Komunitas Gerobak Batja; Tingkatkan Minat Baca Melalui Perpustakaan Keliling Gratis

Berangkat dari keprihatinan akan rendahnya minat baca di kalangan masyarakat, Komunitas Gerobak Batja didirikan. Mengusung konsep perpustakaan keliling dalam bentuk gerobak yang ditempatkan di ruang publik, dan dapat diakses oleh siapapun secara gratis, mereka mengajak masyarakat untuk gemar membaca.

“Dari sebuah diskusi, bersama teman-teman alumni SMAN 3 Semarang, tercetus ide untuk membuat Gerobak Batja. Hal ini berawal dari keprihatinan kita bahwa minat baca masyarakat di Indonesia masih relatif rendah. Tujuannya tentu untuk meningkatkan minat baca masyarakat, khususnya anak usia TK, SD dan remaja. Diharapkan mereka akan terbiasakan untuk gemar membaca sedari kecil,” papar salah satu pengurus Komunitas Gerobak Batja, Ami Saptiyono.

Bukan tanpa alasan memilih media gerobak, diharapkan dengan bentuknya yang sederhana dan humanis dapat menarik minat masyarakat. Gerobak Batja resmi dihadirkan di tengah-tengah masyarakat mulai 11 September 2016.

“Kita hadir setiap hari Minggu. Awalnya ditempatkan di Taman Tirto Agung, Jalan Durian Banyumanik. Namun seiring waktu dengan tingginya minat masyarakat dalam menyumbang dan membaca buku, Gerobak Batja terdapat juga rak baca di Hanacaraka Cafe serta taman pintar Gunungpati. Selain itu, pada awal April ini kita juga membuka di Taman Virgin, Tlogosari, Semarang,” lanjutnya.

Jumlah koleksi mereka sudah lebih dari 8 ribu buku. Setiap tiga bulan sekali, buku-buku ini dirotasi dari masing-masing titik baca, sehingga masyarakat tidak jenuh. Tidak hanya menghadirkan buku bacaan, komunitas ini juga sering mengadakan event kecil yang mengundang beberapa komunitas lain untuk bergabung setiap minggu. Hal tersebut bertujuan untuk menambah pengetahuan, serta lebih menarik minat warga yang datang.

Komunitas yang pernah bergabung diantaranya Komunitas Menggambar, Komunitas Satwa, Komunitas Cosplay, hingga kalangan akademisi. Contohnya, beberapa waktu lalu mereka menggandeng mahasiswa Psikologi Undip, yang memberikan materi tentang bullying anak.

Layaknya sebuah perpustakaan, setiap orang diperbolehkan meminjam dan membaca buku yang ada. Bedanya, peminjaman tersebut harus dikembalikan pada hari itu juga.

“Siapa saja boleh baca dan pinjam tapi langsung dikembalikan hari itu juga. Hal ini untuk mengantisipasi agar buku tersebut tidak hilang, sekaligus mendidik orang untuk tanggung jawab. Jadi setiap selesai dibaca, dikembalikan ke tempatnya. Selain itu, karena buku tidak bisa dibawa pulang jadi orang ada alasan untuk balik lagi membaca,” imbuhnya,

Di satu sisi, dengan konsep perpustakaan terbuka, cuaca masih menjadi salah satu kendala terbesar mereka. Akibatnya jika turun hujan deras, membuat mereka kesulitan. “Memang sudah kita sediakan atap portabel, namun hasilnya belum maksimal. Saat hujan, masyarakat juga jarang datang,” lanjutnya.

Sejauh ini mereka membuka kesempatan bagi masyarat yang ingin berdonasi, menyumbang buku atau masukan agar Gerobak Batja bisa semakin berkembang. Masyarakat juga bisa memantau berbagai informasi dan kegiatan yang digelar melalui akun media sosial facebook, twitter dan instagram dengan akun gerobakbatja. Mereka pun mengajak masyarakat untuk ikut menjadi relawan.

“Komunitas ini sifatnya terbuka. Kami berharap Gerobak Batja dapat menggerakan masyarakat untuk lebih peduli akan permasalahan literasi, termasuk meningkatkan minat baca masyarakat. Mudah-mudahan komunitas ini bisa semakin berkembang,” pungkasnya.

Sumber: Tabloid Simpang Lima

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *