Medan Reenactors (MR); Sebagai Upaya Mempertahankan Kemerdekaan

Siang itu suasana di beranda depan sebuah rumah terlihat tegang. Sekelompok orang yang hadir di sana, dengan berseragam pejuang tempo doeloe tampak serius membahas sesuatu sambil duduk mengelilingi meja kayu bundar berukuran kecil. Sebagian dari mereka ada yang berdiri, Sangsaka Merah Putih dipasang di tiang sudut ruangan.

Satu-satunya perempuan di sana, mengenakan baju perawat, juga bermimik serius mendengarkan kalimat yang dipaparkan si pria berkaca mata.

Sepertinya pria berkaca mata itu pemimpin kelompok tersebut. Tangan kanannya sedang menunjuk-nunjuk di selembar kertas usang yang mirip peta wilayah.

Agaknya dia sedang menyusun suatu strategi yang disaksikan anggota tentara lainnya yang hadir. Seorang juru tulis, mendengarkan dengan seksama seraya menekan tuts mesin tik model zaman dahulu. Seolah dia tengah menuliskan segala sesuatu yang dibahas dalam pertemuan itu.

Seorang prajurit yang berdiri di belakang pemimpin, dengan menenteng senjata memperhatikan percakapan tersebut sembari bersiaga kalau-kalau musuh menyerang tiba-tiba. Mereka seperti tengah merencanakan pertempuran besar, perang merebut kemerdekaan negeri dari tangan kolonial.

“Inilah salah satu upaya kami mempertahankan kemerdekaan,” ucap si pria berkaca mata bernama Andri Wahyu. Adegan yang dia lakukan bersama teman-temannya itu hanyalah sebuah reka adegan tentang salah satu kegiatan yang dilakukan para pejuang Indonesia masa lalu dalam menyusun strategi perang melawan penjajah.

Andri dan rekannya tergabung dalam komunitas Medan Reenactors (MR). Mereka menyebut dirinya “Para Pereka Oelang Sedjarah”. Jika sedang berkumpul atau melakukan suatu kegiatan, para anggotanya memakai pakaian dan atribut pendukungnya seperti yang dikenakan para pejuang kemerdekaan.

“Kegiatan ini kami sebut Reenacment Game, jadi setiap anggota komunitas yang datang membawa koleksi mereka masing-masing dan dipakai untuk kemudian bermain dalam suatu skenario pendek memerankan satu peristiwa sejarah dalam sesi-sesi foto, pembuatan film pendek, juga teatrikal reka ulang fragmen sejarah tertentu,” jelas Andri yang merupakan founder komunitas itu.

MR merupakan komunitas yang merangkul orang-orang pecinta dan penikmat sejarah, baik itu sejarahwan otodidak, kolektor benda-benda antik atau replika, para kolektor buku dan film sejarah, pemerhati sejarah, blogger sejarah, penikmat uniform dan gear militer jaman dulu, komunitas living history (cosplay non-fiksi), serta para penggemar kendaraan antik yang ingin bertukar pengetahuan, informasi dan koleksi mereka yang bersifat sejarah.

Di Kota Medan, komunitas lain yang juga memiliki ketertarikan akan sejarah, seni dan budaya warisan Indonesia, ada Medan Heritage Tour. Sebagai wadah perkumpulan yang didominasi kaum muda, Medan Heritage memfokuskan kegiatan pada pengenalan dan pelestarian peninggalan sejarah di Kota Medan.

“Medan Heritage berfokus pada kegiatan-kegiatan bertema melestarikan peninggalan sejarah, seperti gedung-gedung tua di Kota Medan, peninggalan kesenian budaya dan sebagainya,” kata Rizky Syahfitri Nasution, salah satu penggagas komunitas yang didirikan 31 Agustus 2013 itu.

Selama hampir setahun Medan Heritage berdiri, cukup banyak kegiatan telah dilakukan anggotanya berkaitan dengan pelestarian seni dan budaya warisan zaman dahulu, khususnya yang ada di Kota Medan. Kemudian dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus yang jatuh pada Minggu depan, Medan Heritage berencana menggelar city tour yang akan diadakan pada 31 Agustus mendatang.

“Kita adakan di penghujung Agustus juga sekaligus untuk merayakan hari jadi Medan Heritage setahun. Rencana kegiatan ini, kita akan ajak anak-anak panti asuhan untuk berjalan-jalan menyusuri gedung tua dan mengenalkan sejarah gedung itu. Ada juga kegiatan lainnya dalam city tour nanti. Kita juga melibatkan komunitas-komunitas di Kota Medan,” papar Rizky.

Sumber; Medan Bisnis Daily

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *