Muhammad Ihsan: Dorong Anak-anak Indonesia Majukan Desa lewat Kampung Sarjana

“Perempuan ngapain sih sekolah tinggi-tinggi, nanti juga ujung-ujungnya kerja di dapur,” ujar seorang warga Kampung Cibuyutan mengomentari sang anak perempuan yang punya keinginan sekolah tinggi.

Sontak perkataan itu membuat Muhammad Ihsan tersentak. Ia pikir kata-kata dan kejadian ini hanya terjadi di sinetron atau cerita-cerita karangan orang saja, tapi kenyataannya hal itu ia dengar dengan telinganya sendiri saat berkunjung ke Kampung Cibuyutan, sebuah kampung di ujung timur Bogor yang berbatasan langsung dengan Cianjur.

Perkataan itulah yang kemudian mendorongnya makin semangat memberikan kesempatan pendidikan kepada anak-anak di Kampung Cibuyutan melalui komunitas yang ia beri nama Kampung Sarjana. Komunitas ini ia dirikan bersama teman-temannya, yakni Titia Rakhmawati, Ismi hanifa, Tanti Kurniasari, Putri Khoirunnisa, dan Dedy Irwanto pada 2014, setelah resmi mendapatkan gelar S. Pd. di belakang namanya.  Melalui komunitasnya ini, ia bertekad mencetak 10 sarjana dari kampung Cibuyutan untuk jadi pelopor pembangunan desanya.

Melalui percakapan melalui telepon siang itu, ide komunitas ini ia ceritakan muncul saat melakukan bakti sosial di Kampung Cibuyutan bersama dengan organisasi kampus yang ia ikuti pada 2012 di Universitas Negeri Jakarta. Kata Ihsan–begitu biasanya pemuda ini dipanggil, kampung ini kala itu sangat sulit dicapai dan tidak memiliki infrastruktur yang memadai. Akses menuju kampung ini cukup parah dan hanya ada satu fasilitas pendidikan hingga jenjang SD, yakni Madrasah Ibtidaiyah Miftahusso di kampung tersebut.

“Dapat informasi dari teman kalau ada kampung yang mesti dibantu. Ya, lalu kita ke sana dan buat bakti sosial selama dua malam. Pendidikan anak-anak ini paling hanya sampai SD, dan ada sih yang  beberapa melanjutkan ke jenjang SMP, tapi ya itu, jaraknya jauh dari kampung,”

Tak disangka Ihsan dan kawan-kawan, ternyata kedatangan mereka selama dua malam itu mendorong dua orang anak mengucap keinginan mereka menjadi seorang sarjana. Kata Ihsan kedua anak ini terinspirasi dengan kegiatan yang dilakukan para mahasiswa dan mereka pun ingin bisa melakukan kegiatan serupa di masa mendatang.

Tentu saja Ihsan dan teman-teman kembali terenyuh mendengar perkataan kedua anak tadi dan berpikir kalau sangat sayang bila ia dan teman-temannya tidak meneruskan kegiatan di kampung ini secara berkelanjutan. Kata Ihsan, hal ini mesti diteruskan agar makin banyak anak yang terpacu dan sadar akan pentingnya pendidikan, sehingga di masa mendatang mereka dapat memajukan kampungnya sendiri.

Tidak hanya memberikan kesempatan pendidikan kepada anak-anak melalui bantuan biaya pendidikan seperti beasiswa, Kampung Sarjana juga memberikan pendidikan karakter kepada anak-anak dan edukasi kepada masyarakat soal pendidikan. Hal ini mereka lakukan guna meningkatkan kesadaran anak-anak dan masyarakat akan pentingnya pendidikan. Dari beberapa sumber yang dihimpun, Kampung Sarjana ternyata juga melakukan pemberdayaan kepada para orang tua yang buta aksara di kampung ini.

Tambahnya, “Ternyata masalah pendidikan di kampung ini nggak sebatas masalah ekonomi dan fasilitas pendidikan, tetapi juga kesadaran dan pola pikir masyarakat. Ada saja kok orang tua yang berpikir kalau sekolah itu membuang uang atau anaknya memang tidak mau sekolah, hingga yang tadi, soal  perempuan lulusan SD yang akan langsung menikah setelah selesai selesai belajar, sehingga tak perlu sekolah tinggi.”

Ya, hal yang diungkapkan Ihsan tadi merupakan tantangan yang ia lawan hingga kini bersama teman-teman lainnya yang jadi pengurus Kampung Sarjana. Namun ia menambahkan, keadaan kampung beserta masyarakatnya kini sudah mulai berangsur baik dibandingkan saat pertama kali mereka berkegiatan di kampung tersebut. Kesadaran soal pentingnya pendidikan ini mulai tumbuh. Bahkan kata Ihsan, kini ada beberapa anak yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni SMP, SMA, dan universitas.

“Kami rutin adakan kegiatan bermanfaat untuk masyarakat yang melibatkan anak-anak kampung tersebut. Kami libatkan mereka jadi panitia, misalnya dalam kegiatan bakti sosial pemeriksaan kesehatan. Selanjutnya kita akan memberikan ruang kepada anak-anak ini membuat kegiatannya sendiri untuk masyarakat kampungnya. Hal ini supaya membuktikan dengan pendidikan anak-anak bisa gunakan untuk memajukan desanya,” ujar pemuda kelahiran 1991 ini.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Kampung ini berada di ujung timur Bogor. Letaknya terletak di Desa Sukarasa, Tanjung Sari, Kabupaten Bogor. Meski jauh dari tempat tinggalnya dan dirundung kesibukan sebagai Corporate Communications dari Senin hingga Jumat di organisasi non-profit Dompet Dhuafa, Ihsan mengaku tak pernah lelah atau pun jenuh. Paling tidak, dua bulan sekali, pada akhir pekan, ia menyempatkan waktunya untuk mengunjungi kampung Cibuyutan.

Bagaimana tidak, hal ini diakuinya sebagai passion. Katanya ada suatu kepuasan baginya bisa berbagi dan membukakan pintu kesempatan pendidikan untuk anak-anak untuk memajukan kampungnya sendiri. Ia juga mengatakan kalau ini merupakan suatu bentuk kebahagiaan buatnya, pasalnya, ia percaya kalau kebahagiaan itu tidak selalu didapat dari materi.

Passion atau hasratnya ini ternyata sudah terpupuk di masa remajanya. Kata Ihsan, ia dulu sangat beruntung tinggal di lingkungan rumah yang positif. Di lingkungan rumahnya dulu ia aktif ikut kegiatan remaja, apapun itu, salah satunya bakti sosial. Kemudian saat masuk dunia perkuliahan, ia juga aktif ikut kegiatan keorganisasian, salah satunya bergabung dalam BEM Universitas Negeri Jakarta.

Tukasnya, “Karena kebiasaan dari remaja, aku jadi terbiasa dan rasa ingin berbagi ini selalu aku tanamkan dalam diri kalau harus terus dibiasakan. Aku percaya kebiasaan baik ini pada akhinya membentuk kebaikan pada akhirnya.”

Ketika ditanya mengapa memilih dunia pendidikan dan mendirikan komunitas yang fokus dengan dunia pendidikan, pemuda kelahiran Jakarta 1991 ini mengaku terinspirasi dari sang ibu dan sang kakek. Kata Ihsan, ia dulu kagum dengan apa yang dilakukan keduanya. Alhasil, saat masuk ke perguruan tinggi, ia memilih jurusan pendidikan.

Sebelum menutup pembicaraan disela-sela kesibukannya di kantor siang itu ia menyelipkan doa sekaligus harapan untuk komunitas yang kini telah berubah jadi yayasan ini.  Di masa mendatang, ia ingin komunitas yang sudah berumur 3 tahun ini bisa mewujudkan 10 sarjana di Kampung Cibuyutan dan meneruskan ke sejumlah kampung yang terisolir dari pendidikan lainnya di Indonesia. Hal ini tentu saja diwujudkan dengan beragam program yang dimiliki Kampung Sarjana yang dapat dikulik melalui laman  resminya di kampungsarjana.com.

 

Dokumentasi: Muhammad Ihsan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *