Tak semua komunitas terbentuk berdasarkan perencanaan. Tengok saja komunitas Home Education Malang, Jawa Timur. Terbentuk secara spontan, bukan berarti tidak ada kegiatan positif yang bisa dilakukannya.
HE Malang terbentuk atas prakarsa anggota grup Home Schooling Muslim Nusantara (HSMN) yang tinggal di Malang. Saat itu, founder HSMN, Ida Nuraini, pada November 2014 berkesempatan datang ke Malang dan berbagi ilmu pengasuhan terkait bullying pada anak.
Awalnya, para anggota HSMN di Malang membentuk grup dengan memanfaatkan aplikasi pesan instan Whatsapp. Di grup tersebut mereka melakukan koordinasi penyelenggaraan acara parenting. Pembicaraan di grup Whatsapp ini berkembang, tidak hanya membicarakan masalah acara tersebut. “Seiring waktu, anggota juga membahas aktivitas belajar anak di rumah dan homeschooling,” ujar perwakilan HE Malang, Rindang Rihadini. Selain di WA, grup komunitas HE Malang berkumpul di Facebook. Sejak itu, makin banyak yang tertarik bergabung.
Di pertemuan kedua, anggota HSMN mendapat ilmu dari tokoh inspiratif Deasi Srihandi yang menceritakan pengalaman homeschooling anak-anaknya. Dari cerita tersebut bergulir kegiatan community learning (CL). Orang tua yang berada di satu wilayah bergantian mengajar anak-anak tentang beragam tema. Prakarsa tersebut menginspirasi anggota komunitas untuk membentuk pembelajaran bersama komunitas di wilayah yang berdekatan.
Selain itu, setiap bulan anggota HSMN menggelar kegiatan besar komunitas. Bentuknya berupa kegiatan untuk anak maupun orang tua. “Di HE Malang, setiap anggota dapat berbagi ilmu, merekomendasikan nara sumber, atau mengajukan acara yang bermanfaat bagi anak,” kata Rindang. Panitia kegiatan semuanya anggota komunitas.
Komunitas HE Malang terbentuk karena kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya sebagai upaya menambah keterampilan serta pengetahuan orang tua dalam mendidik anak. Sejalan perkembangannya, komunitas ini juga membahas kesehatan, lingkungan, dan agama. HE Malang membatasi para ibu saja yang ikut dalam grup di WA, namun untuk kegiatan offline para ayah juga dapat berpartisipasi.
Dalam waktu dekat, HE Malang akan mengadakan kelas memasak untuk ayah, kelas memasak sehat, dan merawat jenazah. Sementara itu, ide untuk menyelenggarakan kemah untuk keluarga masih dalam tahap pembahasan. “Komunitas ini bersifat terbuka, tak terdata jumlah anggotanya, dan tidak ada kepengurusan maupun visi dan misi komunitas,” ujar Rindang.
Sumber: REPUBLIKA