Urban Care; Gerakan Komunitas Sosial Peduli Masyarakat Marginal Kota

Pendidikan adalah kunci peningkatan sumber daya manusia. Itulah prinsip yang dipegang komunitas Urban Care. Melalui rangkaian kegiatan, komunitas yang dimotori puluhan anak muda tersebut ingin mengangkat citra kaum papa melalui bidang pendidikan.

PUKUL 15.00. Suasana balai pertemuan warga Kampung Baru Setren Kali Jagir sepi. Hanya lima anak yang stand by menunggu di ruangan berukuran 5 x 4 meter tersebut.

Lalu, ada dua pemuda yang sedang mendampingi dengan membawa spidol. Setengah jam berselang, satu per satu anak mulai berdatangan di balai yang samping kirinya berbatasan langsung dengan Sungai Jagir tersebut.

Ada 26 anak yang sore itu siap menerima pelajaran. Duduk lesehan di atas lantai tanpa tikar, mereka mulai menata barisan.

”Ayo, semua tenang. Pelajaran hari ini segera dimulai,” ungkap Muhammad Lutfi, penanggung jawab program Ayo Belajar Urban Care, Selasa (3/1).

”Pancasila. Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.” Pembacaan teks Pancasila mengawali pembelajaran sore itu.

”Maaf, acara belajarnya telat. Maklum, masih harus menjemput anak satu per satu di rumah mereka,” terang Lutfi.

Berdiri pada 2012, Urban Care melakukan kegiatan Ayo Belajar seminggu sekali. Rutin. Ketua Urban Care Azrohal Hasan mengatakan, kegiatan itu biasanya start pukul 14.00.

Rampung pukul 16.00. Itu adalah jam longgar anak-anak Kampung Baru Setren Kali Jagir. Maklum, selain bersekolah, beberapa anak bekerja membantu orang tua pada pagi hari.

Ide awal Ayo Belajar berawal dari keprihatinan. Banyak anak di kawasan Kampung Setren Kali Jagir yang belum mendapatkan pendidikan memadai. Kondisi tersebut diperparah etos belajar yang rendah karena pengaruh lingkungan.

Terimpit masalah ekonomi, banyak orang tua di Kampung Baru Setren Kali Jagir yang berpikir pragmatis. Mereka lebih mendukung putra-putrinya untuk segera bekerja jika dibandingkan dengan mengajak anak pergi ke sekolah.

”Orang tua ingin anak-anak segera bisa membantu ekonomi keluarga. Maklum, mayoritas bekerja sebagai pemulung dan pengamen,” ungkap alumnus Ilmu Sejarah Universitas Airlangga (Unair) itu.

Kondisi itu membuat banyak orang tua kurang antusias menyambut program Ayo Belajar saat kali pertama di-launching.

Mereka umumnya tak acuh dan sering salah paham dengan relawan Urban Care. Orang tua terkadang kurang sepakat dengan metode yang diberikan Urban Care.

Lelaki kelahiran 14 Juli 1992 tersebut menuturkan, ada orang tua yang ngotot. Mereka menganggap belajar itu ya pelajaran sekolah saja.

Tidak ada acara gambar, membuat kerajinan, atau kegiatan bermain seperti outbound. Padahal, materi nonakademis tersebut menjadi salah satu program penting dalam Urban Care.

Selain pendidikan akademis seperti di sekolah, Urban Care juga memberikan pendidikan berkarakter. Misalnya, pendidikan perilaku dan nilai-nilai keagamaan.

”Agar pembelajaran terkonsep, kami membuat kurikulum dan silabus sendiri,” terang penggemar futsal itu.

Perjuangan relawan Urban Care dalam mengubah mindset anak-anak agar rajin belajar juga tidak mudah. Penuh tantangan dan kesabaran.

Terkadang, jika sedang banyak anak yang bad mood, relawan harus siap menjemput ke rumah. Mereka membujuk satu per satu anak agar mau belajar.

Keuletan itu perlahan menuai hasil. Berjalan setahun, anak-anak mulai sadar. Sebagian besar tak perlu dijemput. Setiap ada jadwal Ayo Belajar, mereka stand by di balai pertemuan.

”Dulu awal program hanya 20 anak. Kini sudah mencapai 40 anak yang ikut,” jelas mantan ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Unair pada 2012 itu.

Selain mengajak anak-anak tetap rajin belajar, pemuda penggemar bakso itu menyampaikan, Urban Care juga memberikan beasiswa kepada anak yang putus sekolah.

Melalui seleksi, anak yang terpilih akan diberi kesempatan untuk melanjutkan sekolah. ”Melalui Urban Care Foundation, saat ini kami sudah menyekolahkan lima anak,” terangnya.

Sukses mengajak anak-anak rajin belajar membuat Urban Care mengembangkan program lain untuk warga Kampung Baru Setren Kali Jagir. Pertengahan 2015, program Ayo Mengaji dan Ayo Berbudaya diluncurkan.

Ayo Mengaji diikuti para orang tua anak Kampung Baru Setren Kali Jagir. Sementara itu, Ayo Berbudaya diikuti anak-anak yang sebagian juga peserta program Ayo belajar.

Soal kebudayaan, anak-anak tersebut belajar kesenian angklung. Kemampuan mereka sangat mumpuni. Tawaran manggung berdatangan. Mulai acara kampung, kampus, hingga pusat perbelanjaan.

Dari acara tersebut, meski tak banyak, anak-anak juga mendapat bayaran manggung. ”Kondisi itu membuat orang tua semakin mendukung kegiatan kami,” jelasnya.

Azrohal menyampaikan, konsistensi Urban Care dalam memberdayakan masyarakat miskin kota tersebut berkat kerja sama banyak pihak. Terutama para relawan yang seluruhnya mahasiswa.

Saat ini ada 10 kampus di Surabaya yang menjadi relawan Urban Care. Urban Care juga bisa berkembang karena bantuan komunitas lain yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat.

Di antaranya, Komunitas Lentera Harapan dan Pelajar Mengajar. ”Selain dua elemen itu, kami banyak berterima kasih kepada donatur yang telah memberikan dukungan selama kegiatan berlangsung,” ungkapnya.

Berkat usaha intens dalam pemberdayaan masyarakat marginal kota tersebut, pada 2015, Urban Care meraih juara I dalam ajang Pemuda Pelopor Kategori Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Jatim.

Tahun ini Urban Care memperluas gerakan itu di beberapa wilayah di Surabaya. Di antaranya, Putat Gang Makam, Labansari, Kalibokor, dan pesisir Kenjeran.

”Semua wilayah sudah kami bina. Kini tinggal menguatkan relawan untuk bergerak lebih intens,” jelasnya.

Ke depan, Azrohal berharap Urban Care dapat membuka cabang di beberapa kota di Indonesia agar permasalahan kaum marginal kota bisa terselesaikan dan mereka diberdayakan.

”Semoga gerakan ini tambah luas. Dan dapat membantu permasalahan masyarakat marginal kota,” terangnya.

Sumber: JAWA POS/Edi Susilo

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *