Sri Alderina: Crafter Depok bukan Komunitas Perempuan Biasa

Perempuan asli Payakumbuh, Padang, Sumatera Barat ini sudah terampil sejak kecil. Tangan-tangannya kala itu sudah lincah bermain dengan jarum dan benang jahit, menggunting, dan menggabungkan kain-kain perca sisa pesanan jahitan sang ibu di rumahnya. Ia bahkan turut membantu sang ibu menyempurnakan hasil jahitan dengan membersihkan sisa-sisa benang yang masih melekat di baju yang telah ibunya selesaikan. Perkenalkan, pemilik tangan terampil itu adalah Sri Alderina, pendiri komunitas Crafter Depok.

Ditemui lewat percakapan telepon sore itu, perempuan yang akrab dipanggil dengan nama Rina ini menceritakan, sejak dulu ia memang sudah penasaran dengan apa yang dilakukan sang ibu. Rasa penasaran itu lantas mendorongnya untuk bereksperimen dengan kain sisa jahitan. Tak heran hal itu membuat tangannya kini terampil membuat banyak hal. Keterampilannya itu pula yang  menuntunnya mendirikan komunitas berisi perempuan dengan tangan-tangan terampil di kota Depok.

Resmi didirikan pada 20 Oktober 2013 lalu, komunitas ini terbentuk saat Rina sedang asyik merajut bersama teman-temannya di suatu pusat perbelanjaan di kota Depok. Kegiatan ini katanya memang rutin ia lakukan bersama sejumlah temannya yang memang hobi merajut. Tiba-tiba Rina dan ketiga temannya, Oty, Eka Hikmawaty, dan Irawati berucap ide mendirikan sebuah komunitas untuk bisa berbagi ilmu crafting.

Ide dan semangatnya mendirikan komunitas tersebut ternyata disambut baik oleh teman-temannya yang lain. Mereka segera menentukan ketua dan pengurus, serta membuat grup tertutup di media sosial facebook. Tak disangka, ternyata grup ini juga disambut antusias banyak crafter di Depok. Buktinya saja, sekarang ada ratusan crafter yang tergabung di dalamnya.

Ratusan orang ini, kata Rina, menekuni beragam bidang kerajinan tangan, mulai dari rajutan, kain flannel, barang-barang dekorasi rumah, aksesori perempuan, tas dan lainnya yang kemudian dibagi Rina dan pengurus komunitas ke dalam divisi khusus. Masing-masing divisi ini dikepalai oleh satu orang pengurus.

“Anggotanya ini punya latar belakang yang beragam, ada ibu rumah tangga dan karyawan yang punya hobi di kerajinan tangan, ada pebisnis, psikolog, dokter dan dosen. Bahkan ada, lho dokter yang berhenti dari profesinya, kemudian mengurus anak dan menekuni kerajinan tas kulit handmade. Ternyata nggak kalah menjanjikan bisnisnya,” ujar Rina sumringah.

Dokter itu bukan satu-satunya yang berani ambil langkah. Kata Rina, banyak anggota Depok Crafter yang mulanya hanya iseng-iseng membuat kerajinan tangan atau hobi dan bekerja kantoran, kini mulai menekuni dan menjadikannya sebagai sumber pemasukan utama. Ada pula yang ekonominya sempat terpuruk kemudian bisa bangkit kembali dengan usaha kerajinan tangan.

Ini disebut Rina sebagai salah satu fungsi dari komunitas yang dapat menjadi wadah pemberdayaan perempuan dan mendorong perempuan untuk berani ambil langkah menggali potensinya. Pasalnya Rina menyayangkan kalau masih banyak perempuan Indonesia yang terlahir dan tumbuh dengan dogma bahwa perempuan itu lemah dan tak berdaya.

“Jadi mereka agak terkungkung dalam teori atau pola pikir seperti itu, sehingga banyak yang tidak menggali secara maksimal potensinya dan tidak bisa cari apa yang bisa dia perbuat lebih dari yang biasanya,” ujar ibu 3 anak ini.

