Komunitas Kesengsem Lasem; Dari Jatuh Cinta Hingga Aksi Nyata

Mengenai awal berdirinya Komunitas Kesengsem Lasem, Astri Apriyani atau akrab disapa Atre, salah satu pendiri komunitas ini bercerita.

Awalnya, Atre dan ketiga temannya yaitu Agni, Feri dan Ellen datang berkunjung ke Lasem dengan tujuan masing-masing. Atre datang ke Lasem demi membuat tulisan untuk majalah dan blog, Agni dan Feri adalah kontributor National Geographic Indonesia, sementara Ellen aktif menulis di blog pribadinya.

Berawal dari situ, empat traveler ini akhirnya ‘kesengsem’ atau dalam bahasa Indonesianya tertarik hati, tergila-gila, jatuh cinta dengan Lasem. Perasaan itu datang seketika setelah menjelajahi bangunan tua di Lasem Rembang, lalu bertemu dengan masyarakat lokalnya.

“Kami bingung, kenapa Lasem begitu menarik hati,” ujar Atre.

Setahun berlalu, wujud kecintaan empat traveler ini kepada Lasem ingin mereka salurkan dengan menjadi aksi nyata. Akhirnya terbentuklah sebuah komunitas bernama Kesengsem Lasem pada tahun 2016.

“Karena kecintaan dan keinginan mempromosikan Lasem, kami membentuk komunitas Kesengsem Lasem pada 2016, didukung oleh kawan-kawan fotografer dan wartawan. Selain itu juga ada masyarakat Lasem sendiri: Baskoro “Pop”, Rudy Hartono, Soebagio Soekidjan, Gandor Sugiharto, Soesantio, Gus Zaim, Alex A. Wachyudi, dan masih banyak lagi,” tambah Atre.

Melalui aksi-aksi nyata komunitas ini, Lasem makin dikenal

Terkadang, kita hanya perlu melakukan hal-hal kecil secara konsisten untuk mendapat hal besar. Hal ini yang dilakukan Komunitas Kesengsem Lasem. Mereka fokus untuk menggerakkan orang agar lebih peduli dengan budaya, seni, serta pusaka Kota Tua Lasem. Tak hanya mengajak masyarakat lokal, mereka juga melakukan hal yang sama pada wisatawan yang datang ke Lasem.

Kegiatan komunitas ini beragam, mulai dari pengadaan workshop pemanfaatan sosial media, workshop fotografi, workshop menjadi pemandu wisata, hingga workshop branding and marketing untuk menunjang masyarakat setempat mengembangkan Lasem menjadi lebih baik dan siap menjadi destinasi wisata yang layak dikunjungi.

“Komunitas ini bekerja sama dengan Pemkab Rembang, Dinas Pariwisata, sampai Kementerian Pariwisata untuk membuat Lasem menjadi lebih berkembang, terutama dengan mengupayakan regulasi tentang cagar budaya untuk bangunan-bangunan tua di Lasem,” jelas Atre.

Gerakan sederhana ini layak ditiru para traveler untuk memajukan wisata daerah di berbagai pelosok Indonesia

Atre menyebutkan bahwa untuk membuat Lasem makin terkenal, ia selalu mengajak orang yang datang ke Lasem agar menggunakan hashtag #kesengsemlasem untuk menunjukkan keindahan dan keunikan Lasem di sosial media. Kini sudah ada 7,8 ribu postingan yang menyertakan hashtag #kesengsemlasem.

Cara ini bisa ditiru oleh para traveler lain yang sedang melancong ke pelosok negeri untuk mengenalkan daerah-daerah Indonesia yang belum banyak diketahui orang.

“Khusus untuk Lasem, pada akhirnya gerakan ini ‘memaksa’ masyarakat Lasem untuk berkembang, bersiap menghadapi arus pariwisata yang akan tiba. Dan, karena Lasem memiliki kawasan pecinan tua dari abad 19 yang sebelumnya tidak terawat, kini akhirnya jadi perhatian pihak-pihak terkait yang bertanggung jawab untuk melestarikan, seperti dengan merancang regulasi cagar budaya,” pungkas Atre.

Sumber: PHINEMO 

Foto dari Akun Instagram kesengsemlasem (BRAMADITY)

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *