41 Komunitas dan 100 Seniman Bandung Bergerak untuk #SaveXpalaguna

Tak kurang dari 41 komunitas dan lebih dari 100 seniman terlibat Gerakan Bersama Aliansi Warga Bandung #Savexpalaguna.

Aksi kebudayaan ini menolak pembangunan mal, hotel dan rumah sakit di lahan bekas Palaguna, Alun-alun Bandung.

“Warga menuntut agar lahan tersebut dijadikan hutan kota dan cagar budaya,” kata Pupuhu Aliansi Warga Bandung, Herry Dim, Senin (13/3/2017).

Gerakan dengan tagar (#) SaveXpalaguna itu berlangsung tiga hari di area lahan eks Palaguna dan Kawasan Alun-alun Bandung, 12, 14, 15 Maret 2017.

Gerakan ini mendapat dukungan pula dari komunitas yang memiliki jejaring internasional seperti “Profauna” (Protection of Forest & Fauna), jejaring International Day of Action for Rivers, dan Greenpeace Indonesia.

Herry Dim yang juga seniman lukis, mengatakan aksi warga ini sepenuhnya inisiatif “kanyaah” setiap pendukung dengan swadaya pribadi atau pun komunitasnya masing-masing. Aksi ini mengusung motto: “Dari Kita, Oleh Kita, untuk Warga Bandung” atau “Bandung nu Aing tapi Ulah Kumaha Aing”.

“Tujuan aksi kebudayaan adalah membangun kesadaran pemerintah, publik dan perusahaan untuk peduli dan sadar terhadap lingkungan, sungai sebagai peradaban, dan kehidupan manusia,” katanya.

Aliansi tersebut, kata dia, pada dasarnya mengajak semua pihak untuk menjaga, merawat, dan menyelamatkan sungai, dan alam Bandung pada umumnya. Aliansi pun menyuarakan pentingnya hutan kota atau ruang terbuka hijau sebagai paru-paru perkotaan atau pun perdesaan.

“Kami bergerak untuk menjaga berbagai ancaman kerusakan dan pencemarn akibat pembangunan ekonomi yang rakus dan eksploitatif,” ujarnya.

Gerakan ini muncul sebagai rekasi terhadap rencana perusahaan swasta, Pemprov Jabar dan Pemerintah Kota Bandung yang akan membangun mal, hotel, dan rumah sakit di lahan eks Palaguna.

“Hal itu jelas nantinya akan menjadi milik privat atau bukan lagi menjadi milik publik,” tukasnya.

Pembangunan bernama ‘Bandung Icon’ itu berpotensi menambah sampah domestik sebesar 20 ton/hari atau sekitar 600 ton/bulan, menghasilkan limbah berbahaya dan beracun sebesar 1 ton/hari.

Sementara rencana pembangunan ini pun berada pada zona merah Cekungan Bandung yang akan menyedot air tanah sebanyak 100.000 liter/hari, dan menyebabkan kualitas air tanah semakin menurun. Sempadan Sungai Cikapundung pun terancam terganggu.

Sedangkan kawasan alun-alun sebagai pusat kota sudah terlalu padat, bahkan telah melampaui ambang kritis, maka tidak saja akan berbahaya bagi salah satu kawasan Cekungan Bandung melainkan bisa mengancam pula kawasan hilir sungai Cikapundung dalam bentuk banjir kiriman hingga limbah beracun.

Selain itu kawasan alun-alun Bandung pun amat kuat memiliki latar kebudayaan sejak dicanangkannya oleh Raden Adipati Wiranatakusumah II, bahkan kemudian pernah menjadi ibukota Konferensi Asia Afrika.

“Atas dasar itulah maka warga memandang lebih perlu hutan kota dan cagar budaya ketimbang mal, hotel, dan rumah sakit,” kata dia.

Aksi tersebut mendesak pemerintah Jawa Barat dan Kota Bandung bahwa luasan RTH Bandung hanya sekitar 12%, kondisinya kian tak sehat, udara makin panas dan tercemar, sangat kurang memiliki lahan hijau dan respaan.

Dengan kata lain, gerakan tersebut sebagai suara warga untuk penyelamatan lahan negara yang berbatasan dengan sungai Cikapundung. Lahan tersebut lebih baik menjadi hutan kota.

Aksi kebudayaan ini dimeriahkan serangkaian kegiatan seni dan budaya, antara lain melukis bersama tentang lingkungan, pembacaan puisi, lingkungan hidup, human words selfie SaveXpalaguna, doa bersama, ritual mengawinkan/menyatukan air dari sumber-sumber mata air yang ada di Kota Bandung, menonton film, dll.

Sumber: POJOK SATU

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *