Difabel Menembus Batas Rayakan Hari Penyandang Disabilitas Dengan Mendaki Gunung Sesean

Sembilan orang disabilitas bersama para pendaki merayakan Hari Penyandang Disabilitas Internasional 2017 di puncak Gunung Sesean, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan pada Minggu 3 Desember 2017, sekira pukul 07.00 Wita pagi.

Upacara perayaan Hari Penyandang Disabilitas Internasional 2017 yang jatuh pada setiap tanggal 3 Desember ini terselenggara dengan sederhana yang tidak hanya diikuti oleh 80 pendaki yang tergabung dalam tim Pendakian Bersama Difabel Menembus Batas part II, tapi juga puluhan penggiat alam bebas yang juga melakukan pendakian di gunung ini.

Salah satu atlet difabel yang juga Direktur Pergerakan Difabel Indonesia untuk Keseteraan (PerDIK) Abdul Rahman dalam sambutannya dalam upacara ini menekankan kepada peserta acara dan publik umumnya untuk tidak lagi menggunakan istilah cacat atau tuna kepada orang yang berkebutuhan khusus.

“Tapi mengunakan kata difabel atau disabilitas. Seperti difabel buta untuk netra, difabel daksa, difabel grahita (down sindrom). Karena semua orang sama dihadapan hukum dan tidak ada manusia rusak atau cacat, ” kata Gusdur, sapaan Abdul Rahman.

Sekitar 100 lebih pendaki bersama sembilan orang disabilitas melaksanakan Hari Penyandang Disabilitas Internasional 2017 di puncak Gunung Sesean, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan pada Minggu (3/11/2017).

Difabel merupakan singkatan dari istilah inggris ‘different ability’ atau berkemapuan berbeda. Semetara disabilitas berasal dari kata disability yang artinya tidak jauh berbeda.

Selain itu, Gusdur menuturkan rasa gembiranya karena kegiatan perayaan tahun ini banyak komunitas penggiat outdoor dan komunitas lainnya yang ikut. Padahal panitia acara ini sejak awal tidak terlalu mempublikasikan.

“Ini di luar perkiraan kita. Ternyata banyak yang ingin ikut tim pendukung. Atlet kita juga bertambah. Dari hanya tiga orang saat pendakian gunung Latimojong (Enrekang) kini menjadi 10 orang.” Kata dua.

Dengan bertambahnya atlet difabel, sebut dia, bisa diartikan bahwa para orang tua atau orang-orang sudah mengizinkan anak-anaknya mereka keluar rumah dan melakukan kegiatan yang selalu dilakukan orang umumnya. Apa lagi ini kegiatan petualang yang cukup berat bagi difabel sendiri.

Setelah upacara, tim Pendakian Bersama Difabel Menembus Batas part II turun gunung sekira pukul 10.00 Wita.

Saat penurunan, para difabel kembali dikawal oleh pembimbing masing-masing tim seperti saat pendakian kemarin.

Tiap atlet mesti mengikuti prosedur yang dibuat oleh panitia pendakian. Seperti difabel harus menggunakan tracking poll dan harus mengikuti instruksi para pendampingnya.

Sementara pendamping bertugas untuk memenuhi kebutuhan atlet yang terdiri satu difabel grahita, lima difabel daksa kinetik, tiga difabel buta. Seperti mengantar buang air, mendirikan tenda atau camp, hingga menyiapkan makanan dan minuman.

Sumber: KABAR MAKASSAR

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *