Amilatus Sholeha (11) menunjukkan deretan foto hasil jepretannya kepada SURYAMALANG.COM, Sabtu (6/5/2017). Terdapat enam foto karya Amel, panggilan akrabnya, yang dipamerkan.
Subjek fotonya adalah teman-teman bermainnya di kampungnya yakni Kampung Kayutangan Kelurahan Kauman Kecamatan Klojen, Kota Malang. Tidak hanya foto Amel yang dipamerkan, tetapi ada hasil karya 13 teman sekampung Amel.
Uniknya foto-foto bocah itu tidak dipamerkan di gedung pameran ataupun aula. Foto itu digantung di pagar rumah warga Kampung Kayutangan di sekitar Pasar Talun. Sebuah pasar bersejarah yang ada di tengah kampung padat penduduk itu.
Pameran foto milik 14 bocah kampung itu menjadi rangkaian kegiatan Waktu Ruang Kayutangan yang digelar mulai hari ini Sabtu (6/5/2017) hingga Minggu (7/5/2017). Ke-14 anak yang terlibat dalam pameran foto itu dibimbing oleh 12 orang dari komunitas foto yang terlibat di kegiatan itu.
Waktu Ruang Kayutangan merupakan sebuah proyek yang digagas oleh komunitas A Day to Walk. Tujuannya adalah mengenalkan Kayutangan sebagai salah satu destinasi wisata walking tour.
“Kota Malang ini memiliki sejarah kota yang panjang. Tetapi malah tidak punya destinasi wisata sejarah yang sebenarnya itu bisa dijual ke wisatawan, seperti halnya Kota Tua di Jakarta, atau wisata sejarah kota di Semarang, atau Surabaya,” ujar Gaharu Jabal, dari Komunitas A Day to Walk kepada SURYAMALANG.COM, Sabtu (6/5/2017).
Gaharu dan teman-temannya memilih Kayutangan karena kawasan itu termasuk dalam pembentukan sejarah penataan kota di Indonesia seperti Semarang dan Surabaya. Di seputaran Kayutangan tersebar bangunan lawas, yang dibangun di jaman kolonial Hindia Belanda.
“Kayutangan juga jalur pita, sebuah jalur perekonomian. Dibuktikan adanya Pasar Talun. Dulu katanya pasar ini luas dari Es Talun (Jl Arif Rahman Hakim) sampai Jl Semeru. Sekarang Pasar Talun tinggal empat baris. Dan masih banyak ditemukan bangunan tua di sini,” imbuh Gaharu.
Karenanya Kayutangan dinilai pantas dijadikan ‘kota tua’ dan layak dikunjungi melalui sebuah wisata ‘walking tour’. Walking tour itu bisa dimulai dari kawasan PLN Kayutangan ke sepanjang Jl Basuki Rahmat sampai kawasan Alun-Alun, juga Kampung Kayutangan seperti Pasar Talun, Makam Mbah Honggo Kusumo juga kanal dan terowongan di kampung tersebut.
Kegiatan Waktu Ruang Kayutangan hanya menjadi pembuka membangkitkan kampung wisata sejarah Kayutangan. Selain disemarakkan pameran foto, Waktu Ruang Kayutangan juga dimeriahkan dengan pemutaran layar tancap, peragaan busana menyusuri jalur pedestrian Basuki Rahmat dan jalan kampung, pentas musik di Pasar Talun oleh pianis Christabel Anora, juga cangkruk kane (enak) alias diskusi sejarah Kayutangan.
Sumber: Surya Malang Tribunnews