Juminten: Komunitas Ibu-Ibu Multitalenta Dari Kampung Kendalsari

Siang itu (21/9), sekumpulan ibu-ibu, jumlahnya lebih dari dua puluh orang, terlihat asyik membawakan tarian Kembang Kopi di salah satu gang di Kampung Kendalsari, Kelurahan Tulusrejo. Tubuh mereka luwes saat memperagakan tari Tani Kembang Kopi, tak kalah dengan penari profesional.

Ibu-ibu itu adalah anggota komunitas Juminten. Menari hanyalah salah satu bagian kecil dari aktivitas yang biasa dilakukan komunitas ini.

Komunitas Juminten sudah eksis tiga tahun terakhir. ”Komunitas ini terbentuk pada 17 Agustus 2014. Awalnya, kami ingin mewadahi ibu-ibu di kampung ini,” ujar perempuan yang biasa disapa Mbok’e Juminten ini.

Santy menyatakan, ada alasannya mengapa ”Juminten” dipakai sebagai nama komunitas. ”Awalnya itu, warga sini memang suka memanggil ibu-ibu dengan panggilan Jum. Jum itu ya Juminten,” kata dia.

Alasan lainnya, Juminten ternyata menjadi akronim dari Jumenge Hingsun Dumateng Gusti. ”Artinya, segala sesuatu kita serahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,” ujarnya.

Nama Juminten juga dianggap merepresentasikan latar belakang anggotanya yang sebagian besar berasal dari kalangan menengah ke bawah. ”Ada yang pekerjaannya berwirausaha, buka laundry, atau toko. Ada pula yang jadi asisten rumah tangga,” ungkapnya.

Santy menyatakan, untuk jadwal pertemuan, tidak selalu dilakukan seminggu sekali. Kadang dalam satu minggu bisa jadi tak ada pertemuan. Namun, kadang mereka bisa berkumpul tiap hari dalam sepekan.

Yang jelas, di mana ada alunan musik Tani Kembang Kopi, di situlah anggota Juminten sedang berkumpul. ”Biasanya, begitu dengar musik Tani Kembang Kopi, anggota Juminten langsung kumpul. Lalu nari-nari,” jelas dia.

Siti Aminah, anggota Juminten lainnya, menyatakan, menari memang menjadi aktivitas yang paling sering dilakukan. Hampir semua anggota komunitas Juminten bisa menari. Sedikitnya, ada tiga tarian yang sudah mereka kuasai. Yakni, tari Tani Kembang Kopi, tari Tengul, dan tari Kahanan.

”Tari Kembang Kopi menjadi iringan wajib saat mengikuti kegiatan penting,” lanjutnya.

Bahkan, grup tari Juminten sudah mulai pentas di Malang dan luar kota. ”Ini kemarin ada undangan di Rampal Celaket. Ke depan ada undangan dari Blitar,” sambungnya. Hasil dari pementasan itu, mereka gunakan untuk swadaya pembangunan kampung.

Selain itu, Juminten juga mengumpulkan lewat sistem jimpitan. Yakni, meletakkan kaleng-kaleng di tiap rumah anggotanya.

”Setiap rumah anggota Juminten ada jimpitan kaleng. Mereka seikhlasnya menabung. Dalam dua minggu dikumpulkan dan hasilnya untuk membangun entah di kampung atau untuk berbagi kepada yang lain,” ujarnya.

Pewarta: Fajrus Shiddiq
Penyunting: Indra Mufarendra
Copy Editor: Indah Setyowati
Foto: Bayu Eka

Sumber: RADAR MALANG

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *