Sejumlah Komunitas Jogja Ramaikan Acara “Keceh lan Reresik Kali Tambakbayan 2017”

Peringatan World Water Day atau Hari Air Sedunia seyogianya dijadikan upaya pembaharuan komitmen masyarakat bahwa air itu perlu dihargai.

“Kita tidak bisa hidup tanpa air maka event seperti ini dijadikan sebagai momentum cinta kita dan rasa menghargai kita terhadap sumber air,” jelas Rani Sjamsinarsi, Plt. Sekretaris Daerah Istimewa Yogyakarta dalam sambutannya pada kegiatan “Keceh lan Reresik Kali Tambakbayan 2017”, Sabtu (25/3).

World Water Day atau Hari Air Sedunia adalah perayaan tahunan yang dilakukan untuk kembali menarik perhatian publik pada pentingnya air bersih dan penyadaran untuk pengelolaan sumber-sumber air bersih yang berkelanjutan.

Hari Air sedunia diperingati setiap tanggal 22 Maret, peringatan ini pertamakali diumumkan pada siding umum PBB ke-47 pada tanggal 22 Desember 1992 di Rio de Janeiro, Brasil. Peringatan Hari Air Sedunia dimulai pada tahun 1993 untuk memotivasi publik untuk memberikan dukungannya dalan konservasi air dengan mengurangi penggunaan keran air sepanjang hari.

Nah, untuk memperingati World Water Day 2017 itu, sebanyak 30 tim dari berbagai komunitas, instansi, dan universitas mengikuti kegiatan “Keceh lan Reresik Kali Tambakbayan 2017” yang diselenggarakan Pokja Tambakbayan bekerja sama dengan berbagai pihak seperti BBWS Serayu Opak, Harian Kedaulatan Rakyat, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Asosiasi Komunitas Sungai Yogyakarta, dan lainnya.

“Untuk memperingati Hari Air Sedunia tidak perlu diperingati secara meriah dan megah namun makna kegiatan adalah bagaimana kita berkontribusi untuk menjaga lingkungan dan ekosistem kita terutama sumber daya air,” jelas Bambang Sasongko, ketua panitia Keceh lan Reresik Kali Tambakbayan.

Acara ini merupakan kegiatan rutin Pokja Sungai Tambakbayan sebagai aksi dan partisipasi masyarakat dalam gerakan restorasi sungai khususnya Sungai Tambakbayan. Kegiatan kali ini mengambil tema “nguri-nguri kali” yang bertujuan untuk sosialisasi dan desiminasi Gerakan Restorasi Sungai DIY, identifikasi potensi dan permasalahan di Sungai Tambakbayan, dan penghijauan lahan kritis di bantaran Sungai Tambakbayan.

Para peserta menempuh jarak lebih kurang 5km yang dibagi dalam empat zona. Zona pertama dimulai dari Embung Tambakboyo – Perumahan Perwita Karya (ringroad), zona kedua dari Perumahan Perwita Karya – Jembatan Babarsari, zona ketiga dari Jembatan Babarsari – Bendung Glendongan, dan zona keempat dari Bendung Glendongan dan berakhir di Dukuh Kalongan.

Kegiatan ini juga menjadi ajang perlombaan dan pemenangnya mendapatkan piala bergilir serta uang pembinaan. Selain itu, masing-masing kelompok juga ditugaskan untuk melakukan identifikasi sebaran limbah/sampah, kerentanan infrastruktur, dan biodiversity di sepanjang Sungai Tambakbayan.

Dalam kegiatan ini, UAJY turut serta mengirimkan empat tim yang terdiri dari 20 orang. Tiga tim merupakan mahasiswa Fakultas Teknik dan satu tim dari Mapala UAJY. Hasil dari susur sungai ini nantinya akan dicatat dan dilaporkan kepada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk ditindaklanjuti agar sumber air dan kelestarian sungai tetap terjaga.

Sumber: Berita Satu

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *