Rumah Amalia; Rumah Belajar Anak Yatim dan Anak Kaum Dhuafa

Minggu pagi itu, terlihat anak-anak menari sebuah tarian dan dengan gemulainya mereka bergerak menari seirama lagu yang mereka putar di sudut tembok. Anak-anak itu merupakan anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu, anak korban perceraian, dan yatim. Mereka berkumpul di rumah yang sengaja dibuat untuk anak-anak ini.

Menolong sesama memang tak cukup hanya niat, namun juga harus melibatkan kesungguhan hati dan perjuangan. Hal itu juga yang dilakukan oleh seorang Muhamad Agus Syafii yang mendirikan Yayasan Rumah Amalia. Sejak 2006 Agus membangun Rumah Amalia dengan penuh rasa cinta. Ia berharap, anak-anak yatim dan dhuafa di sekitar tempat tinggalnya dapat mendapatkan kebahagiaan.

Rumah Amalia adalah rumah belajar untuk anak yatim dan anak kaum dhuafa. Rumah Amalia didirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap mereka yang terbatas dalam masalah ekonomi, perhatian dan bimbingan psikologis, akses terhadap pendidikan dan kurangnya ketersediaan bagi perkembangan minat dan bakat anak. Yayasan Rumah Amalia berada di Jalan Subagyo IV Blok II, No. 24 Komplek Peruri, Ciledug, Tangerang.

Rumah Amalia juga fokus pada pendampingan dan pemulihan untuk anak-anak yang kehilangan orangtua, putus harapan dan kurang perhatian.

“Saat ini tenaga pengajar kami terdiri dari beberapa relawan berjumlah dua belas orang dengan berbagai macam latar belakang dan karakter yang akhirnya berfokus pada pengajaran anak” ujar Agus, yang ditemui di rumahnya di Ciledug.

Di Indonesia banyak berdiri panti asuhan atau rumah belajar yang membina anak didik, namun berbeda dengan Rumah Amalia. Rumah Amalia bukanlah Panti Asuhan, melainkan semacam sanggar dan tempat berbagi cerita dan harapan bagi anak-anak yang memberikan pencerahan dan menstimuli kreativitas anak-anak agar dapat tumbuh kembang menjadi tunas-tunas anak-anak sholeh yang diharapkan.

Dalam setiap kegiatannya, Rumah Amalia memiliki empat agenda utama untuk anak-anak; diantaranya menggambar, memasak, membuat prakarya, dan menari. Senyum kebahagiaan mereka terlihat dan terpancar dalam mengikuti segala kegiatan. Anak-anak sangat terhibur dengan segala kegiatan yang diadakan di Yayasan Rumah Amalia karena kegiatan didominasi dengan bermain dianggap sebagai terapi yang tepat untuk anak-anak.

“Ketika terapi itu bersifat rekreatif akan lebih efektif. Karena dengan bermain, mereka dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubunga tersebut. Terlebih, anak-anak akan berfikir karena mereka adalah sebaya dan mereka tidak merasa canggung sedikit pun.” Agus melanjutkan.

Yayasan Rumah Amalia juga mengadakan tari sebagai media terapi.  Karena sebagai suatu kegiatan, seni tari memiliki beberapa fungsi, yaitu seni tari sebagai seni tari sebagai hiburan, seni tari sebagai upacara, dan lain sebagainya. Namun di Rumah Amalia, seni tari  digunakan sebagai penyaluran terapi.

“Pada dasarnya kita melihat konsep tari sebagai terapi adalah sebagai penyembuh sebuah trauma. Peristiwa-peristiwa besar yang pernah terjadi di dalam hidup kadang datang secara mengejutkan. Sifat-sifat seperti ini yang dapat menimbulkan traumatik mendadak.” Kata Agus.

Agus menambahkan, sangat mudah melihat anak yang tengah mengalami trauma hanya dengan melihat kesehariannya. “Untuk dapat melihat anak-anak dilanda traumatik cukup sederhana, yaitu diantaranya anak mengurung diri menjauh dari lingkungan sosialnya dan itu kondisi dimana anak tidak sanggup berada dalam kondisi berkepanjangan seperti itu. Tari adalah jalan yang tepat, karena dengan menari bersifat motorik, kemudian menari bersifat rekreatif dan ketiga dengan menari, anak-anak dapat mengekspresikan dirinya. Dampaknya, kepercayaan diri anak-anak dapat tumbuh dan dapat melangsungkan hidupnya. tahun ini adalah tahun kelima Yayasan Rumah Amalia menggunakan tari sebagai terapi.“ pungkasnya. Dengan jurus-jurus itu, Rumah Amalia berharap agar program-program yang dijalankan mampu membangkitkan semangat anak-anak yatim dan dhuafa untuk terus belajar dan menatap masa depan lebih cerah.

Sumber: Berita Seharian

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *