Peringati IWD, Komunitas Perempuan Penyelamat Situs Warisan Dunia Gelar Aksi Damai

Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Sedunia atau International Women’s Day (IWD), Komunitas Perempuan Penyelamat Situs Warisan Dunia (KPPSWD) menggelar aksi damai, Rabu (8/3/2017) pagi. Aksi yang kesemuanya dilakukan oleh perempuan-perempuan muda nan belia berjumlah 20 orang itu digelar di Bundaran Kota Curup, Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.

Mengawali aksi di Bundaran Kota Curup, mereka membawa spanduk-spanduk karton, berorasi sembari membagikan selebaran dan rangkaian bunga kreasi mereka sendiri kepada para pengendara (masyarakat) di Lampu Merah Bundaran Kota Curup. Sekitar satu jam kemudian, massa yang mengusung tema ‘Menyelamatkan Taman Nasional Kerinci Seblat (Warisan Dunia) adalah Menyelamatkan Perempuan’ itu, bergerak (long march) menuju Simpang Empat Lampu Merah Jalan Merdeka. Orasi kembali digelar sembari membagikan selebaran dan rangkaian bunga.

“Kita perempuan, adalah korban terburuk dari kerusakan lingkungan (hutan). Untuk itu, kita perempuan punya hak untuk hidup nyaman dan tenang. Kita perempuan punya hak untuk memiliki pengetahuan dan wawasan tentang hutan lingkungan. Karena perempuan bukan cuma objek yang selalu mengurusi kasur, dapur dan sumur”, teriak Orator, Eva Juniar Andika didampingi Oktari, Koordinator Perempuan di Lembaga Lembaga Kajian Advokasi dan Edukasi (LivE) Bengkulu.

Menarik dari aksi ini, tidak biasa dilakukan oleh komunitas perempuan pada umumnya. Maksudnya, selama ini dalam peringatan International Women’s Day, umumnya komunitas perempuan menggelar aksi yang topik bahasannya lebih tertuju pada kekerasan terhadap wanita. Sedang bagi Komunitas Perempuan Penyelamat Situs Warisan Dunia ini lebih kepada kepeduliannya terhadap hutan dan lingkungan atau lebih tepatnya hutan kawasan TNKS.

Selain itu, momentum ini menoreh catatan sejarah. Yang mana komunitas perempuan ini sebagai pelopor aksi damai dengan mengusung fokus kegiatan perempuan dan hutan (kawasan TNKS). Di samping itu, aksi digelar bukan di Kota Bengkulu, namun dititikberatkan di Kota Curup.

Ketua Komunitas Perempuan Penyelamat Situs Warisan Dunia, Eva Juniar Andika menuturkan, kenapa aksi digelar di Kota Curup, mengingat isu yang diangkat komunitasnya adalah isu perempuan dan hutan, sehingga lebih tepat aksi ini digelar di Kota Curup.

“Daerah interaksi komunitas kami ada di 2 kabupaten, yakni Rejang Lebong dan Lebong. Untuk di Kabupaten Rejang Lebong ada 26 desa yang menjadi wilayah interaksi kami kepada masyarakat. Sedang di Kabupaten Lebong ada 48 desa”, demikian Eva, yang juga mahasiswi Fakultas Kehutanan Universitas Bengkulu. 

Sumber: Redaksi Bengkulu

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *