Rumah Balada Indonesia (RBI) & Komunitas Pemuda Malang Gelar Workshop Karinding

Derasnya arus globalisasi membawa dampak modernisasi yang kemudian menggeser budaya asali yang kerap dianggap sebagai tradisional dan kuno. Salah satu imbasnya adalah perilaku generasi muda masa kini. Kalangan ini, terutama yang tinggal di wilayah metropolitan, cenderung menggandrungi gaya hidup modern dan kerap agak abai dengan kekayaan tradisi nusantara warisan masa lalu.

Namun, tidak semua generasi muda abai terhadap tradisi.  Sekelompok pemuda yang tergabung dalam komunitas Rumah Balada Indonesia (RBI), Celoteh Malang, Gubuk Baca Lentera Negri, Gang Tatto, Kampung Damar, Pringgodani dan beberapa komunitas pemuda lainnya menunjukkan kepeduliannya terhadap seni budaya lokal khas nusantara.

Minggu (29/1/2017) bertempat di Alun – Alun Kota Malang, gabungan antar komunitas pemuda ini menggelar acara workshop Karinding. Acara ini bertujuan untuk menggali dan memperkenalkan kembali alat musik khas nusantara yang semakin punah.

Karinding merupakan salah satu alat musik tiup tradisional yang berasal dari Sunda. Muklis Ponco, Pengurus Rumah Balada Indonesia (RBI) mengatakan bahwa acara ini diselenggarakan untuk mengenal kembali alat musik tradisional yang telah lama hilang. “Sebenarnya alat musik ini dulu adalah mainan anak–anak, dan kemudian  berkembang menjadi pengiring musik yang telah hilang hampir 2 generasi,” ujarnya.

Jenis alat musik karinding sendiri cukup bervariasi dan beberapa daerah di Indonesia juga memiliki alat ini.  Ada yang dari Sunda. Di Jawa Timur dikenal dengan sebutan rinding dan dari Lombok bernama selabor,” ujar Bejo, pentolan dari Komunitas Celoteh Malang.

Rombongan muda – mudi dan keluarga turut meramaikan acara yang diselenggarakan terbuka di Alun – Alun Kota Malang ini. Beberapa anak kecil pun bergerombol dan antusias melihat alat dan cara dalam memainkan alat musik yang unik ini.

Agus, Mahasiswa UM  yang juga menjadi Peserta Umum workshop mengaku, “Saya baru tahu, dan ini salah satu warisan budaya yang unik dan patut kita lestarikan. Tapi lumayan susah memainkannya.” tuturnya.

“Harapannya, masyarakay bisa tahu sejarah budaya kita bahwa kita memiliki sesuatu yang khas, di mana negara lain belum tentu memilikinya. Kita patut berbangga dengan identitas nusantara kita,” tandas Bejo.

Sumber: NUSANTARA NEWS

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *