Memaknai Ulang Peran & Kepemimpinan Perempuan Bersama Srikandi Lintas Iman Yogyakarta

Sebuah komunitas perempuan lintas iman di DIY atau dikenal dengan Srikandi Lintas Iman (Srili) Yogyakarta menggelar kegiatan seminar di Auditorium Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM Lantai 4 Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (25/11/2017).

Kegiatan bertemakan Memaknai Ulang Peran dan Kepemimpinan Perempuan itu sekaligus menggali semangat kaum perempuan untuk aktif bersuara dan berperan di segala sektor di tengah masyarakat. Seminar yang dihadiri ratusan kaum perempuan dari berbagai komunitas itu menghadirkan sejumlah akademisi dan aktivis perempuan.
Ketua Panitia Seminar Ajeng Herliyanti menjelaskan, seminar itu digelar dalam rangka memperingati hari anti kekerasan terhadap perempuan. Pada tahun sebelumnya, pihaknya juga menggelar seminar dengan tema berbeda, yang intinya mengkritisi adanya upaya kriminalisasi terhadap aktivis perempuan oleh sejumlah pihak.

“Kami ingin mendekatkan perempuan dalam perannya di tengah masyarakat dan mengembangkan diri ke arah ekonomi, seperti kemarin kami menggelar bazar,” ungkapnya di sela-sela seminar, Sabtu (25/11/2017).

Menurut Ajeng, seminar itu digelar untuk membangun kesadaran tentang pentingnya untuk menghilangkan kekerasan terhadap perempuan baik secara fisik maupun psikis. Sekaligus memahamkan hubungan perubahan konteks sosial dan pemaknaan agama berkaitan dengan identitas perempuan. Selain itu, mengkaji tradisi agama-agama yang menguatkan posisi perempuan di berbagai bentuk kehidupan. Selain itu, mendorong perempuan untuk lebih banyak bersuara ke publik. Dengan semakin terbukanya ruang publik yang bisa mempengaruhi pengambil kebijaka sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kekerasan.

“Kami merasa perlu membuka narasi dan menceritakan pengalaman dirinya ke ruang publik supaya publik tidak terkecoh dengan narasi yang tidak dibuat oleh perempuan sendiri. Usaha kami untuk menyatukan gagasan itu juga usaha kami dari akar rumput mulai berdaulat dari narasi itu kami harapkan ada perubahan kebijakan. Akhirnya dengan terbukanya tempat mengambil keputusan pasti akan menurunkan kekerasan,” tegas dia.

Moderator Seminar Mustaghfiroh Rahayu mengakui adanya nuansa berbeda ketika mendiskusikan tentang kepemimpinan perempuan. Karena tema tersebut seringkali dibayangkan masyarakat pada urusan politik dan perebutan kekuasaan. Akantetapi lebih mendiskusikan pada perempuan pada sosok personal, karena jika ingin menjadi pemimpin baik harus dimulai diri perempuan sendiri.

“Cara memahami dan cara perempuan dalam membangun pengetahuan sangat berbeda dengan laki-laki. Ini menarik sekali karena tidak ada para panel yang membahas misal bagaimana perempuan menjadi presiden misalnya, justru lebih pada personal perempuan,” ungkap Dosen Fisipol UGM ini.

Pendeta Murtini dari Lembaga Pembinaan dan Pengkaderan Sinode GKJ-GKI SW Jawa Tengah menyampaikan makalah tentang peran dan kepemimpinan perempuan di tengah masyarakat dan tantangan yang harus dihadapi. Hal itu harus dimulai dari perempuan itu sendiri, bagaimana perempuan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. “Selain itu dari diri perempuan itu sendiri haru bisa menjadi makhluk pembelajar dan menghidupi spiritualitas,” ungkap dia.

Sementara Nina Mariani Noor selaku Ketua Lajnah Imaillah Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang juga Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga memaparkan tentang organisasi perempuan Jemaat Ahmadiyah yang melakukan kegiatan di bidang pendidikan dan sosial.

Sumber: SOLOPOS

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *