Industri komik Indonesia mulai bergejolak, tidak hanya terjadi dikota-kota besar seperti Jakarta – Marcelino Lefrant dengan Volt nya – dan Bandung – Fery Ferdiansyah dengan Komet nya – tapi pergerakan ini juga terjadi ditempat lain, khususnya di Lombok.
Mata Coin (Mataram Comic Indie) adalah komunitas pembuat komik yang berlokasi di Mataram, Lombok. Ini merupakah komunitas komikus pertama yang dibentuk di kota tersebut. Tidak hanya sekedar membuat komik, namun komunitas ini juga mempelajari bagaimana cara mengedit komik, membuat cerita yang baik, menggambar storyboard yang benar, menerbitkan serta mengelola sendiri komik yang dihasilkan. Dibawah naungan Digital Dragon Publisher, Mata Coin membuat dan menerbitkan sendiri karya komik yang dihasilkan.
Sebagai komunitas komikus pertama di Lombok, Mata Coin selalu berusaha untuk membuat dan menerbitkan komik yang mengambil latar belakang budaya lokal (khususnya Lombok). Dengan komik, diharapkan masyarakat luar bisa mengenal kebudayaan Lombok dengan cara yang lebih menyenangkan.
Meski terbilang baru, karena masih berusia dua tahun, namun Mata Coin telah mendapat kehormatan dengan diundang dalam acara Pakoban (Pasar Komik Bandung) pada bulan Mei 2016 lalu, untuk mempromosikan WCF (World Culture Forum) bersama beberapa komikus dari Medan dan Bandung. Komunitas ini pun kembali diundang ke Bali untuk acara yang sama pada bulan Oktober nanti.
Mata Coin sendiri telah menerbitkan dua edisi komik kompilasi bernama d’loco, yang merupakan kependekan dari Lombok Comics. Edisi nomor satunya memuat dua cerita one shot. Bagian pertama tentang usaha segelintir penduduk bumi yang harus bertahan dari serangan alien pemakan manusia. Sedangkan cerita kedua, mengangkat kisah astronot yang berinteraksi dengan alien di planet lain, dan belajar memaknai kehidupan yang damai. Keduanya merupakan murni hasil goresan dahsyat Hendi Herdianto.
Untuk edisi kedua d’loco, terdapat empat cerita dengan genre yang berbeda-beda, seperti petualangan, thriller, misteri, dan superhero. Genre petualangan diwakili oleh komik bertajuk Chiko yang dikomikkan oleh Ozzet, lalu ada Like a Wind yang digambar oleh Hardiyanti, dimana ceritanya mengangkat tentang kisah seorang cowok misterius yang muncul di sebuah sekolah. Sedangkan untuk genre thriller yang diberi judul Precognitive, merupakan hasil coretan ekspresif dari Muhammad Guntur. Terakhir, ada Double Kill! yang merupakan karya Awafiq Abdurrazak.
Tidak berhenti disana, edisi ketiga d’loco dijadwalkan akan rilis akhir tahun ini. Namun sebelum itu, sekitar September – Oktober 2016 ini, Digital Dragon Publisher akan merilis komik superhero berjudul Satria Bhineka: Revolusi, yang merupakan karya seorang komikus dari Jawa, Iman Ind.
Lebih lanjut, proyek komik Mata Coin selanjutnya adalah Tridatu Series, sebuah mini seri yang tokoh utamanya adalah tiga Datu (yang dalam bahasa Sasak berarti Raja). Datu pertama adalah Datu Ghumi yang mana komik bagian pertama terbit Agustus kemarin, sementara buku kedua akan terbit November mendatang. Selanjutnya ada Datu Rinjani yang akan terbit 2017 (2 volume) dan Datu Laeq yang terbit 2018 (2 volume).
Tidak hanya sekedar tempat untuk berkumpulnya orang-orang pecinta komik, namun Mata Coin berusaha untuk ikut menghidupkan kembali kejayaan komik Indonesia dengan produktif menghasilkan karya-karya baru.
Bagi kamu penggemar komik dan berlokasi di Lombok, khususnya di kota Mataram dan sekitarnya, jangan ragu-ragu untuk ikut bergabung dalam komunitas ini.
Untuk informasi, Mata Coin akan ambil bagian dalam acara LCC FESTIVAL 2016, bertempat di Lombok City Center, Narmada. Acaranya sendiri akan digelar pada tanggal 15-18 September 2016. Khusus tanggal 18-nya, akan diadakan workshop komik disana.
Sumber: HEROES AMONG US