Lantai dua Jon’s Cafe and Coffe di kawasan Ciwalk terdengar riuh. Minggu (27/11) malam ada live music untuk menghibur pengunjung. Di salah satu sudut, sejumlah perempuan berjilbab asyik mencandai kawannya.
Sang ’’korban’’ adalah Novi Kusuma Dewi. Matanya berkedip-kedip saat kawan yang jago make-up, Nadya Nayra, menyapukan kuas wajah untuk membuat rona pipi Novi menjadi merah muda.
Dalam waktu singkat, pipi Novi yang kuning langsat tersebut berubah merona. ’’Ciye, ayune rek (waduh cantiknya, Red)!’’ guyon para ibu muda itu dengan kompak.
Beauty class atau kelas kecantikan. Itulah salah satu agenda rutin Komunitas Hijabers Sidoarjo (Hisda). Tak hanya belajar make-up, Hisda juga menjadi wadah untuk belajar menggunakan jilbab dengan berbagai gaya modern dan stylish.
Tentu, patokan syariah Islam tetap diperhatikan. Ketua Hisda Ratih Ayu Tresna Anjani menyatakan, sejak dibentuk pada 2012, para pelopor, termasuk Ayu, ingin Hisda menjadi tempat bagi para perempuan muslimah untuk belajar banyak hal.
Termasuk berbagi ide dan kreativitas. ’’Bukan hanya soal kecantikan kok. Kami punya banyak agenda yang diharapkan bisa menjadi pengayaan skill anggota,’’ ucap Ayu yang mengenakan aksesori anting etnik di sisi kanan dan kiri bawah kepalanya.
Komunitas Hisda kini memiliki 110 anggota dengan 12 pengurus inti. Ayu tak ingin komunitas tersebut hanya dianggap sebagai ajang ’’cantik-cantikan.’’
Mereka justru ingin menunjukkan kiprah bahwa para perempuan muslimah adalah bentuk kemajuan yang positif. Menurut dia, kegiatan para perempuan tidak dibatasi meski menggunakan jilbab.
Tidak semua anggota Hisda bergabung dalam keadaan sudah berjilbab. Salah satunya adalah Aini Lutifah. ’’Dulu saya masuk belum berjilbab. Saya terus ikut banyak kegiatan positif yang menginspirasi di sini (Hisda),’’ tutur perempuan 40 tahun itu.
Aini yang berkecimpung dalam usaha kerajinan tangan tersebut malah mendapatkan banyak ide kreasi yang bisa dipadukan dengan jilbab. Baju-baju muslimah mulai dirancang. Kenalan desainer dan model makin banyak.
’’Usaha makin lancar. Badan tambah sehat karena aktif dan terus enjoy,’’ imbuhnya. Kepercayaan diri Aini untuk tampil modis tak lagi diragukan. Dia tampak elegan dengan pasmina kuning yang ditata beberapa layer plus lipstik merah membara.
Komunitas Hisda memang sudah membuktikan eksistensinya di dunia fesyen. Tak jarang mereka diundang desainer-desainer Kota Delta maupun Surabaya untuk naik panggung catwalk.
Ayu menuturkan, sebenarnya anggota yang punya basic modelling bisa dihitung jari. Tetapi, sejak awal, aturan di Hisda adalah saling berbagi keterampilan.
’’Yang bisa make-up ngajarin yang lain. Yang bisa hijab stylish ya selalu meng-update model kepada kami. Nah, yang jago modelling ya jadi instruktur, deh,’’ tutur Ayu, lantas tersenyum.
’’Jadi, ya simbiosis mutualisme gitu. Busana mereka kami promosikan. Kami punya pengalaman lebih meskipun sudah ibu-ibu,’’ canda ibu dua anak itu. Aini langsung menimpali.
Menurut dia, semua anggota Hisda suka ber-selfie dan berfoto. Dengan modal percaya diri, mereka tinggal belajar jalan sambil berlenggak-lenggok.
Sebagai ketua, Ayu mengaku banyak suka duka yang dihadapi untuk mempertahankan Hisda. Salah satu yang membekas adalah saat mengadakan event Milad Hisda beberapa waktu lalu.
Dia kerap dimarahi suami karena pulang malam. Selain itu, dia kerap cekcok dengan sesama pengurus saat musyawarah.
’’Kadang capek hati. Tapi, kalau diingat-ingat lagi sudah sejauh ini membangun Hisda, aku jadi nggak mau menyerah sama tali persaudaraan yang solid ini,’’ ungkap Ayu yang juga rutin berlatih silat tersebut.
Kehangatan yang layaknya keluarga itulah yang membuat Ayu terus mempertahankan komunitas yang dibangun bersama Ratih Amaranti yang kini menjabat wakil ketua dan Linda Rahmawati, sang hijab stylish Hisda.
Belajar dari pengalaman, Ayu dan jajaran pengurus punya strategi untuk melunakkan hati suami. Setiap selesai mengadakan acara besar, akan ada tumpengan dengan para suami.
’’Kalau ada anggota yang sakit, kami sama-sama menjenguk. Itulah cara untuk menjaga kerekatan kami,’’ tuturnya. Ada banyak kegiatan Hisda. Misalnya, pada Sabtu (26/11).
Mereka menggelar latihan kreasi decoupage. Yakni, dekorasi dengan media stiker yang dilukis. Barang yang bisa dihias begitu beragam. Salah satunya adalah dompet atau clutch.
Mereka juga rutin memanggil psikolog untuk belajar soal keharmonisan rumah tangga yang sakinah dan parenting class.
Tausiah tentang istiqamah dalam berjilbab sering mereka laksanakan untuk tetap menjaga keyakinan para anggota. Sebelum memulai kegiatan apa pun, mereka selalu menyempatkan membaca Alquran bersama.
Sumber: JAWA POS