Bukan hanya pemberdayaan perempuan, lebih jauh Rina mengatakan kalau komunitas ini juga jadi tempat penguatan para perempuan, pasalnya ia yakin dengan kekuatan bersama yang jauh lebih powerfull. Hal itu ia contohkan dengan kasus kekerasan yang menimpa salah satu anggota komunitasnya. Kata Rina, salah satu temannya ini jadi korban kekerasan rumah tangga dan perceraian yang sempat membuatnya terpuruk.

Lantas Rina bersama teman-temannya tak mau tinggal diam dan mereka pun bergerak bersama membantu pemulihan sang korban dengan memberikan pendampingan hingga pencarian dukungan dari Lembaga Bantuan Hukum atau LBH. Tambahnya, “Iya jadi ini bukan sekedar komunitas kumpul ibu-ibu semata, tetapi jadi support group untuk perempuan lainnya.”

Ketika ditanya soal tantangannya mengurus komunitas dengan ratusan orang bertangan terampil di kota Depok, Rina tak sedikit pun menutup-nutupinya. Ia dengan blak-blakan mengaku kalau ia sempat kewalahan mengatur ratusan anggota komunitasnya, terutama dalam hal menyelaraskan persepsi atau pikiran. Belum lagi rasa lelah yang ia dapat dari banyaknya tawaran pameran dan tawaran memberikan sejumlah pelatihan dari pemerintah Kota Depok.

Namun, istri dari Forti Fitrayana ini mengaku pantang menyerah, pasalnya ia punya kesadaran soal mengemban amanah yang harus dijalankan dan dituntaskan. Amanah itu ialah menjadi pemimpin komunitas yang harusnya mengarahkan para anggotanya.

“Lelah dan kewalahan iya, tapi jenuh enggak, karena ini passion saya. Dan ada rasa puas lihat perkembangan anggota komunitas yang bisnisnya berkembang dan ilmu crafting-nya. Dinamika komunitas ini seru banget dan ini yang bikin semangat,” tukasnya.

Semangat Rina mengelola komunitas dan menekuni dunia crafting yang berkobar ini ternyata pernah mengantarnya menginap di kamar rumah sakit. Katanya, badannya itu tak kuasa melihat padatnya kegiatan crafting dan kegiatan lainnya yang dilakukan Rina. Alhasil ia mendapat banyak pesan dari sanak saudara untuk mengurangi kegiatannya.

Tambahnya, “Karena sakit, ponsel harus dimatikan dan terlepas dari dunia luar sebentar. Tapi rasanya sunyi banget saya nggak betah. Eh tapi begitu sudah sembuh, kegiatan saya lebih gila lagi. Banyak yang menghubungi untuk wawancara, rapat dengan ibu walikota, diminta jadi pengurus Dewan Kerajinan Nasional Daerah atau Dekranasda, dll. Bahkan usaha saya sempat terbengkalai karena nggak bisa produksi.”

Ya, Rina hingga sekarang ini sedang menekuni bisnis kerajinan tangan khas Jepang bernama Oshibana. Seni bunga press ini ia kenal pertama kali di tahun 2010 saat menghadiri perhelatan Inacraft. Disitu ia tertarik dan memutuskan untuk mengambil kursus dasar-dasar seni Oshibana dan mengasahnya secara otodidak lewat internet dan menghadiri beberapa workshop. Dan simsalabim, ketekunannya mempelajari Oshibana dan kegigihannya menjalankan bisnis dengan bantuan dua orang karyawan ini mengantarnya meraih omzet jutaan rupiah per bulannya.

Sebelum menutup percakapan seru melalui telepon itu, Rina menyisipkan harapan untuk komunitasnya yang berumur 4 tahun ini. Katanya, ia ingin memiliki sebuah markas atau basecamp yang bisa digunakan komunitas untuk rutin berkumpul. Pasalnya ia ingin komunitasnya bertahan agar terus bisa berkarya dan berbagi ilmu crafting kepada banyak orang siapapun itu.

Crafting ini bisa memunculkan mood happy bagi saya,  lalu kan ini bisa jadi tempat bonding ya antar perempuan, siapapun itu, yang lajang, ibu rumah tangga, dan profesional sekali pun. Ya, selain berbagi ilmu dan inspirasi, ya bisa memperluas jaringan pertemanan juga,” tutupnya.

 

Dokumentasi: Sri Alderina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *