“Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta. Semoga semua makhluk hidup berbahagia,” begitu akhir dari doa yang dipanjatkan oleh pemimpin doa agama Buddha pada sesi doa lintas iman di Aksi Kamisan yang ke-500 dengan tajuk “500 Kamis, Cuma Janji Manis”. Para peserta aksi kemudian memadamkan lilin yang mereka pegang di masing-masing tangan. Aksi Kamisan ke-500 telah usai dengan damai; meskipun apa yang mereka perjuangkan belum usai-usai juga.
Aksi Kamisan ke-500 tersebut dipenuhi oleh peserta aksi yang mengenakan pakaian berwarna hitam. Beberapa juga turut berpayung hitam. Aksi tersebut diwarnai oleh sejumlah pertunjukan seni; seperti tarian yang diiringi oleh lagu yang dibawakan oleh Efek Rumah Kaca, puisi teatrikal Jokowi, graffiti yang dibuat oleh teman-teman seniman jalanan, dan juga pelawak dari Stand Up Comedy Indonesia.
Acara ini juga mendapat sambutan dari Franz Magnis Suseno, yang meminta pemerintah untuk tidak melupakan aktivis-aktivis HAM yang hilang. Kamis ke-500 ini, Franz Magnis mengungkapkan kekecewaannya atas diamnya pemerintah menanggapi aksi Kamisan yang digelar sejak Januari 2007. Beberapa tuntutan dari Aksi Kamisan ialah pengusutan Tragedi 1965, Tragedi Tanjung Priok, penembakan misterius pada rezim Orde Baru, kasus Marsinah, Tragedi Semanggi, serta Pembunuhan Munir.
Selain pegiat-pegiat HAM, turut hadir pula serombongan anak muda. Kehadiran anak-anak muda tersebut merupakan sebuah pertanda positif bahwa Aksi Kamisan tidak hanya berhenti di satu generasi saja.