, di antaranya harus meneruskan himbauan kepada semua penelusur, agar lingkungan gua dijaga kebersihannya, kelestariannya dan kemurniannya. Kedua, konservasi lingkungan gua, harus menjadi tujuan utama speleologi dan dilakukan sebaik-baiknya oleh setiap penelusur gua. Ketiga, Membersihkan gua serta lingkungannya, menjadi kewajiban pertama penelusur gua, dan kewajiban lainnya sesuai buku petunjuk aturan penelusuran gua.
Di dalam penelusuran gua ada dua jenis gua yang disusuri yakni Vertikal dan Horizontal. Maksud dari gua vertikal dan horizontal adalah jenis pintu masuk (entrance) ke dalam gua yang dituju. Mungkin para Cavers (sebutan untuk penelusur gua) hanya terbayang cara masuk gua dengan berjalan kaki dari mulut gua dan perlahan masuk ke dalam sejenis terowongan yang makin gelap. Itu adalah jenis pintu masuk horizontal. Biasanya, entrance jenis ini tidak begitu sulit dimasuki karena pejalan hanya akan berjalan horizontal seperti biasa untuk masuk ke dalam gua.
Sedangkan untuk jenis gua vertikal, Cavers diharuskan turun secara vertikal ke dalam lubang dengan beragam ukuran diameter. Pintu ini biasanya ada di ujung ruang gua yang berbentuk mirip mulut kendi, corong terbalik, atau bentuk lain dengan ujung kecil tapi membesar di bawahnya. Meskipun pintu masuk terlihat kecil bukan berarti ruang dalam gua juga sempit. Dalamnya bisa sangat luas lebih dari yang Urbanesian bayangkan dari luar.
Sedangkan untuk tingkat kesulitan gua horizontal tidak separah gua vertikal. Tapi bukan berarti membebaskan dari keharusan berhati-hati. Gua yang sudah menjadi obyek wisata ada yang memberikan fasilitas memadai untuk memudahkan pengunjungnya melangkah ke dalam gua, seperti halnya pintu masuk vertikal, namun masuk ke dalamnya termasuk jalan horizontal. “Jadi tidak semua gua vertikal akan sama terus vertikal melainkan banyak perbedaan,” jelasnya.
Sumber: Laman Radar Sukabumi