Perubahan iklim yang terus terjadi kian hari semakin terasa dampak dan implikasinya di berbagai daerah. Tak terkecuali bagi Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah sekaligus sebagai kota dengan penduduk tertinggi di Provinsi Jawa Tengah, kini terus bertransformasi. Bertransformasi dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang kini menjadi tantangan dan guncangan yang dihadapi kota ini secara terus menerus. Hingga tidak disadari, guncangan dan tantangan Kota Semarang tersebut telah melemahkan aktivitas masyarakat yang ujungnya akan beimplikasi pada menurunnya fungsi kota yang dikarenakan banjir rob, kemacetan dan polusi, kekeringan, kelangkaan sumber air dan sebagainya.
Bersamaan dengan itu, pemerintah dan 100Resilient Cities Kota Semarang mengeluarkan strategi ketahanan Kota Semarang dengan slogan #SemarangTangguh. Kini 100Resilient Cities Kota Semarang sedang merayakan ulang tahun ke-2 nya yang diusung dalam serangkaian acara bertajuk #ResilienceWeek. Berkolaborasi dengan Pemuda yaitu melalui Himpunan Mahasiswa Diploma Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota UNDIP dan juga didukung oleh FNF Indonesia dan Climate Institute Jakarta yang berkonsentrasi pada isu perubahan iklim serta berbagai komunitas pemerhati lingkungan (Kesemat, Sobat Bumi Indonesia, Koalisi Pemuda Hijau Indonesia), acara puncak dari #ResilienceWeek adalah “Climate Awareness Day” atau hari peringatan kesadaran iklim. Harapannya, isu-isu perubahan iklim di Kota Semarang dapat teratasi dengan cara bergerak bersama melalui peningkatan rasa kepedulian dari masyarakat Kota Semarang terhadap perubahan iklim yang terjadi.
Acara Climate Awareness Day (CAD) dilangsungkan di Tapak, Keluruhan Tugurejo Kecamatan Tugu Kota Semarang selama dua hari berturut-turut pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 9 dan 10 September 2017. Acara dibagi menjadi dua bagian yang berlangsung bersamaan yaitu Expo dan Diskusi Publik. Expo terdiri dari stand-stand komunitas yang diisi dengan aksi, kegiatan, dan aktivitas yang telah mereka lakukan dalam rangka mengurangi dampak perubahan iklim. Sedangkan Diskusi Publik, sesuai dengan namanya yaitu diskusi artinya 2 arah penyampaian antara yang menyampaikan dan disampaikan. Akan tetapi karena Expo dan Diskusi Publik ini dihadiri lebih dari 200 peserta yang dimana 70% pesertanya adalah masyarakat Tapak Tugu yang menjadi entitas pertama yang merasakan dampak perubahan iklim secara langsung.
Salah satu tantangan yang ditemui adalah terkait penyederhanaan informasi agar diskusi dapat diserap dan dipahami oleh masyarakat. Salah satu cara yang diambil adalah dengan screening film dan pemutaran video visual guna membuat diskusi publik menjadi tidak monoton. Dan tantangan tersebut pun terjawab dari banyaknya antusias peserta yang bertanya dan aktif berdiskusi baik mahasiswa, masyarakat maupun komunitas. Adapun para pembicara dalam diskusi publik tersebut terdiri dari 4 perwakilan yang terlibat dalam isu perubahan iklim, yaitu Pemkot yang diwakiliki Pak Luthfi dari BAPPEDA Kota Semarang dan juga sebagai technical assistance 100Resilient Cities Semarang, NGO (Climate Institute) yang diwakili Mbak Putri Potabunga, Komunitas (Kesemat) oleh Mas Hatta Adi, dan local champion di Tapak Tugu itu sendiri yaitu Mas Roffiq.
Kegiatan penutup rangkaian acara CAD adalah Penanaman dan Telusur Mangrove di Tapak Tugu, Semarang. Dihadiri oleh 50 peserta yang terdiri dari perwakilan komunitas peduli lingkungan dan juga hadir FNF Indonesia beserta Climate Institute Jakarta. Tujuan dari Penanaman dan Telusur Mangrove ini adalah untuk memberikan kontribusi nyata guna merawat ekosistem mangrove yang selama ini menjadi garda terdepan dalam melindungi kawasan pesisir diberbagai daerah terlebih di Kota Semarang. Penanaman mangrove memiliki maksud sebagai aksi nyata dalam pengurangan dampak perubahan iklim.
Acara CAD hanya salah satu dari usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka pengurangan dampak perubahan iklim. Sekecil apapun usaha tersebut tentunya harus tetap di lakukan dan dilanjutkan, karena semakin banyaknya peluang, usaha, dan kolaborasi yang dilakukan dalam rangka pengurangan dampak perubahan iklim maka tantangan-tantangan yang terus dihadapi Kota Semarang terkait dampak perubahan iklim juga akan terus berkurang. Mari Bergerak Bersama!
Sumber: INDONESIA.FNST.ORG