KPPSWD Tuntut Hak-hak Perempuan

Sejumlah perempuan yang tergabung dalam komunitas perempuan penyelamat situs warisan dunia (KPPSWD) menggelar aksi damai di bundaran Curup Rabu (8/3) kemarin. Dalam aksi untuk memperingati hari perempuan internasional tersebut mereka menuntut hak-hak perempuan yang selama ini belum terpenuhi.

Menurut koordinator aksi Eva Juniar Andika, beberapa hak perempuan yang selama ini menurut mereka belum dipenuhi seperti hak utnuk mendapatkan lingkungan yang sehat dan hak untuk berkomunikasi.

“Beberapa hak yang perempuan yang selama ini belum terpenuhi seperti hak untuk mendapatkan lingkungan yang bersih dan hak untuk berkomunikasi,” jelas Eva.

Khusus untuk hak berkomunikasi menurut, Eva saat ini masih banyak kegiatan ditengah-tengah masyarakat yang tidak melibatkan perempuan dalam berkomunikasi. Ia mencontohkan apabila ada kegiatan yang dilaksanakan didesa-desa perempuan selalu diabaikan atau tidak pernah dilibatkan.

“Saat ada pertemuan yang diundang hanyalah laki-laki saja, padahal perempuan juga seharusnya dilibatkan,” terang Eva.

Terlebih lagi menurut Eva, apabila yang dibahas tersebut terkait dengan lingkungan. Karena menurut Eva apabila terjadi kerusakan hutan atau lingkungan maka yang paling banyak mendapatkan dampaknya adalah perempuan. Ia mencontohkan apabila terjadi kekeringan maka yang paling menderita adalah perempuan, karena perempuan yang akan direpotkan untuk mencari air bersih.

Disisi lain, sebagai komunitas yang bergerak di kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS), KPPSWD menyatakan sikap untuk meminta pemerintah berkewajiban menjaga keutuhan TNKS yang merupakan bagian dari warisan dunia.

“Pemerintah juga berkewajiban memberdayakan masyarakat yaitu perempuan didesa sekitar TNKS dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya perempun,” sampai Eva.

Dalam aksi damai yang diikuti oleh mahasiswi dari berbagai kampus yang ada di Provinsi Bengkulu tersebut, mereka membawa sejumlah karton berisikan berbagai tulisan seperti perempuan adalah perempuan paling buruk akibat kerusakan lingkungan dan potensi perempuan mengalami kematian adalah 14 kali lebih besar dibandingkan laki-laki bila terjadi bencana.

Selain menggelar orasi, mereka juga membagikan bunga kepada para perempuan yang melintas di bundaran Dwi Tunggal Curup.

Sumber: Bengkulu Express

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *