FLAC MALANG: Giatkan Kampanye Budaya Antikorupsi

Banyak budaya koruptif yang secara tak sengaja kita lakukan setiap hari. Hal inilah yang disebutkan oleh Ketua FLAC Malang Ogi Nopandi. Budaya menitipkan presensi (atau di kalangan akademis dikenal dengan ”titip absen”) di sekolah atau kuliah, misalnya. Menurut dia, budaya tersebut merupakan budaya korupsi yang dilakukan oleh banyak siswa dan mahasiswa. Secara tak sadar, mereka sebenarnya sudah membiasakan diri berlaku tidak jujur.

Nah, karena banyaknya budaya korupsi di sekitar kita, budaya antikorupsi harus dikampanyekan sedini mungkin. Inilah fokus konsentrasi komunitas FLAC Malang. Komunitas ini sudah berdiri sejak 2012 lalu.

Di Malang, orang yang mempelopori komunitas ini adalah Diah Tri Wahyu Nur Utami, seorang alumnus Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Komunitas ini didirikan karena tingginya angka korupsi di Indonesia. Salah satu penelitian menyebutkan, Indonesia berada di peringkat ke-90 dari 176 negara yang diteliti terkait tingkat korupsinya. Komunitas ini banyak berkeliling ke sekolah dasar (SD) di Malang untuk menggemakan budaya antikorupsi.

”Anak-anak lebih mudah jika kita beri pembentukan karakter. Kalau mahasiswa biasanya lebih ”masa bodoh” dengan nilai-nilai integritas,” kata Ogi Nopandi kepada koran ini beberapa waktu lalu.

Sampai saat ini, banyak sekolah yang sudah dikunjungi anggota FLAC Malang. Sekolah yang mereka kunjungi diberi nama Sekolah Laskar Antikorupsi. Di antaranya, SDN Merjosari 1, SDN Dinoyo 1, SD Muhammadiyah Dau, SDN Majang Tengah 2 Dampit, SDN Ketawanggede, SMP BSS, dan lain-lain.

Selain itu, kegiatan FLAC Malang mendapatkan dukungan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Komisioner KPK ketika bertandang ke Malang sering mengadakan kegiatan dengan FLAC Malang.

”Bulan September tahun lalu kita mengadakan road show dengan didampingi Saut Situmorang (wakil ketua KPK periode 2015–2019, Red). Namun, dalam acara ini yang hadir para mahasiswa,” imbuh pria asli Nusa Tenggara Barat (NTB) ini.

Dukungan yang ditunjukkan KPK bukan berupa pemberian uang tunai, tapi memberikan piranti atau alat-alat untuk menanamkan budaya antikorupsi.

”Semua perangkat kami disediakan oleh KPK. Kita punya board game, pin, stiker, dan alat peraga dongeng,” imbuh mahasiswa Universitas Brawijaya ini. Papan permainan yang disediakan KPK ini bisa digunakan di segala jenjang pendidikan, dari TK hingga SMA.

Selain itu, FLAC memiliki papan permainan yang berisi nilai-nilai integritas. Permainan ini diberi nama Terajana dan Keranjang Bolong. Permainan Terajana dapat dimainkan untuk jenjang SD dan SMP. Aturan mainnya mirip permainan Monopoli. Hanya, permainannya berisi banyak pengetahuan umum tentang Indonesia dan nilai moral.

Untuk pengetahuan umum, misalnya, ada pertanyaan tentang nama ibu kota provinsi yang ada di Indonesia. Sedangkan untuk nilai-nilai moral, isi kartu Terajana meminta siswa menyebutkan contoh konkret sikap jujur itu seperti apa. Aneka macam permainan itu diharapkan bisa menjadi pencegahan korupsi yang menyenangkan.

”Kalau untuk jenjang SMA, kita lebih suka pakai studi kasus. Jadi, kita mengajak mereka untuk berpikir,” imbuh Ogi.

Untuk saat ini, FLAC sudah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Kendati banyak melakukan kerja sama, anggota komunitas ini sifatnya sukarela. Dalam artian, tidak ada bayaran dalam menjalankan kegiatan komunitas.

”Kami bekerja sama dengan KPK, selasar.com, dinas pendidikan, sekolah-sekolah, dan komunitas lain seperti Griya Baca dan MCW (Malang Corruption Watch).” ungkap Ogi.

Salah satu program FLAC adalah pembentukan Laskar Antikorupsi yang sudah berjalan sekitar 3 bulan. ”Kami ingin menjalankan program yang sustainable (berkelanjutan). Kalau cuma sekadar sekali datang, sepertinya kurang berdampak,” ungkap Ogi.

Program itu diisi dengan permainan, lomba mading, dan lomba debat untuk anak-anak. Lomba-lomba itu berhadiah, dan seluruh hadiah difasilitasi oleh KPK. Hadiah tersebut antara lain, pin, stiker, buku cerita, dan kaus dengan tulisan Sahabat Pemberani. Tak hanya itu, setelah 3 bulan akan dilihat kembali bagaimana perkembangan nilai integritas siswa di sekolah tersebut.

”Apabila terjadi perubahan, maka bisa dikatakan kita berhasil.” ungkap Ogi.

Saat ini, FLAC sudah memiliki daftar panjang berbagai sekolah di Malang yang akan mereka datangi. Sekarang, sekolah yang masuk daftar antre adalah SDN Karangbesuki 2, SD Al Kauzar, dan SD Kartika IV.

”Dalam satu bulan, yang kita datangi biasanya satu sekolah, karena program kita memakan waktu yang cukup lama.” imbuhnya.

Selain di sekolah, agenda rutin komunitas ini adalah melakukan aksi mendongeng dan bermain di Car Free Day. Tak hanya anak-anak, orang tua juga terlihat antusias dalam program ini.

”Mereka suka dengan cara kita menanamkan nilai inegritas kepada anak-anak mereka. Sering mereka nanya kapan kita datang lagi,” ungkap Ogi.

Bagi Ogi sendiri, dia mendapatkan banyak manfaat selama bergabung dengan FLAC Malang.

”Saya merasa ada pengembangan diri selama bergabung di FLAC. Saya juga jadi tahu yang saya lakukan itu benar atau salah. Misalnya, budaya titip absen. Hal sekecil itu ternyata merupakan bibit-bibit korupsi,” pungkasnya.

Pewarta: Desak Putu
Penyunting: Irham Thoriq
Copy Editor: Arief Rohman
Foto: Bayu Eka

Sumber: RADAR MALANG

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *