Semuanya berawal dari warung kopi. Setidaknya inilah sejarah komunitas Booklicious. Para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang jatuh cinta pada buku dan berkumpul di warung kopi. Pada Agustus 2013 lalu, akhirnya disepakati untuk membuat komunitas bernama Booklicious.
Dalam setiap perjumpaan di warung kopi, masing-masing anggota wajib membawa satu buah buku. Lantas buku ini dibahas dan didiskusikan bersama-sama. Tak jarang pula, mereka saling bertukar buku.
Rupanya, tulisan-tulisan tersebut membuat beberapa penerbit melirik komunitas ini. Mereka kerap kali mendapat kiriman buku secara langsung dari penerbit buku berskala nasional.
Seperti penerbit buku Gagas Media, Mizan, Tiga Serangkai, dan lain-lain. ”Biasanya satu kali kiriman ada beberapa buku. Penerbit minta kami me-review,” ujar koordinator Booklicious Ummul Hasanah pada pertengahan Mei lalu.
Hingga kini, ada sekitar 100 buku yang masuk di perpustakaan mereka. Semua hasil kiriman itu gratis dari beberapa penerbit. Tentu saja, nasib buku-buku tersebut tak berhenti hingga di situ saja. Booklicious rajin memamerkannya di event-event besar.
Di Car Free Day (CFD) misalnya, setiap Minggu pagi, Booklicious menggelar karpet dan menata buku-buku tersebut di sana. Lalu mempersilakan siapa saja untuk membaca buku itu. ”Gratis dan tidak kami punggut biaya. Hanya minta data diri saja,” jelas Ummul.
Nantinya, data diri tersebut akan masuk dalam database Booklicious. Dan itu nanti akan berguna untuk jaringan di masa mendatang. ”Kalau ada acara, mereka akan kami hubungi kembali,” terang Ummul.
Selain kegiatan rutin tersebut, Booklicious juga mengadakan Festival Pembaca dan Penulis 2014. Festival ini bisa jadi yang pertama di Malang karena festival seperti itu memang sangat jarang diadakan.
Di dalam festival ini ada kegiatan bedah buku Perjalanan Mengalahkan Waktu karya Fatih Zam, workshop kepenulisan oleh Editor Mizan Indradya SP, dan bincang santai bersama penulis novel Paris: Aline terbitan Gagas Media.
Di luar festival itu, Booklicious juga kerap mengundang beberapa penulis untuk program Bincang Ala Penulis. Di antaranya Bernard Batubara, Tyas Effendy, Rezky Firmansyah, Gamal, dan lain-lainnya.
Ummul menjelaskan, komunitas Booklicious intinya adalah wadah bagi para pecinta buku. Kini komunitas itu telah mempunyai 50 anggota di wilayah Malang Raya. Latar belakang anggotanya berasal dari berbagai kalangan.
Mulai dari pelajar, mahasiswa, dan umum. Namun, kebanyakan mereka berasal dari mahasiswa UMM, Universitas Brawijaya (UB), Universitas Negeri Malang (UM), dan masih banyak lagi.
Tidak ada ketentuan khusus bagi siapa pun yang ingin bergabung. ”Yang penting suka baca,” ujar Ummul. Sebab, Booklicious mencoba merangkul semua kalangan guna menumbuhkan rasa cinta pada buku. Apalagi, ada ungkapan kalau buku adalah jendela dunia.
Sumber: Radar Malang