Purwakanthi: Turut Andil Dalam Pelestarian Seni Tradisi Jawa

Tradisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mengandung makna kata benda yang berarti adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan di masyarakat. Dalam hal ini adalah tradisi yang mengandung nilai kebaikan dan nilai seni.

Dalam era globalisasi sekarang ini nilai tradisi sudah mulai banyak ditinggalkan oleh masyarakat modern, karena dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya. Semakin derasnya masuknya pengaruh budaya-budaya luar yang mulai mempengaruhi dan mengikis akar budaya tradisi Jawa yang sebagian kecil masih berkembang.

Dengan melihat gejala ini, Purwakanthi mempunyai beban moral dan ingin turut andil untuk menjaga dan melestarikan seni tradisi Jawa sesuai dengan pakem atau aturan dari para sesepuh nenek moyang terdahulu. Khususnya menjaga dan melestarikan seni tradisi Jawa gaya Surakarta.

Purwakanthi adalah satu komunitas pecinta tari Tari Jawa di Jakarta yang terdiri dari pecinta tari dengan latar belakang profesi yang berbeda, masyarakat, kaum muda dan pelajar yang bertujuan ingin selalu berusaha untuk menjaga tradisi. Selain itu juga bertujuan memastikan tingkat pemahaman tentang seni tari jawa yang disesuaikan dengan era globalisasi dan selalu mencintai budaya Indonesia. Memberikan keahlian dasar dalam berkesenian, dan mengembangkan kemampuan mandiri dalam berkesenian dan mampu mengaplikasikan kemampuannya terhadap orang lain khususnya seni tari Jawa.

Sebagai wujud pelestarian dan pengembangan seni tari tradisi, pada acara Gathering Purwakanthi kali ini akan menampilkan beberapa tari Klasik Jawa Gaya Surakarta dan Sarasehan budaya untuk menambah wawasan dan kecintaannya terhadap seni tradisi Jawa khususnya bagi generasi muda. Gathering akan di adakan tanggal 31 Mei 2017, bertempat di Balai Sarwono, Kemang – Jakarta Selatan, acara dimulai sejak pukul 15.30 sampai selesai dan tidak dikenakan biaya bagi yang ingin menyaksikan acara tersebut.

Purwakanthi di bentuk sejak bulan Juli tahun 2013, berawal dari sembilan orang (Yoesi Ariani, Janti, Mia, Tari, Sori, Martini, Tina, Mitha dan Mercy) yang tergabung dalam kelompok tari Jawa di salah satu yayasan di Jakarta. Yosie yang sedari kecil sudah meyukai tarian, akhirnya memanggil guru tari (Martini Brenda) dan mendirikan komunitas tari Purwakanthi. Selama hampir empat tahun akhirnya kelompok tersebut berkembang sehingga sekarang total berjumlah 76 orang dari beragam profesi dan usia.

Purwakanthi mempunyai arti awal dari kebersamaan, Purwa berarti awal dan kanthini itu berarti kebersamaan. Kebersamaan mengolah rasa, mengolah raga dan mengolah irama, dalam rangka melestarikan dan mengembangkan tari Jawa. “Saya ingin dengan terbentuknya adalah awal kita bersama-sama untuk membentuk suatu perkumpulan yang sama-sama cinta tari Jawa, semua diawali secara bersama-sama”, tutur Yoesi Ariani sebagai Ketua dari Komunitas Purwakanthi ditemui Minggu (28/5) di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

Tujuannya adalah menjaga tradisi, banyak komunitas dan sanggar di Jakarta dengan tarian yang berbeda-beda. Tari Jawa Solopun berbeda-beda, ada Tari Solo gaya Yogya, ada Mangkunegaran, Kasunanan itu beda-beda gerakannya.

“Kalau mau lihat tarian Jawa Solo Klasik di Jakarta ya Purwakanthini. Gathering Purwakanthini di tanggal 31 Mei adalah untuk menjaga tradisi, dan di lakukan oleh seluruh penari mulai junior sampai senior”, tambah Yoesi.

Dalam gatehering kali ini Purwakanthi akan menampilkan beberapa tari Jawa Klasik gaya Solo, antara lain: Gambyong Pareamon, Bedayan Ginuk, Topeng Gunung Sari, Rantaya, Bedayan Menik. Keseluran penari yang akan tampil nantinya berjumlah 27 orang penari. Selain itu akan ada sarasehan budaya dari beberapa narasumber ahli dibidang tari Jawa Klasik gaya Solo dan bidang budaya yang dipadukan dengan konsep Wayang Urban diawal acara.

Sumber: JOURNEY OF INDONESIA

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *